Iis Soekandar: Menuju USBN

Minggu, 27 Januari 2019

Menuju USBN

                                                                                               

              USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) adalah salah satu serangkaian ujian yang harus dilalui siswa selain Ujian Nasional dan Ujian Praktik. Berbeda dengan Ujian Nasional yang hanya mengujikan empat pelajaran, USBN mengujikan semua mata pelajaran yang diajarkan. Meski soal-soal dalam USBN dibuat oleh guru masing-masing sekolah, harus ada patokan yang sama. Untuk itu dibuatkan pula kisi-kisi yang sama.
            Setelah beberapa waktu lalu bedah kisi-kisi Ujian Nasional, pada hari Jumat, tanggal 25 Januari 2019, mata pelajaran bahasa Indonesia subrayon 07 Semarang mengadakan bedah kisi-kisi USBN di SMP Kesatrian 2, Jalan Pamularsih, Semarang. Dalam kesempatan ini dibahas pula mekanisme Ujian Praktik.
Bertindak sebagai pembicara Bapak Sholihul Hadi, S.Pd., ketua MGMP bahasa Indonesia subrayon 07, sekaligus guru SMP Kesatrian 2.
            Kisi-kisi dibuat mengacu pada dua kurikulum yang dianut oleh sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan subrayon 07. Bagi sekolah yang menggunakan Kurikulum 13, pemerintah pusat membuatkan kisi-kisi. Begitupun bagi sekolah yang masih mengggunakan Kurikulum 2006 atau KTSP. Kemudian kisi-kisi itu dijabarkan dalam indikator-indikator soal.
Walaupun setiap sekolah diberi wewenang membuat soal sendiri, ada sebelas dari 45 soal atau sebanyak 25% dari pemerintah pusat. Jadi, sebanyak 75% soal dibuat oleh guru masing-masing sekolah.
            Mekanisme pembuatan soal diserahkan kepada peserta yang hadir. Apakah akan dikerjakan secara kelompok atau perorangan. Tentu saja masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
          Kelebihan pembuatan soal secara kelompok memliki tingkat ketelitan tinggi. Tetapi kekurangannya, `rasa` kondisi siswa pada sekolah yang diampu terabaikan. Padahal ujian diadakan untuk menguji akademik siswa sesuai kondisinya sehari-hari. Mengingat antara sekolah satu dengan lainnya memilik siswa dengan karakter yang berbeda. Hal ini sangat bisa dirasakan terutama bagi sekolah swasta. 
            Sementara soal yang dibuat secara perorangan kelebihannya ‘rasa` kondisi siswa tetap melekat. Tetapi tingkat ketelitian mungkin akan terkurangi. Sebab mengerjakan pekerjaan hanya sebagian, jika hal itu dikerjakan secara kelompok, pasti berbeda dibanding dengan mengerjakan sendiri.
Akhirnya keputusan diambil sesuai kebutuhan masing-masing, berkelompok atau perorangan. Yang terpenting adalah, indikator yang diamanatkan pada masing-masing kurikulum sebagaimana yang tertetara dalam kisi-kisi tersampaikan.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, setelah soal selesai dalam kurun waktu yang ditentukan, kira-kira dua minggu, verifikator kali ini dilakukan oleh tim yang ditunjuk, yaitu guru-guru bahasa Indonesia yang ada di subrayon tersebut. Setiap verifikator menanggungjawabi 4 atau 5 sekolah. Sedangkan sebelumnya dilakukan oleh Pengawas dari subrayon.
Setelah selama dua jam pembahasan, setiap peserta merasa puas sehingga mengemban tugas selanjutnya, yaitu membuat soal USBN dengan penuh semangat. Demi kesuksesan siswa binaan masing-masing.
                                                                 @@@ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar