Iis Soekandar: Artikel Anti Hoaks

Rabu, 08 November 2017

Artikel Anti Hoaks

Perangi Hoaks dengan Agama
(Anti Hoaks Sang Pendidik)

       Akhir-akhir ini sering beredar berita-berita yang awalnya meyakinkan dipercaya, tetapi seiring waktu berjalan, memudar karena tidak ada kebenarannya. Masyarakat pun dibuat resah hingga kemudian mereka meyakini bahwa ternyata berita itu bohong.
       Sebetulnya berita bohong atau fitnah sudah ada sebelum manusia menginjakkan kaki di muka bumi. Dikisahkan dalam Al Quran, surat Al-A`raf ayat 19-22, ketika Allah melarang Nabi Adam dan istrinya, Siti Hawa, mendekati pohon kayu agar tidak menjadi orang zalim atau tercela. Lalu suatu ketika dengan mengaku sedang memberi nasihat, syetan memutarbalikkan fakta dan mengatakan bahwa Tuhan melarang mereka mendekati pohon kayu agar tidak menjadi malaikat atau orang-orang yang kekal di syurga. Syetan pun membujuk mereka supaya memakan buah kayu itu. Pembohongan ini diungkapkan dengan kata-kata bombastis `menjadi malaikat` sehingga Nabi Adam dan istrinya tergoda. Setelah itu Allah mengeluarkan mereka dari syurga kemudian turun ke bumi. Tak ubahnya berita bohong yang terjadi pada zaman Nabi Adam, sekarang pun terkenal dengan hoaks. Lalu mengapa istilahnya menjadi hoaks? Dan mengapa sampai pada masyarakat Indonesia? Bagaimana penyebarannya?
       Secara etimologi atau asal usul kata, hoaks berasal dari bahasa Inggris dengan huruf –ks ditulis –x, yaitu hoax. Hoaks mempunyai makna berita bohong, berita palsu, atau kabar burung. Jadi dapat dikatakan, hoaks sesuatu yang tidak benar. Banyak berita dari media sosial atau medsos yang menggemparkan. Dari kalangan pejabat, partai politik, selebritis terkenal, komunitas tertentu, dan yang meresahkan bila menyangkut kepentingan masyarakat luas. Persoalannya pun bervariasi, dari masalah pribadi, hubungan sosial, kesehatan, hingga produk makanan dan minuman. Hoaks disebarkan agar pihak-pihak yang menjadi sasarannya percaya dan diuntungkan padahal pada kenyataannya justru dirugikan. Kata hoaks pun dipergunakan, tidak saja di media sosial tetapi juga dalam pergaulan sehari-hari. Karena sering muncul inilah kata hoaks diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI edisi V online atau dalam jaringan (daring) yang diterbitkan kemendikbud tahun 2017 sudah memuat kata hoaks dengan tulisan ho.aks. Kini masyarakat Indonesia dapat menggunakan kata hoaks dalam konteks atau situasi resmi.
      Kata hoaks muncul pertama kali dari kalangan para pengguna internet atau warganet dari negara Amerika, didasarkan pada film berjudul The Hoax pada tahun 2006. Film ini disutradarai oleh Lasse Hallstrom dengan skenario ditulis William Wheeler berdasar buku biografi Clifford Irving. Karena plot banyak menyimpang dari aslinya, Irving mengundurkan diri atas keterlibatannya dari film itu. Semenjak itu film The Hoaks dianggap mengandung banyak kebohongan. Kemudian banyak kalangan terutama para warganet menggunakan istilah hoaks untuk menyatakan suatu kebohongan. Karena jaringan internet memudahkan orang mengetahui berita dengan cepat, kata hoaks digunakan oleh wargnet seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Bagaimana Cara Mengidentifikasi Sebuah Berita Hoaks atau Asli?
       Era digital ditandai dengan pertumbuhan telepon pintar dan aktifnya warganet dalam media sosial. Hal ini jika tidak diimbangi dengan literasi digital menyebabkan hoaks merajalela. Informasi beredar melalui jalur digital seperti situs online dan pesan chatting. Jika tidak berhati-hati warganet akan termakan hoaks bahkan ikut menyebarkan informasi palsu.
       Lalu bagaimana cara mengidentifikasi sebuah berita hoaks atau bukan? Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan.
       Pertama, perhatikan judul berita yang bernada provokasi dan bombastis. Berita hoaks biasanya ditulis dengan huruf besar dan tanda seru, dengan konten menunjuk pada pihak tertentu. Tujuannya merugikan pihak yang menjadi sasarannya itu.
       Kedua, dengan mengecek di mesin pencarian seperti Google. Tulis kata kunci atau tema yang dimaksud, kemudian ikuti kata hoaks. Nanti akan ada pembahasannya. Pada akhirnya Google akan memberitahukan apakah berita itu hoaks ataukah tidak.
      Ketiga, banyak bergaul dengan teman-teman. Media sosial tidak membatasi ruang dan waktu. Chatting dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, dari Sabang sampai Merauke. Berita hoaks biasanya menyangkut hal-hal yang sedang hangat dibicarakan. Tentu banyak pula orang-orang sedang membicarakan dan merespon. Tanyakan apakah berita itu hoaks dan sejauh mana mereka mengklarifikasi.
       Keempat, ternyata hoaks tidak hanya terjadi dalam berita, gambar dan video pun dapat dimanipulasi. Hal ini bisa dicari dalam Google Images. Di sana akan disajikan gambar-gambar serupa yang beredar di internet, kemudian bandingkan.

