Iis Soekandar: Juni 2019

Senin, 24 Juni 2019

Menumbuhkembangkan Budaya Membaca dengan Metode KWL

                                                                             


            Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan berbahasa,yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Djiwandono, 2011: 12). Membaca dapat memperluas wawasan dan pengetahuan. Untuk itu dalam dunia pendidikan keterampilan membaca turut mempengaruhi keberhasilan peserta didik.
Sementara berdasar data PISA (Program for International Student Assessment), budaya membaca anak-anak Indonesia rendah. Indonesia  menduduki urutan 62 dari 70 negara yang disurvei. Demikian dilansir Detiknews (5/1/2019).
            Tentu saja hal ini menjadi pekerjaan besar bagi pendidikan formal atau sekolah. Terlebih bagi guru bahasa, terutama Bahasa Indonesia. Mengingat fungsi bahasa Indonesia yang sangat penting, sebagai Bahasa Nasional. Pada pelajaran bahasa lah keterampilan membaca diajarkan sekaligus diujikan. Sementara pada pelajaran-pelajaran lain keterampilan membaca hanya sebagai penunjang.
            Terintegerasi dengan keterampilan berbahasa lain, guru wajib mencari inovasi-inovasi agar peserta didiknya memiliki minat membaca tinggi. Di antaranya dengan menerapkan metode KWL. KWL singkatan dariK (know) yang berarti tahu,W (want to know)apa yang ingin diketahui, L (learn) apa yang telah dipelajari. Metode KWL menuntut peserta didik aktif, baik sebelum membaca, saat membaca, maupun setelah membaca. Metode tersebut bertujuan agar peserta didik memahami isi buku ilmu pengetahuan dalam waktu singkat.
            Membaca buku ilmu pengetahuan memerlukan pemikiran tinggi. Untuk itu dibutuhkan tempat dan suasana yang khusus pula. Berbeda dengan membaca buku fiksi, seperti novel, komik, atau kumpulan cerpen. Sebab buku fiksi setidaknya memberikan hiburan. Peserta didik dapat membaca buku fiksi sambil menghabiskan waktu senggang dan dilakukan di tempat umum. Ditambah mudahnya mengakses internet, bacaan fiksi didapat secara gratis, seperti di Wattpad melalui android.
            Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan mengapa menggunakan metode KWL. Hal ini perlu dijelaskan agar peserta didik menyadari kurangnya minta baca. Sehingga diharapkan mereka memiliki motivasi untuk menjalankan langkah-langkah yang telah disusun guru. Dan pada kemudian hari mereka memiliki budaya membaca.
            Pembelajaran ini dilakukan secara berkelompok. Langkah pertama, guru memberikan buku ilmu pengetahuan. Setiap kelompok menerima buku ilmu pengetahuan yang berbeda tema satu sama lain. Dengan demikian pada akhir pembelajaran, mereka akan mendapatkan ilmu pengetahuan dari sebanyak buku yang diberikan. Kedua, setiap kelompok diminta menuliskan minimal 5 kata atau istilah dalam indeks sesuka mereka. Hal ini berarti menerapkan know. Ketiga, mereka mencari definisi atau pengetahuan-pengetahuan dalam buku yang berkaitan dengan setiap istilah atau kata tersebut. Dalam hal ini mereka melakukan want to know. Selanjutnya learn, setelah membaca mereka menjadi tahu apa yang telah dipelajari. 
            Langkah berikutnya berdiskusi. Setiap kelompok mempresentasikan yang telah ditulis. Dengan demikian kelompok lain mendapatkan ilmu pengetahuan dari kelompok tersebut. Mereka diperbolehkan bertanya jawab untuk mengeksplor agar ilmu pengetahuan bertambah. Skor tertinggi diberikan kepada kelompok yang menuliskan kata atau istilah dalam indeks paling banyak.
            Pembelajaran ini sebaiknya ditindaklanjuti pada kegiatan literasi dan dilakukan per individu. Agar peserta didik terbiasa. Waktu yang diberikan dalam kegiatan literasi biasanya pendek, tetapi sering atau setiap hari.Penilaian dilakukan seminggu sekali atau sesuai kondisi.  Hasil penilaian ini dapat menambah nilai PTS, PAS, atau PAT, terlebih bagi peserta didik yang nilainya kurang. Agar tidak membosankan, dapat diselingi dengan membaca buku fiksi.
            Dengan rajin mencari inovasi, semoga terpecahkan setiap persoalan dalam pembelajaran. Dalam hal ini menumbuhkembangkan budaya membaca. Sehingga kelak terlahir ilmuwan-ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu untuk membangun Indonesia tercinta.
@@@
           Opini ini pernah terbit di harian Solopos, Minggu 23 Juni 2019