Iis Soekandar: Persahabatan Sempi dan Pusi

Rabu, 09 Januari 2019

Persahabatan Sempi dan Pusi

                                                                                   

           Waktu menunjuk pukul delapan pagi. Seperti biasa Sempi Tempat Sampah sendirian. Sebab Gatot sedang bersekolah. Sempi berada di kamar Gatot.
            “Pusi, tolong ambilkan gelang karetku yang jatuh!” tiba-tiba Sempi mendengar Mbak Ira menyuruh Pusi Kucing Belang. Ternyata gelang karet yang biasa Mbak Ira pakai untuk mengikat rambut panjangnya menggelinding dan masuk di kamar Gatot. Gatot tadi lupa menutup pintu kamarnya ketika akan berangkat ke sekolah.
            “Meooong...,” tidak lama terlihat Pusi masuk di kamar Gatot.
            “Pusi...,” panggil Sempi.
            “Ada apa, Sempi?” tanya Pusi.
            “Aku mau minta tolong,” tukas Sempi.
            “Bentar, aku sedang bantu Mbak Ira mengambil gelang karet. Kasihan dia buru-buru mau kuliah,” Pusi mendorong-dorong gelang karet dengan kedua kakinya hingga di depan Mbak Ira. Lalu Mbak Ira memungutnya.
            Sesaat kemudian...
            “Kamu mau minta tolong apa, Sempi?” tanya Pusi setelah berada di samping Sempi.
            “Lihatlah, sampah di dalam tubuhku sudah penuh. Tapi Gatot malas membuangnya. Ada sampah bekas bungkus alat-alat tulis. Bahkan bekas bungkus makanan seperti permen cokelat, snak cepat saji, juga ada. Tubuhku gatal-gatal.”
            “Wah, iya, baumu tidak enak. Bahkan beberapa semut sudah mengerubutimu,” jelas Pusi setelah mendekat. “Pantas saja kamu diletakkan di pojok sebelah lemari. Pasti supaya mama tidak melihat.”
            “Makanya cepat tolongin aku. Kamu bisa dorong aku keluar terus tumpahkan sampah-sampah itu di pinggir jalan. Biar nanti tukang sampah yang memberesi.”
            “Tukang sampah sudah mengambil sampah pagi tadi. Kita tidak boleh membuang sampah sembarangan. Kan sudah ada tong sampah di setiap depan rumah. Kalau sampai banyak sampah masuk di selokan, bakal mampat dan mengundang bakteri. Warga bisa terkena penyakit.”
            Sempi sedih. Sementara Pusi merenung.
            “Baiklah, aku akan menolongmu nanti sore,” ungkap Pusi girang setelah mendapatkan ide.
            “Kenapa tidak langsung sekarang?”
            “Kalau aku menolongmu sekarang, Gatot pasti mengulang kejelekannya itu. Disamping itu dia tidak suka sama aku. Siapa tahu tidak lama lagi dia pulang. Kadang-kadang istirahat dia pulang untuk mengambil bukunya yang teritnggal. Aku bisa ditendang kalau sampai tahu berada di kamarnya. Kamu tahu sendiri dia tidak suka kucing. Lagi pula sekarang aku ada janji sama Kiti. Kiti pasti sudah menunggu di luar.”
            Setelah itu Pusi keluar dari kamar Gatot. Sempi kembali sendirian. Sempi teringat awal persahabatannya dengan Sempi. Suatu ketika Sempi sedang dicuci mama. Supaya cepat kering, Sempi diletakkan di ujung pagar dengan menelungkup. Kemudian Kiti, kucing milik Tyas, tetangga sebelah, memanggil-manggil.
            “Sempi, kamu bisa menolong kucing ini. Kasihan dia terkena guyuran air panas dari manusia. Waktu itu dia sedang mencari makan. Di rumahmu kan belum ada kucing.”
            “Wah, kasihan, badannya memerah. Mbak Ira memang penyayang binatang. Tapi Mbak Ira mau nggak ya memelihara kucing itu.”
            “Tolonglah aku, Sempi! Setidaknya supaya lukaku sembuh,” pinta kucing yang terluka itu.
            Tidak lama Mbak Ira keluar. Kemudian Kiti diminta meloncat hingga mengenai Sempi dan terjatuh. Tentu saja Mbak Ira terheran. Ketika memungut Sempi, dia melihat ada kucing terluka. Mbak Ira cepat-cepat membawanya ke rumah lalu ke dokter hewan. Kemudian Mbak Ira memelihara dan menamainya, Pusi. Semenjak itu Sempi dan Pusi bersahabat.
@@@
            Sore telah tiba. Mama dan papa sudah pulang dari kantor. Seperti biasa mama masuk kamar Gatot untuk bertanya pelajaran hari itu.
            “Ini, Ma, Gatot sedang mengerjakan pekerjaan rumah untuk besok.”
            “Katanya kamu tadi ada ulangan.”
            “Iya, Ma, tapi lembar ulangannya belum dikembalikan. Jadi belum tahu nilainya. Tapi Gatot merasa bisa mengerjakan.”
            “Syukurlah...”
            Tiba-tiba...
            Klonthang...Tidak lama Pusi berlari meninggalkan kamar setelah menjatuhkan Sempi.
            “Ya ampun, Gatot... jadi selama ini kamu malas membuang sampah? Sampah di tempat sampah sampai menggunung. Ada bekas bungkus makanan bahkan kaleng bekas minuman. Ayo bersihkan!” pinta mama dengan marah melihat sampah berserakan di lantai.
            Lalu Gatot mengumpulkan sampah-sampah itu dan membuangnya di tong sampah.
            “Mulai sekarang, kamu harus membuang sampah setiap sore. Mama akan mengecek. Jika mama masuk kamar tempat sampah tidak kosong, mama akan kurangi uang jajanmu.”
            “Baik, Ma, Gatot akan lakukan itu. Yang penting, Mama jangan mengurangi uang jajan Gatot.”
            Gatot juga disuruh mencuci Sempi. Setelah itu Sempi diangin-anginkan hingga kering.
            Ketika di ruang belakang hanya ada Sempi dan Pusi....
            “Terima kasih Pusi kamu baik sekali,” ungkap Sempi senang.
            “Kamu juga pernah menolong aku,” jawab Pusi tak kalah senang.
@@@

 Cernak ini pernah dimuat di harian Solopos, Minggu, 6 Januari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar