Iis Soekandar: Agustus 2016

Sabtu, 27 Agustus 2016

Cerpen Anak


Soto Pak Karmin
Oleh: Iis Soekandar

       Setiap berangkat dan pulang sekolah Anto melewati jualan soto Pak Karmin. Tapi ia hanya mencium bau kuah soto yang lezat itu. Ia ingin menikmati nasi sotonya. Apalagi siang hari saat pulang dari sekolah. Perut keroncongan dan minta diisi. Tapi ibu selalu menyediakan sarapan dari rumah. Uang jajan pun hanya cukup untuk membeli cemilan di kantin sekolah.
       Pak Karmin tidak memasang papan nama. Tapi semua orang sudah mengetahui kelezatan sotonya. Pembeli soto Pak Karmin tidak hanya penduduk sekitar. Tapi juga orang dari luar. Beberapa kendaraan roda dua bahkan mobil terparkir dekat gerobaknya. Tidak heran bila tempat duduk yang disediakan tidak memenuhi. Sebagian duduk di dalam mobil mereka.
        Setiap kali melewati Anto suka jalan pelan-pelan. Entah sekadar membau aromanya yang lezat, atau melirik makanan lain yang menyertai nasi soto. Hm, ada sate kerang dan sate telur puyuh. Warnanya sampai kecoklatan. Pasti bumbunya banyak dan rasanya tidak kalah lezat dengan kuah soto. Lalu tempe goreng yang garing. Ada juga perkedel kentang. Kapan aku bisa menikmati seperti mereka. Katanya dalam hati.
       “Hei, Anto, kenapa kamu ngelihatin mereka? Memang kamu ada yang kenal?” Sapa Jeremy sekaligus bertanya kepada teman sebangkunya. Tentu saja ia tidak bertanya tentang nasi soto Pak Karmin. Karena Anto pernah bercerita ibunya selalu menyediakan sarapan.
       Anto pun kaget. Tanpa ia sadari sahabatnya sudah berada di sebelahnya.
       “Eh, Jeremy. Mana mobil papamu? Biasanya kamu naik mobil dan turun di depan sekolah. I ... iya, aku rasanya mengenal lelaki itu. Seperti teman ayahku. Tapi setelah kuperhatikan ternyata bukan. Ayo kita ke sekolah, keburu terlambat nanti.” Jawab Anto berbohong.
       Keduanya lalu segera menuju ke sekolah. Di perjalanan Jeremy sempat bercerita mobil papa disuruh berhenti begitu melihat Anto. Mas Viqi, sopir papa pun mengikuti keinginan Jeremy. Lima menit sebelum bel masuk berbunyi, mereka telah sampai di sekolah.
       Hari itu ada pelajaran prakarya. Bu Yanti akan membuat bunga dari kertas krep. Beliau sudah memberikan tugas kepada anak-anak supaya membawa kertas krep dari rumah. Semua anak sudah menyiapkan. Tapi Jeremy terperanjat begitu melihat teman-temanya sibuk memperlihatkan kertas krep. Ternyata ia lupa membeli.
       “Tenang, Jeremy. Aku akan antar kamu membeli saat istirahat nanti. Di dekat sekolah ada toko kelontong lengkap. Termasuk menjual kertas krep.” Kata Anto menenangkan sahabatnya.
       “Benar, ya To. Aku takut nih, nanti kalau Bu Yanti marah gimana?” Jeremy begitu ketakutan.
       “Tenang saja. Pelajaran prakarya kan jam terakhir.” Sambung Anto.
       Hari itu Jeremy benar-benar berterima kasih kepada Anto. Ia mendapatkan kertas krep sebagaimana yang ditugaskan Bu Yanti. Ternyata Anto menolong Jeremy tidak hanya satu kali itu. Ia mengantar Jeremy ke tempat fotokopi, membeli alat-alat tulis, dan perlengkapan sekolah lain. Maklumlah Jeremy murid baru. Ia berpindah karena mengikuti tugas papanya. Sehingga dia dan keluarganya belum mengenal banyak tempat di kota ini. 
@@@
       Siang ini Anto melihat Jeremy dijemput papanya. Oh ya, ia teringat, Mas Viqi sedang pulang kampung karena ada hajatan keluarga. Terpaksa papanya yang mengantar dan menjemput ke sekolah.
       Seperti biasa Anto pulang sekolah dengan malas-malasan. Maklumlah perutnya sudah keroncongan minta diisi. Hm, andai aku bisa makan nasi soto Pak Karmin. Begitulah kata hatinya setiap kali melewati nasi soto yang menjadi langganan banyak orang itu.
       “Anto... Anto... “
       Tiba-tiba Anto mendengar ada suara memanggilnya. Anto tidak kesulitan mencari sumber suara. Suara itu jelas dari jualan soto Pak Karmin.
       “Anto, ayo ke sini. Kita makan bersama. Aku tahu kamu pasti juga lapar. Kan kita sama-sama dari pulang sekolah.” ajak Jeremy setengah memaksa. Anto pun tak dapat mengelak.
       Anto kemudian dikenalkan papa Jeremy, begitupun sebaliknya. Sementara mereka bercakap-cakap, Jeremy memesan satu mangkuk lagi untuk Anto.
       “Jadi ini yang namanya Anto? Papa ikut berterima kasih Anto senang menolong Jeremy.” Kata Papa Jeremy. Anto tersenyum malu.
        “Ngomong-ngomong kenapa kamu nggak pernah cerita kalau di sini ada soto selezat ini?” tanya papa kepada Jeremy.
       “Habis Papa sibuk kerja sih!” jawab Jeremy.
       Semenjak itu papa sering menjemput Jeremy. Beliau sekalian makan siang di tempat soto Pak Karmin. Dan Anto tidak pernah lupa diajak makan bersama. Bahkan selesai makan ia diantar ke rumah dengan mobil. Anto pun tak pernah penasaran lagi kelezatan soto Pak Karmin.
@@@
      
Cernak ini telah dimuat di laman Rumah Jamur Kurcaci, Jumat, 26 Agustus 2016