Perangi Hoaks dengan Agama
(Anti
Hoaks Sang Pendidik)
Akhir-akhir ini sering beredar
berita-berita yang awalnya meyakinkan dipercaya, tetapi seiring waktu berjalan,
memudar karena tidak ada kebenarannya. Masyarakat pun dibuat resah hingga
kemudian mereka meyakini bahwa ternyata berita itu bohong.
Sebetulnya berita bohong atau fitnah
sudah ada sebelum manusia menginjakkan kaki di muka bumi. Dikisahkan dalam Al
Quran, surat Al-A`raf ayat 19-22, ketika Allah melarang Nabi Adam dan istrinya,
Siti Hawa, mendekati pohon kayu agar tidak menjadi orang zalim atau tercela. Lalu
suatu ketika dengan mengaku sedang memberi nasihat, syetan memutarbalikkan
fakta dan mengatakan bahwa Tuhan melarang mereka mendekati pohon kayu agar
tidak menjadi malaikat atau orang-orang yang kekal di syurga. Syetan pun
membujuk mereka supaya memakan buah kayu itu. Pembohongan ini diungkapkan
dengan kata-kata bombastis `menjadi malaikat` sehingga Nabi Adam dan istrinya
tergoda. Setelah itu Allah mengeluarkan mereka dari syurga kemudian turun ke bumi.
Tak ubahnya berita bohong yang terjadi pada zaman Nabi Adam, sekarang pun
terkenal dengan hoaks. Lalu mengapa istilahnya menjadi hoaks? Dan mengapa
sampai pada masyarakat Indonesia? Bagaimana penyebarannya?
Secara etimologi atau asal usul kata,
hoaks berasal dari bahasa Inggris dengan huruf –ks ditulis –x, yaitu hoax.
Hoaks mempunyai makna berita bohong, berita palsu, atau kabar burung. Jadi
dapat dikatakan, hoaks sesuatu yang tidak benar. Banyak berita dari media
sosial atau medsos yang menggemparkan. Dari kalangan pejabat, partai politik, selebritis
terkenal, komunitas tertentu, dan yang meresahkan bila menyangkut kepentingan
masyarakat luas. Persoalannya pun bervariasi, dari masalah pribadi, hubungan
sosial, kesehatan, hingga produk makanan dan minuman. Hoaks disebarkan agar
pihak-pihak yang menjadi sasarannya percaya dan diuntungkan padahal pada
kenyataannya justru dirugikan. Kata hoaks pun dipergunakan, tidak saja di media
sosial tetapi juga dalam pergaulan sehari-hari. Karena sering muncul inilah kata
hoaks diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
atau KBBI edisi V online atau dalam jaringan (daring) yang diterbitkan kemendikbud
tahun 2017 sudah memuat kata hoaks dengan tulisan ho.aks. Kini masyarakat
Indonesia dapat menggunakan kata hoaks dalam konteks atau situasi resmi.
Kata hoaks muncul pertama kali dari
kalangan para pengguna internet atau warganet dari negara Amerika, didasarkan
pada film berjudul The Hoax pada tahun 2006. Film ini disutradarai oleh Lasse
Hallstrom dengan skenario ditulis William Wheeler berdasar buku biografi Clifford
Irving. Karena plot banyak menyimpang dari aslinya, Irving mengundurkan diri
atas keterlibatannya dari film itu. Semenjak itu film The Hoaks dianggap
mengandung banyak kebohongan. Kemudian banyak kalangan terutama para warganet
menggunakan istilah hoaks untuk menyatakan suatu kebohongan. Karena jaringan
internet memudahkan orang mengetahui berita dengan cepat, kata hoaks digunakan
oleh wargnet seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Bagaimana Cara Mengidentifikasi Sebuah Berita Hoaks atau Asli?
Era digital ditandai dengan pertumbuhan
telepon pintar dan aktifnya warganet dalam media sosial. Hal ini jika tidak
diimbangi dengan literasi digital menyebabkan hoaks merajalela. Informasi
beredar melalui jalur digital seperti situs online
dan pesan chatting. Jika tidak
berhati-hati warganet akan termakan hoaks bahkan ikut menyebarkan informasi
palsu.
