Iis Soekandar: Outline

Minggu, 19 November 2017

Outline


Outline




     Outline disebut juga kerangka karangan. Tentu saja outline berbeda dengan sinopsis. Sinopsis berisi garis besar karangan, sedangkan outline memerinci setiap bagian atau bab. Karena memerinci bagian atau bab, outline biasanya digunakan dalam kepentingan membuat cerita panjang, seperti novelet dan novel. 

      Dalam pembuatan cerita pendek, saya juga biasa membuat outline. Ibarat bangunan bila kerangka tidak kokoh, robohlah bangunan itu. Begitupun bila tidak matang menyiapkan outline proses pengerjaan bertele-tele, memakan waktu lama, dan hasil cerita kurang maksimal. Outline berguna sebagai pemetaan, baik dari segi tema cerita maupun panjang karangan. Tanpa pemetaan tema cerita seringkali menjadi tidak fokus. Setelah outline jadi, bisa terlihat pada bagian-bagian mana yang harus dihilangkan karena keluar dari tema, atau menambah bagian yang masih kurang, sehingga tema menjadi kuat.
       Sedangkan panjang karangan, saya biasa memakai ukuran jumlah halaman. Saya membuat kerangka karangan dengan penomoran sebanyak jumlah halaman yang disyaratkan media yang dituju. Sekalipun ada media yang mensyaratkan dalam bentuk cws (character with space) dan kata, dalam catatan pribadi, saya tetap mengukurkan dengan halaman. Sebab dengan melihat jumlah halaman pemetaan lebih mudah dilihat, tinggal nanti disesuaikan sampai berapa cws atau kata yang dibutuhkan.
        Setiap halaman berisi pokok-pokok cerita. Kelak dalam proses menulis, setiap pokok cerita berusaha dikembangkan hingga menjadi satu halaman. Begitupun sebaliknya, tidak melebihkan sehingga keluar dari pokok cerita. Sekilas cara seperti ini terkesan kaku. Karena selama proses menulis seringkali harus mendengar juga suara hati dan itu lebih mengalir. Tetapi dengan pemetaan, setidaknya saya mempunyai bayangan kemana cerita akan saya bawa dan dengan ending yang seperti apa.
       Dengan membuat pokok-pokok cerita setiap halaman, dapat dilihat, pada bagian-bagian mana yang masih kurang data-datanya. Apalagi bila berhubungan dengan pihak lain, seperti narasumber dan survei tempat, maka harus dituntaskan sehingga tidak menghambat selama proses menulis.
       Dengan memetakan cerita dalam bentuk outline, berguna pula dalam menyusun alur cerita. Pada halaman berapa cerita itu akan dibuat antiklimaks, klimas, pengenalan, ending, apakah akan dibuat flashback ataukah alur maju. Sekaligus menyiapkan prolog atau pengantar agar pembaca tertarik mengikuti cerita dari awal hingga akhir. Prolog adalah pintu gerbang cerita setelah judul.
       Dengan membuat outline, proses menulis menjadi mudah, terstruktur, sehingga hasilnya makasimal dan sesuai yang dikehendai. Salam senyum menulis, teman-teman!
@@@

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar