Udara
panas begitu menyengat ketika saya sampai di depan gedung yang terletak persis
di depan Tugu Muda dari arah Jalan Pemuda. Waktu menununjuk tengah hari. Saya melihat
pintu depannya tertutup. Tidak ada aktivitas. Tukang parkir setempat meminta
saya agar mencari informasi kepada petugas di belakang museum.
Sambil berjalan menuju ke belakang,
dalam hati saya bertanya-tanya, mengapa museum dengan gedung megah dan terletak
di tengah kota, justru pusat informasi berada di belakang. Bukankah museum
adalah tempat menyimpan dokumen dan benda-benda bersejarah yang berguna untuk
edukasi?
Setelah
mendengar maksud tujuan, dengan senang hati bapak penjaga yang saya temui
bersedia mengantar. Tapi sejenak pikiran buruk terlintas. Museum sepi. Tidak
ada pengunjung kecuali saya. Saya putuskan kembali ke museum hari Senin dengan
mengajak teman.
Pada
saat menuju keluar, dua keluarga datang dan bertanya di mana pintu masuk Museum
Mandala Bhakti. Gayung bersambut. Saya tidak jadi pulang dan mengantar mereka
ke penjaga lalu melihat-lihat bersama.
Penyimpanan benda-benda bersejarah
sekarang hanya berada di lantai dua. Demikian keterangan pegawai yang memandu.
Dulu dengan lantai satu. Karena kurang pengelolaan, rencananya lantai satu akan
disewakan sebagaimana bagian belakang museum.
Dengan disertai pemandu, kami mulai
menyusuri museum. Pertama-tama kami diantar di bagian depan, lantai satu. Terlihat
lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana pedesaan tempat ayah Pangeran Diponegoro,
Hamengku Buwono III, bermukim.
tangga menuju ke cerita Pangeran Diponegoro
Setelah
itu kami diantar ke lantai II. Di sana ada gambar-gambar yang menceritakan Pangeran
Diponegoro, dari lahir hingga masa peperangan. Beliau dilahirkan oleh wanita
selir.
Pangeran Diponegoro saat masih bayi
Berikutnya kami
memasuki replika Gua Selarong. Gua Selarong adalah tempat untuk bersembunyi
Pangeran Diponegoro saat berperang melawan tentara Belanda. Gua ini terletak di
Bantul.
Gua Selarong
Ruang
selanjutnya adalah replika-replika yang yang pernah digunakan oleh Pangeran Diponegoro,
seperti kitab suci Al-Quran dan satu set tempat duduk tamu. Tersimpan juga
bekas padasan atau tempat air wudu dan tempat salat yang pernah digunakan.
padasan Pangeran Diponegoro
Ketika
saya bertanya mengapa Pangeran Diponegoro yang dijadikan simbol Museum Mandala
Bhakti. Pemandu menerangkan karena Pengeran Diponegoro memimpin perang besar
melawan Belanda. Itu sebabnya dimuliakan. Nama kodam pun kodam 4 Diponegoro,
dulu kodam 7 Diponegoro.
AlQuran Pangeran Diponegoro
Jadi Museum Mandala Bhakti selain memuat kisah
perjuagan Pangeran Diponegoro juga memuat memorabilia TNI. Senjata-senjata dan
alat-alat perang, pakaian tni dari masa ke sama tersimpan di museum.
alat komunikasi zaman perang
Agar
lebih mencintai sejarah perang bagi anak-anak, pengelola berencana menyewakan
pakaian perang ukuran kecil.
pakaian TNI dari waktu ke waktu
Tidak
lupa di sela-sela mendengarkan penjelasan, kami berswafoto di depan gambar-gambar yang bagus. Pemandu yang ramah, bersedia pula mengambil foto. Bahkan
dapat mengarahkan gaya. Mungkin karena dia sudah terbiasa diminta oleh
pengunjung.
salah satu spot foto
Tidak
terasa satu jam lebih kami berjalan-jalan. Sampailah kami di penghujung. Sebagai
kritik membangun, selayaknya pengelolaan museum dibenahi. Museum terbuka untuk
masyarakat umum. Penjaga berada di pintu depan layaknya layanan publik sehinga
pintu utama tidak ditutup. Apalagi musem terletak tidak jauh dari Lawang Sewu
dan Tugu Muda, tempat-tempat wisata yang sudah dikenal masyarakat luas di
Indonesia. Bisa dimungkinkan Museum Mandala Bhakti juga akan menjadi tempat
wisata yang ramai dikunjungi. Bukankah menambah pemasukan daerah?