Dampak Negatif Hoaks
       Karena hoaks merupakan fitnah atau perbuatan tercela, tentu membawa dampak buruk. Hoaks menyebabkan masyarakat terprovokasi lalu timbul kebencian, hasutan, bahkan pemberontakan. Masyarakat digiring oleh opini yang sengaja diciptakan agar situasi memburuk sehingga pada akhirnya memecah belah.
       Beberapa kali tersiar kabar bahwa mengonsumsi dua jenis makanan tertentu secara berurutan akan menimbulkan kematian. Padahal makanan-makanan itu justru dibutuhkan bagi kesehatan tubuh. Ataupun minuman kemasan mengandung virus HIV. Bukankah hal ini berdampak perekonomian tidak stabil?
       Hoaks juga membunuh mata pencaharian. Pernah terjadi di sebuah warung kelontong. Kampung dihebohkan dengan berita salah satu prouduk makanan anak-anak mengandung bahan narkotika. Tentu saja para orangtua menjadi cemas. Bahkan melarang anak-anaknya, tidak saja membeli produk makanan tersebut, tetapi juga semua makanan dan minuman yang dijual di warung itu.  Warga pun menjadi berburuk sangka, mengapa pemilik warung menjual makanan terlarang.
       Bila hoaks terjadi dalam satu komunitas, tentu mengikis kepercayaan karena antaranggota menjadi saling mencurigai.

Cara Mengedukasi Siswa/ Keluarga/ Kolega untuk Memerangi Hoaks
       Pertama, jika melibatkan warganet, periksa link yang memuat hoaks. Hoaks biasanya tanpa masa berlaku, tanggal awal atau akhir, atau link-nya sudah mati, atau link tersebut merupakan opini. Opini adalah pendapat seseorang yang belum tentu kebenarannya sehingga bersifat subjektif. Sedangkan fakta adalah kenyataan dan sudah jelas kebenarannya.
       Kedua, bila menyangkut masyarakat atau orang-orang sekitar, supaya tidak mudah mempercayai berita sebelum mengetahui sumbernya yang dapat dipercaya. Disebutkan dalam surat Al Hujurat ayat 6, Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu.
      Ketiga, pentingnya tidak berlaku fitnah. Sebab orang lain memfitnah, dimungkinkan dalam kehidupan pun kita gemar memfitnah atau menyebarkan berita bohong. Atau kita telah menyakiti orang lain sehingga dibalas berupa fitnah. Disebutkan dalam surat Asy Syuura ayat 30, Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahan-kesalahanmu.
       Keempat, bergaul dengan teman-teman yang memberi pengaruh positif. Seseorang salah jalan bisa jadi karena salah bergaul dengan teman-teman yang memiliki perilaku buruk. Begitupun bergaul dengan orang yang suka menyebarkan berita bohong, maka ia juga berpotensi berlaku sama.  Disebutkan dalam surat At Taubah ayat 119, Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (benar).
      Kelima, memanfaatkan waktu dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif. Disebutkan dalam surat Alam Nasyrah ayat 7, Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lainnya. Karena tidak berdisiplin berarti membuat celah bagi syetan atau pihak yang tidak suka untuk mempengaruhi hal buruk.

