Dona
baru saja mandi sore. Badannya kembali segar. Tadi siang, sepulang sekolah, ia
merasa lelah sekali. Ada ulangan dan banyak tugas yang ia kerjakan di sekolah. Itu
sebabnya, setiba di rumah, ia langsung beristirahat dan tidur siang.
Kini,
Dona duduk-duduk santai di teras rumah. Tiba-tiba mama datang menghampirinya.
"Don,
tolong ajak main Dini! Mama mau melanjutkan bikin tumpeng," pinta mama
sambil menggandeng tangan Dini.
Setelah
itu, mama masuk ke dapur meninggalkan Dona dengan adik kecilnya itu. Teman-teman
mama sering meminta mama membuatkan kue ulang tahun dan tumpeng. Kini, mama
jadi sering menerima pesanan.
Walaupun
begitu, Dona dan Dini belum pernah merayakan ulang tahun. Uang penghasilan mama
digunakan untuk membantu membeli kebutuhan sehari-hari. Kalau dari penghasilan
papa Dona saja, tidak akan cukup untuk biaya kebutuhan keluarga mereka.
Dini
tampak senang membawa dua boneka dan pernak-perniknya. Lalu ia bermain di
lantai. Dona yang kelelahan, sebetulnya masi ingin bersantai. Namun, ia tidak
bisa lagi santai. Dona harus banyak bicara pada Dini. Jika tidak, Dini pasti
menangis karena merasa bermain sendirian.
“Kak
Dona yang jadi kakak ya. Dini jadi adik,” pinta Dini sambil memberikan boneka besar
kepada Dona. Sedangkan Dini memegang boneka kecil.
“Iya,”
jawab Dona malas-malasan.
“Kak,
aku pergi dulu ya,” kata Dini yang memerankan sebagai adik kecil.
“Iya,”
sahut Dona.
“Kakak
mau pesan apa?” tanya Dini ramah.
“Nggak!”
jawab Dona.
“Kaaak!”
teriak Dini jengkel. “Kakak kenapa nggak mau bicara?”
“Kakak,
kan, udah bicara,” tukas Dona keras sambil berdiri hendak pergi.
Mulut
Dini lambat laun mewek dan akhirnya menangis.
“Huu...
huuu.....“
Mama
muncul terburu-buru dari dapur. Mama masih memakai celemek.
“Dona,
kenapa Dini malah nangis? Kamu tidak mau diajak bermain, ya..." tukas mama.
“Aku
lagi capek, Ma. Dini ngajak ngomong terus. Dona duduk di sini, kan, mau santai,
Ma. Dona malas ngomong,” jawab Dona agak kesal.
Begitulah sikap Dona satiap kali mama
memintanya mengajak Dini bermain bersama.
Dengan sedih, Mama sekali lagi
meminta tolong Dona menjag adiknya, sampai mama selesai membuat kue.
Dona jadi tidak tega juga melihat
wajah mama yang kusut.
Dengan terpaksa, Dona mengikuti
kemauan Dini untuk bermain bersama di teras. Saat sedang menamani Dini,
tiba-tiba terdengar seseorang memanggil
nama Dona.
Ketika
Dona sedang menemani Dini, tiba-tiba seseorang memanggilnya.
“Dona,
kamu sudah lama tidak datang ke tempat Tante. Ke mana saja?”
Dona
mendongak, melihat ke arah pagar. Ternyata Tante Kayla datang. Dona menyambut
adik mamanya yang baru masuk ke halaman.
“Hai,
Dini... Kamu sedang mai apa?”
“Main
boneka, Tane Kayla...” sahut Dini, lalu asyik menyisir rambut bonekanya lagi.
“Aku
diminta Mama menemani Dini. Pesanan tumpeng dan kue Mama sekarang banyak, Tante
Kayla,” jawab Dona.
“Ajak
sekalian adikmu bermain ke rumah Tante, yuk! Pasti dia senang. Sekarang di rumah
Tante ada banyak anak kecil seumuran Dini, lo. Kamu kangen enggak, pada Kuci
dan es krim bola-bola bikinan Tante?” tanya tanya Kayla.
Kuci
adalah nama kucing milik Dona. Dona kesulitan merawat kucing itu karena setiap
hari harus menemani Dini. Syukurlah, Tante Kayla yang penyayang binatang
bersedia merawat Kuci.
“Wah,
Dini pasti senang kalau dapat teman seusia. Apalagi sambil makan es krim
bola-bola bikinan Tante. O iya... Tentu saja Dona kangen Kuci, Tante.”
“Tante
tunggu, ya. Sekarang, Tante mau ke warung dulu!” ujar Tante Kayla sambil melangkah
keluar dari halaman rumah Dona.
Dona
pun kembali bermain bersama Dini. Dulu, Dona suka berkunjung ke rumah Tante
Kayla sebab Dona bisa makan es krim bola-bola gratis. Selain itu, Tante Kayla
suka anak kecil.
Beberapa
bulan lalu, suami Tante Kayla meninggal dunia. Karena kesepian sendirian, Tante
Kayla sering mengundang anak-anak kecil tetangga sekitar untuk berkunjung ke
rumahnya.
Sore
itu Tante Kayla akan membeli sagu mutiara. Karena pembantunya sedang pulang
kampung, terpaksa Tante Kayla ke warung sendiri. Sagu mutiara bila dimasak akan
mengembang menjadi bulat-bulat seperti bola-bola kecil. Bola-bola itu lalu
dicampur dengan es krim. Itu sebabnya Tante Kayla menyebutnya es krim
bola-bola.
@@@
Hari
berikutnya, seperti biasa mama meminta Dona menemani Dini bermain. Mama sedang
membuat kue pesanan. Dona teringat kata-kata Tante Kayla agar berkunjung ke
rumahnya.
Ternyata
benar, rumah Tante Kayla ada banyak anak kecil. Tante Kayla memperkenalkan Dini
kepada anak-anak lain. Dini merasa senang dan langsung bermain bersama
mereka.Dona hanya mengawasi sambil menggendong Kuci. Setelah beberapa lama, Tante
Kayla datang membawa nampan.
“Ini
es krim bola-bola buat kalian,” kata Tante Kayla dengan membawa nampan.
“Asyiiiik...,”
teriak anak-anak serempak.
Tentu
saja mereka tahu isi gelas-gelas di atas nampann itu. Mereka tidak sabar ingin
segera menikmatinya.
Gelas-gelas itu berisi es krim yang dicampur sagu
mutiara sehingga terlihat seperti bola-bola. Tante Kayla membagikan gelas-gelas
es krim pada mereka. Juga stik-stik es krim terbuat dari kayu kepada setiap
anak. Mereka gembira bermain di rumah Tante Kayla.
Sejak
itu Dona rajin mengajak bermain Dini di rumah Tante Kayla. Dona tidak harus
selalu menemani Dini karena ada banyak anak lain yang ingin bermain dengannya.
Pesanan
yang mama terima pun bertambah banyak. Mama berjanji akan merayakan ulang tahun
Dona bulan depan. Bahkan mama sudah memesan baju khusus untuknya. Begitu pun
untuk adiknya, Dini.
@@@
Cerpen ini pernah dimuat di majalah
Bobo, terbit 14 November 2019