Iis Soekandar: November 2018

Senin, 05 November 2018

Cerita di Balik Cerita


Antara Prasidatama dan Kopdar


          Waktu menunjuk pukul 09.00WIB ketika saya tiba di hotel Pandanaran. Itu berarti sudah dua jam terlewat dari acara pembukaan sebagaimana tertera dalam undangan. Hotel yang terletak di Jalan Pandanaran itu tampak ramai. Hilir mudik kendaraan roda dua dan empat. Mungkin mereka para tamu undangan yang juga terlambat seperti saya.
            Panitia sangat welcome. Setelah mengisi buku tamu dan menerima sebuah tas berisi buku-buku dan alat tulis saya sempat ramah tamah sejenak, di antaranya mengungkapkan keresahan saya karena datang terlambat dan mungkin juga tidak sampai akhir harus pergi. Padahal acaranya begitu menarik. Panitia langsung menyarankan agar saya saat itu juga menyelesaikan urusan administrasi di ruang belakang. Ternyata di sana ttidak hanya urusan administrasi, dengan ramah panitia mempersilakan saya sarapan. Di sana terhidang jamuan prasmmanan. Tentu saja saya menolak. Hal ini menunjukkan mereka begitu respek. Sebab para undangan tidak hanya dari Semarang, teman-teman se-Jawa Tengah yang berkompeten dengan acara itu pasti diundang.
                                                                            


Bersama Mbak Lia Herliana



              Selesai urusan administrasi, begitu memasuki ruangan, tidak ada kata lain dalam hati saya selain ingin bertemu dengan teman-teman. Yah, siapa yang tidak senang, pertemanan yang selama ini hanya di fb tidak lama lagi akan bertemu langsung. tidak heran bila sebelumnya, begitu mendapat undangan dari Balai Bahasa, kami chat, mengungkapkan rasa senang.
            Undangan boleh sama, tetapi rezeki orang berbeda. Saya mendapat tempat belakang. Padahal kanan kiri saya, terlebih yang di depan, adalah dari luar kota. Tapi mereka hadir tepat pukul tujuh pagi. 
            Karena hanya melihat dari belakang, ditambah tidak pernah bertemu di dunia nyata, kembali kami chat, duduk di sebalah mana? Pakai baju apa? Pakai kerudung warna apa?
          Keinginan kami untuk segera bertemu harus tertahan. Kalaupun saya dapat mengira-ngira teman-teman, rasanya tidak etis langsung menghampiri karena tamu undangan masih penuh dan duduk di tempatnya masing-masing.
         Ada hiburan berupa musikalisasi puisi dan lantunan lagu dari seorang penyanyi. Disamping acara utama, yaitu pemberian penghargaan Prasidatama dan launching beberapa buku Balai Bahasa Jawa Tengah, termasuk antologi cerita anak yang juga terdapat di dalamnya “Kembang Manggar” karya saya. Penghargaan ini diberikan kepada lembaga atau perorangan yang memartabatkan bahasa Indonesia dalam beberapa ranah penggunaan di Jawa Tengah. Kategori yang mendapat penghargaan, di antaranya antologi puisi, antologi cerpen, dan novel, yang diterbitkan oleh penerbit di Jawa Tengah, kurun waktu dari tahun 2014 sampai dengan 2018. 
                                                                            
Kopdar bersama


            Hari mulai siang, saya resah. Karena saya harus kembali ke tempat kerja. Di mana saya bisa bertemu teman-teman. Ketika akan salat Duhur lalu mencari musala, di belakang saya bertemu dengan seseorang yang sepertinya saya kenal. Ternyata benar, Mas Muhammad Fauzi. Bisa nggak bisa harus foto bersama, begitu tekad kami. Syukurlah, tidak lama kemudian acara selesai. Kami menenui Mbal Lia Herliana, Mbak Mulasih Tari, Mbah Dian Nafi yang duduk di depan. Tidak ingin kehilangan kesempatan, kami langsung foto bersama. Setelah itu menikmati jamuan makan siang secara prasmanan.
            Walaupun kopdar terasa singkat, setidaknya karena Prasidatama, kami bisa bertemu. Sebuah pengalaman yang tidak saya sangka sebelumnya. Terima kasih Balai Bahasa Jawa Tengah. Menunggu acara kerenanya tahun depan!
@@@