Wisata
Religi ke Morosari
Oleh:
Iis Soekandar
Morosari adalah nama pantai yang terletak di daerah
Demak, Kabupaten Semarang. Sekilas menuju ke daerah ini tidak jauh berbeda dari
desa-desa pada umumnya. Di sana sini terhampar ladang sawah dan tanaman-tanaman
hijau lain yang biasa ditemui di pedesaan. Barulah menuju ke pantai atau laut
di sepanjang perjalanan terdapat tambak-tambak. Walau di daerah pantai atau
laut ternyata terdapat makam. Makam itu milik Simbah Abdulah Modzakkir dan
keluarganya. Jadi kompleks makam itu terletak di tengah laut. Maka daerah yang baisa
saja menjadi banyak didatangi pengunjung, baik dari penduduk sekitar maupun dari
luar kota.
Makam Simbah
Abdullah Modzakkir
Menuju ke tempat lokasi, jarak dari Jalan Raya Demak
ke area parkir sekitar 5 kilometer. Lalu dari tempat parkir pengunjung dapat
menyewa parahu dengan membayar ongkos 5 ribu per orang, atau menyewa ojek
dengan harga sama, atau yang ingin menikmati semilir angin laut bisa berjalan
kaki, sepanjang setengah kilometer. Setelah sampai di tempat pemberhentian,
perjalanan tidak selesai sampai di sini. Pengunjung dimanjakan dengan menikmati
taman mangrove yang terletak di kanan kiri jalan setapak menuju ke makam.
Perahu sebagai sarana transportasi
Mulanya tidak hanya makam Simbah Abdullah Modzakkir
dan keluarganya. Terdapat banyak makam di seputar daerah itu. Bahkan tidak
hanya kompleks makam, tapi juga rumah-rumah tinggal penduduk. Tapi karena
terkena abrasi, daerah yang semula daratan menjadi lautan. Maka berpindahlah
penduduk yang terkena abrasi. Tapi entah mengapa hanya makam Simbah Abdullah Modzakkir
dan keluarganya tidak tenggelam. Bahkan konon, menurut cerita penduduk
setempat, justru naik sehingga tidak ikut tenggelam seperti makam-makam lain.
Karena tidak tenggelam itulah beberapa keluarga enggan berpindah karena ingin
selalu mengurus makam ulama tersebut. Dari hal itu keberkahan pun mereka
rasakan. Layaknya tempat wisata, tak dapat dipisahkan dari makanan dan minuman.
Maka merekalah yang menjajakan makanan dan minuman bagi pengunjung.
Masjid di atas masjid
Setelah sampai di makam Simbah Abdullah Modzakkir,
kemudian memanjatkan doa dan berzikir, rasanya sulit dipercaya bahwa mulanya
daerah itu daratan. Pengunjung benar-benar berada di tengah lautan. Tapi
pengunjung menjadi percaya ketika melihat bangunan masjid yang ada di seputar
kompleks penduduk. Masjid itu dibangun di atas masjid lama yang sebagian masih
ada bangunannya. Jadi masjid yang baru berlandaskan masjid lama. Terlihat tempat
wudu di bawah masih menggunakan pancuran bangunan masjid yang lama dengan kaki
terendam air laut sebatas mata kaki.
Layaknya daerah pantai pengunjung pun dengan mudah mendapatkan makanan
dari olahan ikan dan jenang, makanan khas daerah setempat, sebagai oleh-oleh.
Maka mendapatkan kesan tersendiri berziarah ke makam ulama sambil menikmati
pamandangan laut, taman mangrove, dan naik perahu. Sebuah perjalanan religi
sambil berwisata yang unik.
@@@