Iis Soekandar: September 2022

Selasa, 06 September 2022

Cita-Cita Peri Brownis

                                                                     

Peri Brownis sedang merenung di taman. Pandangannya ke atas.  Dia membayangkan seandainya bisa terbang dan melihat seisi dunia. Dia akan menembus awan dan langit. Alangkah senangnya seperti peri-peri lain. Namun sayang, sayap kanannya patah sejak lahir, sehingga Peri Brownis tidak dapat terbang. Tidak lama kemudian Peri Brownis melihat Koko datang sambil menangis.

      “Hu... hu... hu...”

     “Mengapa kamu menangis, Koko?” tanya Peri Brownis.

     “Nenek belum datang,” jawab Koko.

      “Nenek sedang bekerja di ladang. Nenek bekerja supaya dapat membelikanmu makanan, memenuhi kebutuhan sekolah, dan memberi uang jajan. Jadi, Nenek bekerja untuk kamu, Koko,” hibur Peri Brownis.

       “Benarkah, Nenek bekerja untuk aku?” tanya Koko tidak percaya.

       “Iya, Nenek sebagai pengganti kedua orangtuamu yang telah meninggal,” hibur Peri Brownis.

       Koko merenung, lalu manggut-manggut.

       “Nah, sekarang bermainlah lagi, mungkin Nenekmu sedang perjalanan pulang.”

       “Baiklah, aku menunggu Nenek pulang sambil bermain bersama pusi,” ungkapnya senang, lalu bernyanyi-nyanyi sambil loncat-loncat bersama kucing kesayangannya.

                                                                                    
ilustrasi: Bobo

Peri Brownis kembali merenung. Ia merenungi nasibnya yang tidak dapat terbang. Sehari-hari pekerjaannya menghibur Koko karena ditinggal neneknya ke ladang. Tiba-tiba Peri Brownis melihat seekor kupu-kupu yang hinggap di dahan. Warnanya pink dengan totol-totol hijau muda. Ketika didekati, kupu-kupu itu terbang tinggi.

       Ah andai aku seperti kupu-kupu itu bisa terbang sesuka hati. Peri Brownis menitikkan air mata.

@@@

       Seperti biasa, Peri Brownis berada di taman. Dia sedang sibuk memberi pupuk dan menyirami tanaman. Tidak lama, kupu-kupu warna pink dengan totol-totol hijau muda hinggap di dahan. Siapapun yang melihat pasti suka, begitu pun Peri Brownis.

        “Peri Brownis...” panggil Koko tiba-tiba dengan suara serak.

      “Kamu sakit, Ko?” tanya Peri Brownis heran.

      “Sebetulnya badanku tidak sakit. Tapi, suaraku serak, padahal aku akan mengikuti lomba menyanyi.”

             “Kamu banyak makan gorengan dan es, ya, sehingga suaramu serak. Makanya, kamu harus menghindarinya untuk sementara waktu.”

“Aku ingin menjadi penyanyi bertaraf internasional agar dapat keliling dunia.  Apakah itu mungkin, Peri Brownis?”

          “Mungkin saja.”

          “Apakah suara serakku dapat sembuh, Peri Brownis?” tanya Koko masih sedih.

          “Tentu bisa. Pagi dan sore akan aku buatkan minuman dari air kencur, agar suaramu bagus.”

         Koko menuruti saran Peri Brownis dengan tidak makan gorengan dan minum es. Di samping itu, Peri Brownis membuatkan air kencur untuk diminum pagi dan sore.

         Waktu terus berlalu. Tibalah saatnya lomba. Koko bernyanyi dengan suara bagus. Walaupun menjadi juara kedua, Koko senang, terlebih Peri Brownis.

@@@

      Suatu saat Peri Brownis melihat Koko malas-malasan dan tidak mau belajar. Padahal, kemarin lusa Koko bercerita besok ada ulangan.

      “Koko, kenapa kamu tidak belajar? Kalau kamu tidak belajar bagaimana mungkin kamu bisa meraih cita-citamu setinggi langit. Katanya kamu ingin menjadi dokter sekaligus penyanyi bertaraf internasional?”

       “Iya... iya,” Koko tersadar setelah diingatkan.

       “Sekarang belajarlah!”

       Koko bergegas mengambil buku-bukunya dan bersemangat lagi untuk belajar. Setiap kali diingatkan, Koko selalu senang dan kembali belajar. Maklumlah, karena neneknya sibuk di ladang.

      Setelah sendirian, Peri Brownis pun termenung. Dilihatnya bunga-bunga di taman. Tumben tidak terlihat kupu-kupu warna pink dengan totol-totol hijau muda. Ah, mungkin kupu-kupu itu sedang terbang dan mengembara ke taman lain.

       Tidak lama kemudian, Peri Brownis melihat seorang peri datang. Semua pakaiannya putih seperti dirinya. Namun, ia punya dua sayap.

                                                                           

ilustrasi: Bobo

       “Kamu siapa?” tanya Peri Brownis.

       “Aku Peri Elive, akulah yang setiap kali menjelma menjadi kupu-kupu warna pink totol-totol hijau muda.”

      “Pantas sore ini aku tidak melihat kupu-kupu warna pink totol-totol hijau muda.”

      “Aku tahu yang kamu sedihkan. Walaupun tidak dapat terbang, suatu saat kamu pasti bisa meraih cita-citamu setinggi langit. Kelak, jika Koko telah berhasil mencapai cita-citanya, kamu bahagia bisa selalu menolong dan menghibur manusia di bumi, karena kamu selalu bersama Koko. Sedangkan aku dan peri-peri lain harus turun ke bumi untuk mencari manusia yang butuh pertolongan. Jika tidak ada manusia yang membutuhkan pertolongan, kami terbang lagi ke langit.”

      “Benarkah?” tanya Peri Brownis sambil tersenyum.

      “Hidupmu menjadi sangat berguna, Peri Brownis,” sanjung peri Elive.

       Peri Elive pun ikut senang melihat Peri Brownis bahagia.

      Semenjak itu, Peri Brownis tidak pernah bersedih. Ia semakin bersemangat membimbing Koko agar kelak dapat mewujudkan cita-citanya menjadi penyanyi internasional.

@@@

Dongeng ini pernah terbit di majalah Bobo, 25 Agustus 2022