Iis Soekandar: Juni 2017

Sabtu, 03 Juni 2017

Tamasya

Wisata Religi ke Morosari

Oleh: Iis Soekandar

       Morosari adalah nama pantai yang terletak di daerah Demak, Kabupaten Semarang. Sekilas menuju ke daerah ini tidak jauh berbeda dari desa-desa pada umumnya. Di sana sini terhampar ladang sawah dan tanaman-tanaman hijau lain yang biasa ditemui di pedesaan. Barulah menuju ke pantai atau laut di sepanjang perjalanan terdapat tambak-tambak. Walau di daerah pantai atau laut ternyata terdapat makam. Makam itu milik Simbah Abdulah Modzakkir dan keluarganya. Jadi kompleks makam itu terletak di tengah laut. Maka daerah yang baisa saja menjadi banyak didatangi pengunjung, baik dari penduduk sekitar maupun dari luar kota.
        
                                    

Makam Simbah Abdullah Modzakkir


       Menuju ke tempat lokasi, jarak dari Jalan Raya Demak ke area parkir sekitar 5 kilometer. Lalu dari tempat parkir pengunjung dapat menyewa parahu dengan membayar ongkos 5 ribu per orang, atau menyewa ojek dengan harga sama, atau yang ingin menikmati semilir angin laut bisa berjalan kaki, sepanjang setengah kilometer. Setelah sampai di tempat pemberhentian, perjalanan tidak selesai sampai di sini. Pengunjung dimanjakan dengan menikmati taman mangrove yang terletak di kanan kiri jalan setapak menuju ke makam. 
     
             


Perahu sebagai sarana transportasi

       Mulanya tidak hanya makam Simbah Abdullah Modzakkir dan keluarganya. Terdapat banyak makam di seputar daerah itu. Bahkan tidak hanya kompleks makam, tapi juga rumah-rumah tinggal penduduk. Tapi karena terkena abrasi, daerah yang semula daratan menjadi lautan. Maka berpindahlah penduduk yang terkena abrasi. Tapi entah mengapa hanya makam Simbah Abdullah Modzakkir dan keluarganya tidak tenggelam. Bahkan konon, menurut cerita penduduk setempat, justru naik sehingga tidak ikut tenggelam seperti makam-makam lain. Karena tidak tenggelam itulah beberapa keluarga enggan berpindah karena ingin selalu mengurus makam ulama tersebut. Dari hal itu keberkahan pun mereka rasakan. Layaknya tempat wisata, tak dapat dipisahkan dari makanan dan minuman. Maka merekalah yang menjajakan makanan dan minuman bagi pengunjung. 

                 
                                                                   Masjid di atas masjid

      Setelah sampai di makam Simbah Abdullah Modzakkir, kemudian memanjatkan doa dan berzikir, rasanya sulit dipercaya bahwa mulanya daerah itu daratan. Pengunjung benar-benar berada di tengah lautan. Tapi pengunjung menjadi percaya ketika melihat bangunan masjid yang ada di seputar kompleks penduduk. Masjid itu dibangun di atas masjid lama yang sebagian masih ada bangunannya. Jadi masjid yang baru berlandaskan masjid lama. Terlihat tempat wudu di bawah masih menggunakan pancuran bangunan masjid yang lama dengan kaki terendam air laut sebatas mata kaki.

       Layaknya daerah pantai pengunjung pun dengan mudah mendapatkan makanan dari olahan ikan dan jenang, makanan khas daerah setempat, sebagai oleh-oleh. Maka mendapatkan kesan tersendiri berziarah ke makam ulama sambil menikmati pamandangan laut, taman mangrove, dan naik perahu. Sebuah perjalanan religi sambil berwisata yang unik. 
                                                                             @@@