Iis Soekandar: Ganti Suasana

Kamis, 16 Oktober 2025

Ganti Suasana

                                                                                               

            Saya selalu bersemangat setiap hari Minggu tiba. Ada satu kegiatan yang saya nanti satu minggu: belajar seni baca Alquran atau membaca Alquran yang dilagukan. Saya terlambat mengetahuinya. Lebaran tahun ini saya baru mengikutinya. Program ini ada sejak 2018, di masjid tidak jauh dari rumah.

            Namun tidak Minggu ini, ketika saya teringat, Pak Ustaz yang mengajar sedang umroh. Beliau izin beberapa pekan. Beliau tidak mengatakan berapa lama beribadah di tanah suci, dan pesan terakhirnya, agar kami tetap datang pada hari dan jam sama.

Udara panas semakin terasa. Debu-debu diterbangkan angin di antara  pertokoan sekitar Masjid Agung Semarang. Benar, ada yang mengisi, dari pelantang suara yang saya dengar. Saya terlambat seperempat jam dari jadwal, hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Saya duduk begitu saja, di area wanita, seorang diri. Tiga teman lelaki khusuk mengikuti. Selesai membaca satu ayat, Pak Ustaz Pengganti menyapa saya di balik tirai kain hijau, sebagai pembatas lelaki perempuan, setinggi bahu orang duduk. Saya diminta menyesuikan, pembacaan ayat suci berlagu dilanjut, sesuai not-notnya.

Seperempat jam jelang akhir diisi ramah tamah. Di antaranya, Pak Ustaz merekomendasikan obat tertentu jika peserta terganggu tenggorokannya. Hal yang tidak pernah saya dapatkan sebelumnya. Saya catat nama obat itu. Obat itu tidak ditelan seperti obat-obat biasa, melainkan diemut. Harganya pun murah. Suara jernih mutlak dibutuhkan ketika membacakan ayat suci berlagu.

Sepekan berikutnya, malam hari, saat saya baru saja dari alun-alun dan beristirahat di masjid, saya bertemu sesama pengunjung, seorang wanita. Kami duduk bersebelahan. Seperti biasa, saya beramah tamah setiap bertemu orang asing, sejauh keadaan memungkinkan.

“Rumahnya Semarang aja?”

“Di Genuk.”

“Ada acara khusus ke sini?”

“Saya, suami, dan anak biasa refreshing ke alun-alun setiap Sabtu Minggu.”

Kemudian ia menyatakan bahwa refreshing perlu dilakukan. Agar melakukan kegiatan hari Senin, ia, suami, dan anaknya, penuh semangat. Hasilnya pun optimal.

Saya mengangguk-angguk teringat Pak Ustaz Pengganti. Pak Ustad Penganti secara langsung atau tidak, memberi suasana segar. Hasilnya, saya mendapat rekomendasi nama obat penghalau serak.

@@@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar