Antara Prasidatama dan Kopdar
Waktu
menunjuk pukul 09.00WIB ketika saya tiba di hotel Pandanaran. Itu berarti sudah
dua jam terlewat dari acara pembukaan sebagaimana tertera dalam undangan. Hotel
yang terletak di Jalan Pandanaran itu tampak ramai. Hilir mudik kendaraan roda
dua dan empat. Mungkin mereka para tamu undangan yang juga terlambat seperti
saya.
Panitia sangat welcome. Setelah mengisi buku tamu dan menerima sebuah tas berisi
buku-buku dan alat tulis saya sempat ramah tamah sejenak, di antaranya
mengungkapkan keresahan saya karena datang terlambat dan mungkin juga tidak
sampai akhir harus pergi. Padahal acaranya begitu menarik. Panitia langsung
menyarankan agar saya saat itu juga menyelesaikan urusan administrasi di ruang
belakang. Ternyata di sana ttidak hanya urusan administrasi, dengan ramah
panitia mempersilakan saya sarapan. Di sana terhidang jamuan prasmmanan. Tentu
saja saya menolak. Hal ini menunjukkan mereka begitu respek. Sebab para
undangan tidak hanya dari Semarang, teman-teman se-Jawa Tengah yang berkompeten
dengan acara itu pasti diundang.
Bersama Mbak Lia Herliana
Selesai
urusan administrasi, begitu memasuki ruangan, tidak ada kata lain dalam hati
saya selain ingin bertemu dengan teman-teman. Yah, siapa yang tidak senang,
pertemanan yang selama ini hanya di fb tidak lama lagi akan bertemu langsung.
tidak heran bila sebelumnya, begitu mendapat undangan dari Balai Bahasa, kami chat, mengungkapkan rasa senang.
Undangan boleh sama, tetapi rezeki
orang berbeda. Saya mendapat tempat belakang. Padahal kanan kiri saya, terlebih
yang di depan, adalah dari luar kota. Tapi mereka hadir tepat pukul tujuh
pagi.
Karena hanya melihat dari belakang,
ditambah tidak pernah bertemu di dunia nyata, kembali kami chat, duduk di sebalah mana? Pakai baju apa? Pakai kerudung warna
apa?
Keinginan
kami untuk segera bertemu harus tertahan. Kalaupun saya dapat mengira-ngira
teman-teman, rasanya tidak etis langsung menghampiri karena tamu undangan masih
penuh dan duduk di tempatnya masing-masing.
Ada
hiburan berupa musikalisasi puisi dan lantunan lagu dari seorang penyanyi.
Disamping acara utama, yaitu pemberian penghargaan Prasidatama dan launching beberapa buku Balai Bahasa
Jawa Tengah, termasuk antologi cerita anak yang juga terdapat di dalamnya
“Kembang Manggar” karya saya. Penghargaan ini diberikan kepada lembaga atau
perorangan yang memartabatkan bahasa Indonesia dalam beberapa ranah penggunaan
di Jawa Tengah. Kategori yang mendapat penghargaan, di antaranya antologi
puisi, antologi cerpen, dan novel, yang diterbitkan oleh penerbit di Jawa
Tengah, kurun waktu dari tahun 2014 sampai dengan 2018.
Kopdar
bersama
Hari
mulai siang, saya resah. Karena saya harus kembali ke tempat kerja. Di mana
saya bisa bertemu teman-teman. Ketika akan salat Duhur lalu mencari musala, di belakang
saya bertemu dengan seseorang yang sepertinya saya kenal. Ternyata benar, Mas
Muhammad Fauzi. Bisa nggak bisa harus
foto bersama, begitu tekad kami. Syukurlah, tidak lama kemudian acara
selesai. Kami menenui Mbal Lia Herliana, Mbak Mulasih
Tari, Mbah Dian Nafi yang duduk di depan. Tidak ingin kehilangan kesempatan, kami
langsung foto bersama. Setelah itu menikmati jamuan makan siang secara
prasmanan.
Walaupun kopdar terasa singkat,
setidaknya karena Prasidatama, kami bisa bertemu. Sebuah pengalaman yang tidak
saya sangka sebelumnya. Terima kasih Balai Bahasa Jawa Tengah. Menunggu acara
kerenanya tahun depan!
@@@