Iis Soekandar: November 2016

Selasa, 29 November 2016

Resensi


                       Cara Lain Mengenal Tempat-Tempat Terkenal Dunia

Judul Buku : Keliling Dunia dengan Becak Ajaib
Penulis: Fida Zalfa
Editor: Hariyadi
Penerbit            : Tiga Ananda
Ketebalan         : 95 halaman
Ukuran              : 21 cm
ISBN                 : 978-602-366-165-7
Cetakan 1         : Juni 2016
Harga         : Rp 25.000,00
       Cerita ini berawal dari Lisha yang menagih ibunya mengunjugi Taman Bermain Rainbow Peak. Taman Bermain Rainbow Peak dambaan setiap anak. Itu sebabnya ketika Lisha berhasil mendapat peringkat satu di kelasnya, ia ingin ibu memenuhi janjinya. Dan ibu pun menepatinya. 
       Ketika tiba di Taman Bermain Rainbow Peak, Lisha mendatangi Pedicap Fastival. Maka petualangan Lisha bersama teman baru yang dikenalnya di Padicap Festival, Kety dan Danella, pun dimulai. Mereka bertiga mengendarai becak. Tapi bukan becak pada umumnya. Sebab becak ini bisa menerbangkan mereka ke penjuru dunia. Dari Benua Asia, Benua Eropa, Benua Afrika, hingga Benua Amerika. Hanya Benua Australia yang tidak mereka kunjungi. Sebab mereka terlanjur letih setelah perjalanan keliling dunia. Akhirnya setelah dari Benua Amerika, mereka langsung pulang ke Indonesia. Becak yang mereka kendarai tiba kembali di Padicap Festival, Taman Bermain Rainbow Peak.
       Novel berjudul “Keliling Dunia dengan Becak Ajaib” sangat berguna bagi anak-anak. Tidak saja novel ini sebagai teman pengisi waktu, tapi juga memberitahukan tempat-tempat terkenal di dunia. Seperti sungai terpanjang di dunia, Sungai Nil, gurun terluas di dunia, Gurun Gobi, dan tempat-tempat terkenal dunia lain.
       Sisi lain novel ini mengajarkan kepada anak-anak pentingnya bebas polusi. Becak dipilih sebagai kendaraan untuk mengelilingi dunia. Karena becak adalah jenis kendaraan bebas polusi. Walaupun mereka hidup pada tahun 3001 yang semua peradaban canggih, bebas polusi untuk menjaga kesehatan tetap diperhatikan. Disamping itu, beberapa halaman bergambar membuat anak-anak semakin senang membaca.
       Hanya saja, bahasa yang digunakan sebagian dialog kurang santun untuk ukuran anak-anak. Bacaan secara langsung atau tidak juga sebagai pemodelan bagi mereka, termasuk pemakaian bahasa. Namun terlepas dari kekurangannya, novel ini layak dikoleksi, setidaknya sebagai penumbuh minat baca anak-anak.
@@@



Sabtu, 12 November 2016

Cerita Anak


Asyiknya Bermain Bersama Teman
Oleh: Iis Soekandar



       “Hu… hu… hu… “Andi menangis sambil berlari kencang. Ia mengejar Om Wawan yang akan ke rumah teman kuliahnya. “Hu… hu… hu… Om Wawan ikut… Om Wawan ikut…” Andi terus berlari. Padahal Om Wawan naik kendaraan.
“Andi… Andi… “ teriak Mama.
       Tidak lama mama berhasil mengejar Andi. Beruntung Om Wawan pergi belum begitu jauh dan mendengar tangisan Andi. Om Wawan berhenti. Mama pun lega. Sebab setelah gang, jalan raya. Andi kemudian didudukkan di boncengan kendaraan Om Wawan. Lalu mereka mengelilingi gang.
       Setelah itu Om Wawan menyerahkan Andi kepada mama. Andi kembali menangis ingin ikut Om Wawan. Mama terus menghibur hingga Andi melupakan Om Wawan dan tidak  menangis. Tapi mama tidak lagi khawatir karena Andi menangis di dalam rumah. 

       Begitulah Andi setiap kali melihat orang pergi. Entah papa, Om Wawan, atau Tante Mira. Om Wawan dan Tante Mira adalah dua adik mama yang masih kuliah. Mereka tinggal bersama mama dan papa karena kuliah di kota ini. Sementara kakek dan nenek tinggal di kampung.
                                                                  @@@
       Suatu saat Papa sedang tugas ke luar kota. Om Wawan dan Tante Mira pulang kampung menengok nenek dan kakek. Andi sendirian di rumah hingga berhari-hari. Ia merasa kesepian. Maklumlah Andi anak tunggal. Terpaksa Andi bermain mobil-mobilan koleksinya.
     Hari pertama dan kedua Andi sendirian di teras bermain mobil-mobilan. Hari ketiga Faza, tetangganya, melihat dan nyeletuk.
“Andi, mobil-mobilanmu banyak. Bagus-bagus lagi.” kata Faza masih di depan pintu pagar.
“Iya, semua ini koleksiku.” Ungkap Andi.
“Aku boleh tidak ikut bermain?” tanya Faza.
“Tentu saja boleh, daripada aku sendirian. Ayo ke mari!” ajak Andi.
       Mereka pun bermain mobil-mobilan. Andi mempunyai tujuh mobil-mobilan. Sore itu Andi pura-pura berdagang mobil. Faza sebagai pembelinya. Mereka tawar menawar. Faza sempat bermain mobil setelah memiliki salah satu mobil itu. Sayang, tidak lama kemudian menjelang senja.
“Andi, sayang sudah sore. Sebetulnya aku masih ingin main mobil-mobilan bersamamu.” Kata Faza sedih.
“Iya, ya, kalau begitu, bagaimana kalau besok sore kamu main lagi kemari?” ajak Andi.
“Setuju,” jawab Faza penuh semangat.
       Faza segera pulang ke rumah.
       Hari berikutnya, seperti yang sudah dijanjikan, Andi kembali bermain bersama Faza. Bahkan tidak hanya Faza, Arka, tetangga lainnya yang mengetahui keasyikan mereka, ikut bergabung. Apalagi Arka juga mempunyai koleksi mobil-mobilan yang tidak kalah banyak. Mereka pun bermain balap mobil bersama.
       Semenjak itu Andi tidak lagi menangis bila melihat papa, Om Wawan, atau Tante Mira pergi. Ternyata lebih asyik bermain bersama teman-temannya di rumah. Mama pun tidak khawatir Andi sampai di jalan raya yang bisa membahayakan keselamatannya.
                                                                          @@@