Lalu bagaimana cara mengidentifikasi sebuah
berita hoaks atau bukan? Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan.
Pertama, perhatikan judul berita yang
bernada provokasi dan bombastis. Berita hoaks biasanya ditulis dengan huruf
besar dan tanda seru, dengan konten menunjuk pada pihak tertentu. Tujuannya
merugikan pihak yang menjadi sasarannya itu.
Kedua, dengan mengecek di mesin pencarian
seperti Google. Tulis kata kunci atau tema yang dimaksud, kemudian ikuti kata
hoaks. Nanti akan ada pembahasannya. Pada akhirnya Google akan memberitahukan
apakah berita itu hoaks ataukah tidak.
Ketiga, banyak bergaul dengan
teman-teman. Media sosial tidak membatasi ruang dan waktu. Chatting dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, dari Sabang
sampai Merauke. Berita hoaks biasanya menyangkut hal-hal yang sedang hangat dibicarakan.
Tentu banyak pula orang-orang sedang membicarakan dan merespon. Tanyakan apakah
berita itu hoaks dan sejauh mana mereka mengklarifikasi.
Keempat, ternyata hoaks tidak hanya terjadi
dalam berita, gambar dan video pun dapat dimanipulasi. Hal ini bisa dicari
dalam Google Images. Di sana akan disajikan gambar-gambar serupa yang beredar
di internet, kemudian bandingkan.
Dampak Negatif Hoaks
Karena hoaks merupakan fitnah atau
perbuatan tercela, tentu membawa dampak buruk. Hoaks menyebabkan masyarakat
terprovokasi lalu timbul kebencian, hasutan, bahkan pemberontakan. Masyarakat
digiring oleh opini yang sengaja diciptakan agar situasi memburuk sehingga pada
akhirnya memecah belah.
Beberapa kali tersiar kabar bahwa
mengonsumsi dua jenis makanan tertentu secara berurutan akan menimbulkan
kematian. Padahal makanan-makanan itu justru dibutuhkan bagi kesehatan tubuh.
Ataupun minuman kemasan mengandung virus HIV. Bukankah hal ini berdampak
perekonomian tidak stabil?
Hoaks juga membunuh mata pencaharian. Pernah
terjadi di sebuah warung kelontong. Kampung dihebohkan dengan berita salah satu
prouduk makanan anak-anak mengandung bahan narkotika. Tentu saja para orangtua
menjadi cemas. Bahkan melarang anak-anaknya, tidak saja membeli produk makanan
tersebut, tetapi juga semua makanan dan minuman yang dijual di warung itu. Warga pun menjadi berburuk sangka, mengapa
pemilik warung menjual makanan terlarang.
Bila
hoaks terjadi dalam satu komunitas, tentu mengikis kepercayaan karena
antaranggota menjadi saling mencurigai.
Cara Mengedukasi Siswa/ Keluarga/ Kolega untuk Memerangi Hoaks
Pertama, jika melibatkan warganet, periksa
link yang memuat hoaks. Hoaks biasanya tanpa masa berlaku, tanggal awal atau
akhir, atau link-nya sudah mati, atau link tersebut merupakan opini. Opini
adalah pendapat seseorang yang belum tentu kebenarannya sehingga bersifat
subjektif. Sedangkan fakta adalah kenyataan dan sudah jelas kebenarannya.
Kedua, bila menyangkut masyarakat atau
orang-orang sekitar, supaya tidak mudah mempercayai berita sebelum mengetahui
sumbernya yang dapat dipercaya. Disebutkan dalam surat Al Hujurat ayat 6, Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatan itu.
Ketiga, pentingnya tidak berlaku fitnah.
Sebab orang lain memfitnah, dimungkinkan dalam kehidupan pun kita gemar
memfitnah atau menyebarkan berita bohong. Atau kita telah menyakiti orang lain
sehingga dibalas berupa fitnah. Disebutkan dalam surat Asy Syuura ayat 30, Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
kesalahan-kesalahanmu.
Keempat, bergaul dengan teman-teman yang
memberi pengaruh positif. Seseorang salah jalan bisa jadi karena salah bergaul
dengan teman-teman yang memiliki perilaku buruk. Begitupun bergaul dengan orang
yang suka menyebarkan berita bohong, maka ia juga berpotensi berlaku sama. Disebutkan dalam surat At Taubah ayat 119, Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur (benar).