Pengalaman Pribadi ketika Mendapat Hoaks atau Fitnah
       Keyakinan yang saya anut mengajarkan bahwa perkara batil, termasuk fitnah, akan diganti dengan yang benar. Dan kebenaran itu akan kekal. Sebelum bertindak saya akan meneliti terlebih dahulu apakah hal yang dituduhkan itu benar ataukah fitnah. Jika benar kabar itu fitnah, saya pun berkeyakinan bahwa suatu saat kebenaran akan menggantikannya.
       Jika menyangkut kemaslahatan masyarakat luas, saya banyak berhubungan dengan teman-teman di media sosial sampai saya menemukan jawaban bahwa berita itu hoaks. Tetapi jika menyangkut masalah pribadi, langkah awal saya mencari tahu, siapa yang menyebarkan fitnah. Sambil menyelidiki, saya tetap berlaku baik kepada siapapun, termasuk di tempat berita fitnah pertama menyebar. Dengan bertanya kepada teman atau melihat gerak gerik, biasanya ada yang membisiki sumber pembawa berita fitnah. Tetapi terkadang tidak semudah itu. Pihak penyebar fitnah menyampaikannya langsung tetapi dengan mengambinghitamkan orang lain. Seiring waktu berjalan, sambil tetap berperilaku baik, penyebar fitnah akan sungkan. Dari situlah ketahuan pelaku penyebar fitnah. Tetapi saya tidak membalas dengan kejahatan sebagaimana dia pernah memfitnah saya.
       Disebutkan di dalam Al Quran surat An-Nahl ayat 126, Dan jika kamu memberikan balasan, balaslah dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Tentu saya memilih sabar. Sebab berkaitan dengan perilaku, sulit diukur secara kuantitatif. Disebutkan pula pada surat Fushilat ayat 34, Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka diantara kalian yang semula ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Maka kami pun bisa lebih dekat dari sebelumnya. 
       Mengingat besar kerugian dan dampak yang ditimbulkan oleh hoaks atau berita fitnah, marilah kita ciptakan masyarakat yang dilandasi perilaku jujur, saling menghargai, dan menyayangi. Karena dengan menyayangi orang lain sebagaimana dengan diri sendiri, tidak ada pihak yang tersakiti. Maka hoaks tidak akan timbul. Negeri tercinta ini pun menjadi  aman dan tentram. Kita isi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif dan membangun. Bila negeri ini damai dan bersatu, negara lain pun sulit campur tangan untuk memecah belah. Sebaliknya kesan positif didapat dari dunia internasional.
@@@
                                                                                                                        Iskadarwati, S.Pd.
                                                              guru Bahasa Indonesia, penulis lepas, tinggal di Semarang
Referensi:
Al Quran Surat Al-A`raf ayat 19-22
Al Quran Surat Al Hujurat ayat 6
Al Quran Surat Asy Syuura ayat 30
Al Quran Surat At Taubah ayat 119
Al Quran Surat Alam Nasyrah ayat 7
Al Quran Surat An-Nahl ayat 126
Al Quran Surat Fushilat ayat 34
https://kbbi.kemendikbud.go.id
http://nine-lounge.blogspot.co.id/2012/06/asal-mula-istilah-hoax.html
http://www.tagar.id/empat-langkah-mudah-cek-berita-hoax-atau-bukan/
http://tekno.kompas.com/read/2017/01/09/12430037/begini.cara.mengidentifikasi.berita.hoax.di.internet
https://www.kompasiana.com/wenynoviasuryani01/dampak-negatif-dan-jejaring-sosial-penyebaran-berita-hoax-dan-provokatif_593101bbca23bddf4ce89452

Tidak ada komentar:

Posting Komentar