Soto Pak Karmin
Oleh:
Iis Soekandar
Setiap
berangkat dan pulang sekolah Anto melewati jualan soto Pak Karmin. Tapi ia
hanya mencium bau kuah soto yang lezat itu. Ia ingin menikmati nasi sotonya.
Apalagi siang hari saat pulang dari sekolah. Perut keroncongan dan minta diisi.
Tapi ibu selalu menyediakan sarapan dari rumah. Uang jajan pun hanya cukup
untuk membeli cemilan di kantin sekolah.
Pak
Karmin tidak memasang papan nama. Tapi semua orang sudah mengetahui kelezatan
sotonya. Pembeli soto Pak Karmin tidak hanya penduduk sekitar. Tapi juga orang
dari luar. Beberapa kendaraan roda dua bahkan mobil terparkir dekat gerobaknya.
Tidak heran bila tempat duduk yang disediakan tidak memenuhi. Sebagian duduk di
dalam mobil mereka.
Setiap kali melewati Anto suka jalan
pelan-pelan. Entah sekadar membau aromanya yang lezat, atau melirik makanan
lain yang menyertai nasi soto. Hm, ada sate kerang dan sate telur puyuh.
Warnanya sampai kecoklatan. Pasti bumbunya banyak dan rasanya tidak kalah lezat
dengan kuah soto. Lalu tempe goreng yang garing. Ada juga perkedel kentang.
Kapan aku bisa menikmati seperti mereka. Katanya dalam hati.
“Hei,
Anto, kenapa kamu ngelihatin mereka? Memang kamu ada yang kenal?” Sapa Jeremy
sekaligus bertanya kepada teman sebangkunya. Tentu saja ia tidak bertanya
tentang nasi soto Pak Karmin. Karena Anto pernah bercerita ibunya selalu
menyediakan sarapan.
Anto
pun kaget. Tanpa ia sadari sahabatnya sudah berada di sebelahnya.
“Eh,
Jeremy. Mana mobil papamu? Biasanya kamu naik mobil dan turun di depan sekolah.
I ... iya, aku rasanya mengenal lelaki itu. Seperti teman ayahku. Tapi setelah
kuperhatikan ternyata bukan. Ayo kita ke sekolah, keburu terlambat nanti.”
Jawab Anto berbohong.
Keduanya lalu segera menuju ke sekolah. Di perjalanan Jeremy sempat
bercerita mobil papa disuruh berhenti begitu melihat Anto. Mas Viqi, sopir papa
pun mengikuti keinginan Jeremy. Lima menit sebelum bel masuk berbunyi, mereka
telah sampai di sekolah.
Hari
itu ada pelajaran prakarya. Bu Yanti akan membuat bunga dari kertas krep.
Beliau sudah memberikan tugas kepada anak-anak supaya membawa kertas krep dari
rumah. Semua anak sudah menyiapkan. Tapi Jeremy terperanjat begitu melihat
teman-temanya sibuk memperlihatkan kertas krep. Ternyata ia lupa membeli.
“Tenang,
Jeremy. Aku akan antar kamu membeli saat istirahat nanti. Di dekat sekolah ada
toko kelontong lengkap. Termasuk menjual kertas krep.” Kata Anto menenangkan
sahabatnya.
“Benar,
ya To. Aku takut nih, nanti kalau Bu Yanti marah gimana?” Jeremy begitu
ketakutan.
“Tenang
saja. Pelajaran prakarya kan jam terakhir.” Sambung Anto.
Hari
itu Jeremy benar-benar berterima kasih kepada Anto. Ia mendapatkan kertas krep
sebagaimana yang ditugaskan Bu Yanti. Ternyata Anto menolong Jeremy tidak hanya
satu kali itu. Ia mengantar Jeremy ke tempat fotokopi, membeli alat-alat tulis,
dan perlengkapan sekolah lain. Maklumlah Jeremy murid baru. Ia berpindah karena
mengikuti tugas papanya. Sehingga dia dan keluarganya belum mengenal banyak
tempat di kota ini.
@@@
Siang
ini Anto melihat Jeremy dijemput papanya. Oh ya, ia teringat, Mas Viqi sedang
pulang kampung karena ada hajatan keluarga. Terpaksa papanya yang mengantar dan
menjemput ke sekolah.
Seperti
biasa Anto pulang sekolah dengan malas-malasan. Maklumlah perutnya sudah
keroncongan minta diisi. Hm, andai aku bisa makan nasi soto Pak Karmin. Begitulah
kata hatinya setiap kali melewati nasi soto yang menjadi langganan banyak orang
itu.
“Anto... Anto... “
Tiba-tiba Anto mendengar ada suara memanggilnya. Anto tidak kesulitan
mencari sumber suara. Suara itu jelas dari jualan soto Pak Karmin.
“Anto,
ayo ke sini. Kita makan bersama. Aku tahu kamu pasti juga lapar. Kan kita
sama-sama dari pulang sekolah.” ajak Jeremy setengah memaksa. Anto pun tak
dapat mengelak.
Anto kemudian dikenalkan papa Jeremy,
begitupun sebaliknya. Sementara mereka bercakap-cakap, Jeremy memesan satu
mangkuk lagi untuk Anto.
“Jadi
ini yang namanya Anto? Papa ikut berterima kasih Anto senang menolong Jeremy.”
Kata Papa Jeremy. Anto tersenyum malu.
“Ngomong-ngomong kenapa kamu nggak pernah
cerita kalau di sini ada soto selezat ini?” tanya papa kepada Jeremy.
“Habis
Papa sibuk kerja sih!” jawab Jeremy.
Semenjak itu papa sering menjemput Jeremy. Beliau sekalian makan siang
di tempat soto Pak Karmin. Dan Anto tidak pernah lupa diajak makan bersama.
Bahkan selesai makan ia diantar ke rumah dengan mobil. Anto pun tak pernah
penasaran lagi kelezatan soto Pak Karmin.
@@@
Cernak ini telah dimuat di laman Rumah Jamur Kurcaci, Jumat, 26 Agustus 2016