"Uh, Ibu, Salsa lelah selesai pramuka.
Mau istirahat dulu."
"Kasihan kalau Kakek Bakri membeli
makanan di tempat jauh. Sebab Bu Lasmi tidak jualan,” jelas ibu. Bu Lasmi
adalah pemilik warung makan di kampung ini. Biasanya Kakek Bakri membeli makanan di warungnya. Mungkin Bu
Lasmi sedang tidak enak badan makanya tidak berjualan hari ini.
Kemudian ibu memasukkan bungkusan itu ke dalam kantung plastik hitam.
Itu artinya Salsa harus mengantar ke rumah Kakek Bakri.
"Kenapa sih, Bu, kita mesti peduli sama Kakek Bakri? Tetangga lain
saja tidak," protes Salsa sambil membetulkan baju rumah bersiap pergi.
“Menolong orang itu baik, Sa. Siapa tahu suatu saat dalam keadaan
terjepit, kita ganti ditolong orang lain,” tukas ibu sudah berada di depan
penggorengan lagi. Ibu menjual tempe mendoan, pisang goreng, dan bakwan.
Kue-kue itu dijual di beberapa warung kucingan.
Warung kucingan itu buka khusus malam
hari.
Sambil menggerutu
Salsa pergi ke rumah Kakek Bakri.
Kakek
Bakri tetangga satu kampung. Beliau tidak mempunyai anak. Istrinya meninggal
beberapa tahun lalu. Walau sudah tua, Kakek Bakri masih giat mengayuh becak
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sore hari Kakek Bakri pulang ke rumah.
Itulah yang membuat ibu kasihan dan sering memberi makanan.
Disamping itu ibu hanya berdua dengan Salsa. Ayah pulang kerja seminggu
sekali sebagai kuli bangunan. Ayah bekerja di luar kota dan menginap di proyek
tempatnya bekerja. Daripada makanan tersisa, lebih baik diberikan orang lain
yang membutuhkan, begitu ibu seringkali berpesan.
Salsa
semakin jengkel bila Kakek Bakri juga menyuruhnya membeli sesuatu. Lalu Salsa
disuruh ke warung membeli sabun, sikat gigi, dan kebutuhan sehari-hari lain.
@@@
Hari
Minggu ini ibu memasak kolak labu kuning. Ayah membawa labu kuning kemarin
sepulang kerja. Seperti biasa ibu memberi sebagian untuk Kakek Bakri. Ibu
menyiapkannya di dalam rantang.
"Kolak ini buat Kakek Bakri, Sa."
Karena
ayah di rumah, Salsa tidak berani membantah. Sebab ayah juga senang membantu
orang lain, termasuk kepada Kakek Bakri.
Setelah
melayani pelanggannya pada pagi buta, Kakek Bakri istirahat dulu di rumah.
Setelah itu baru mencari penumpang lagi.
"Wah, senang sekali sudah lama Kakek tidak makan kolak waluh," ungkap Kakek Bakri begitu
membuka rantang berisi kolak. Kakek Bakri menyebut labu kuning dengan waluh. Waluh dari bahasa Jawa.
Ketika
Salsa bersiap pulang, Kakek Bakri memanggil.
"Sa,
Kakek tolong belikan kopi bubuk di toko Koh Han,” pinta Kakek Bakri sambil menyodorkan
selembar uang sepuluh ribu. Kakek Bakri membeli kopi bubuk satu renteng.
"Uh,
Kakek, sudah dikasih kolak malah nyuruh."
"Kakek lupa beli," begitulah alasan Kakek Bakri.
Karena
toko Koh Han jauh, Salsa pulang ke rumah mengambil sepeda.
Pagi itu
toko kelontong Koh Han ramai pembeli. Ternyata ada pembeli satu mobil dari luar
kota. Biasanya Salsa titip sepeda kepada Mas Wahyu, pegawai Koh Han. Tapi
sayang Mas Wahyu sibuk di dalam. Salsa melihat seorang ibu sedang berdiri di
depan toko Koh Han. Ibu itu sedang menunggu ojek online.
"Bu,
bisa minta tolong jagain sepeda saya? Sebentar saja. Sebab pernah terjadi
pencurian di depan toko. Di sini tidak ada tukang parkir," pinta Salsa.
"Iya, Nak, saya jagain," jawab ibu itu.
Beberapa lama kemudian Salsa keluar dari
toko. Tangannya membawa kantung plastik berisi serenteng kopi merek kesukaan
Kakek Bakri. Setelah mengucap terima kasih kepada ibu itu, Salsa mulai mengayuh
sepeda. Tapi tidak lama, rantai sepedanya lepas. Ibu itu datang menolong.
“Dibawa saja ke bengkel terdekat!”
sarannya.
“Tidak,
Bu. Rantainya memang sudah aus dan minta diganti. Saya akan menuntunnya sampai
di rumah. Ayah akan memperbaikinya,” jawab Salsa.
Ibu
itu merasa iba.
“Nak,
apa boleh Ibu silaturahmi ke rumahmu?”
“Silakan, Bu,” jawab Salsa lalu mendikte
alamatnya. Ibu itu mencatat dalam ponsel. Bersamaan dengan itu driver ojek online datang. Beliau pun pergi sementara Salsa pulang dengan
menuntun sepedanya.
@@@
Salsa selesai mandi sore. Ibu sedang
mengantar kue gorengan pelanggannya. Tiba-tiba ayah memanggil. Ada seseorang
mencarinya. Ternyata tamunya ibu yang ditemui di toko Koh Han. Beliau datang
bersama suaminya. Kemudian mereka saling berkenalan. Setelah itu ibu itu
menawarkan sesuatu. Salsa diminta keluar rumah.
Ketika
Salsa membuka pintu...
“Ha,
sepeda gunung!” ungkap Salsa dengan berteriak.
Lalu mereka bercerita, sepeda itu
milik anaknya yang sudah tidak terpakai. Selama ini sepeda itu tersimpan di
gudang.
Tentu saja Salsa senang. Walaupun sepeda itu
tidak baru tapi masih bagus. Ayah pun tidak perlu membeli rantai baru sebab Salsa
sudah mendapatkan penggantinya. Benar kata ibu, karena menolong Kakek Bakri,
dalam keadaan terjepit ada orang lain yang menolong.
@@@