Kelima, memanfaatkan waktu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan positif. Disebutkan dalam surat Alam Nasyrah ayat 7, Maka apabila kamu telah selesai dari suatu
urusan, kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan lainnya. Karena tidak berdisiplin berarti membuat
celah bagi syetan atau pihak yang tidak suka untuk mempengaruhi hal buruk.
Pengalaman Pribadi ketika Mendapat Hoaks atau Fitnah
Keyakinan yang saya anut mengajarkan
bahwa perkara batil, termasuk fitnah, akan diganti dengan yang benar. Dan
kebenaran itu akan kekal. Sebelum bertindak saya akan meneliti terlebih dahulu
apakah hal yang dituduhkan itu benar ataukah fitnah. Jika benar kabar itu
fitnah, saya pun berkeyakinan bahwa suatu saat kebenaran akan menggantikannya.
Jika menyangkut kemaslahatan masyarakat
luas, saya banyak berhubungan dengan teman-teman di media sosial sampai saya
menemukan jawaban bahwa berita itu hoaks. Tetapi jika menyangkut masalah
pribadi, langkah awal saya mencari tahu, siapa yang menyebarkan fitnah. Sambil
menyelidiki, saya tetap berlaku baik kepada siapapun, termasuk di tempat berita
fitnah pertama menyebar. Dengan bertanya kepada teman atau melihat gerak gerik,
biasanya ada yang membisiki sumber pembawa berita fitnah. Tetapi terkadang
tidak semudah itu. Pihak penyebar fitnah menyampaikannya langsung tetapi dengan
mengambinghitamkan orang lain. Seiring waktu berjalan, sambil tetap berperilaku
baik, penyebar fitnah akan sungkan. Dari situlah ketahuan pelaku penyebar
fitnah. Tetapi saya tidak membalas dengan kejahatan sebagaimana dia pernah
memfitnah saya.
Disebutkan di dalam Al Quran surat
An-Nahl ayat 126, Dan jika kamu
memberikan balasan, balaslah dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan
tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Tentu saya
memilih sabar. Sebab berkaitan dengan perilaku, sulit diukur secara kuantitatif.
Disebutkan pula pada surat Fushilat ayat 34, Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka diantara kalian yang semula ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia.
Maka kami pun bisa lebih dekat dari sebelumnya.
Mengingat besar kerugian dan dampak yang
ditimbulkan oleh hoaks atau berita fitnah, marilah kita ciptakan masyarakat
yang dilandasi perilaku jujur, saling menghargai, dan menyayangi. Karena dengan
menyayangi orang lain sebagaimana dengan diri sendiri, tidak ada pihak yang
tersakiti. Maka hoaks tidak akan timbul. Negeri tercinta ini pun menjadi aman dan tentram. Kita isi kemerdekaan dengan
hal-hal yang positif dan membangun. Bila negeri ini damai dan bersatu, negara
lain pun sulit campur tangan untuk memecah belah. Sebaliknya kesan positif
didapat dari dunia internasional.
@@@
Iskadarwati,
S.Pd.
guru Bahasa Indonesia, penulis lepas, tinggal di Semarang
Referensi:
Al
Quran Surat Al-A`raf ayat 19-22
Al
Quran Surat Al Hujurat ayat 6
Al
Quran Surat Asy Syuura ayat 30
Al
Quran Surat At Taubah ayat 119
Al
Quran Surat Alam Nasyrah ayat 7
Al
Quran Surat An-Nahl ayat 126
Al
Quran Surat Fushilat ayat 34
https://kbbi.kemendikbud.go.id
http://nine-lounge.blogspot.co.id/2012/06/asal-mula-istilah-hoax.html
http://www.tagar.id/empat-langkah-mudah-cek-berita-hoax-atau-bukan/
http://tekno.kompas.com/read/2017/01/09/12430037/begini.cara.mengidentifikasi.berita.hoax.di.internet
https://www.kompasiana.com/wenynoviasuryani01/dampak-negatif-dan-jejaring-sosial-penyebaran-berita-hoax-dan-provokatif_593101bbca23bddf4ce89452
Tidak ada komentar:
Posting Komentar