Sementara
berdasar data PISA (Program for
International Student Assessment), budaya membaca anak-anak Indonesia
rendah. Indonesia menduduki urutan 62
dari 70 negara yang disurvei. Demikian dilansir Detiknews (5/1/2019).
Tentu saja hal ini menjadi pekerjaan
besar bagi pendidikan formal atau sekolah. Terlebih bagi guru bahasa, terutama
Bahasa Indonesia. Mengingat fungsi bahasa Indonesia yang sangat penting,
sebagai Bahasa Nasional. Pada pelajaran bahasa lah keterampilan membaca diajarkan
sekaligus diujikan. Sementara pada pelajaran-pelajaran lain keterampilan
membaca hanya sebagai penunjang.
Terintegerasi dengan keterampilan
berbahasa lain, guru wajib mencari inovasi-inovasi agar peserta didiknya
memiliki minat membaca tinggi. Di antaranya dengan menerapkan metode KWL. KWL
singkatan dariK (know) yang berarti tahu,W (want
to know)apa yang ingin diketahui, L (learn)
apa yang telah dipelajari. Metode KWL menuntut peserta didik aktif, baik
sebelum membaca, saat membaca, maupun setelah membaca. Metode tersebut bertujuan
agar peserta didik memahami isi buku ilmu pengetahuan dalam waktu singkat.
Membaca buku ilmu pengetahuan
memerlukan pemikiran tinggi. Untuk itu dibutuhkan tempat dan suasana yang
khusus pula. Berbeda dengan membaca buku fiksi, seperti novel, komik, atau
kumpulan cerpen. Sebab buku fiksi setidaknya memberikan hiburan. Peserta didik
dapat membaca buku fiksi sambil menghabiskan waktu senggang dan dilakukan di
tempat umum. Ditambah mudahnya mengakses internet, bacaan fiksi didapat secara
gratis, seperti di Wattpad melalui android.
Pada awal pembelajaran, guru
menjelaskan mengapa menggunakan metode KWL. Hal ini perlu dijelaskan agar
peserta didik menyadari kurangnya minta baca. Sehingga diharapkan mereka
memiliki motivasi untuk menjalankan langkah-langkah yang telah disusun guru.
Dan pada kemudian hari mereka memiliki budaya membaca.
Pembelajaran ini dilakukan secara
berkelompok. Langkah pertama, guru memberikan buku ilmu pengetahuan. Setiap
kelompok menerima buku ilmu pengetahuan yang berbeda tema satu sama lain.
Dengan demikian pada akhir pembelajaran, mereka akan mendapatkan ilmu
pengetahuan dari sebanyak buku yang diberikan. Kedua, setiap kelompok diminta
menuliskan minimal 5 kata atau istilah dalam indeks sesuka mereka. Hal ini
berarti menerapkan know. Ketiga, mereka
mencari definisi atau pengetahuan-pengetahuan dalam buku yang berkaitan dengan setiap
istilah atau kata tersebut. Dalam hal ini mereka melakukan want to know. Selanjutnya learn,
setelah membaca mereka menjadi tahu apa yang telah dipelajari.
Langkah berikutnya berdiskusi. Setiap
kelompok mempresentasikan yang telah ditulis. Dengan demikian kelompok lain
mendapatkan ilmu pengetahuan dari kelompok tersebut. Mereka diperbolehkan
bertanya jawab untuk mengeksplor agar ilmu pengetahuan bertambah. Skor
tertinggi diberikan kepada kelompok yang menuliskan kata atau istilah dalam indeks
paling banyak.
Pembelajaran ini sebaiknya
ditindaklanjuti pada kegiatan literasi dan dilakukan per individu. Agar peserta
didik terbiasa. Waktu yang diberikan dalam kegiatan literasi biasanya pendek,
tetapi sering atau setiap hari.Penilaian dilakukan seminggu sekali atau sesuai kondisi. Hasil penilaian ini dapat menambah nilai PTS,
PAS, atau PAT, terlebih bagi peserta didik yang nilainya kurang. Agar tidak
membosankan, dapat diselingi dengan membaca buku fiksi.
Dengan rajin mencari inovasi, semoga
terpecahkan setiap persoalan dalam pembelajaran. Dalam hal ini
menumbuhkembangkan budaya membaca. Sehingga kelak terlahir ilmuwan-ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu untuk membangun Indonesia tercinta.
@@@
Opini ini pernah terbit di harian Solopos, Minggu 23 Juni 2019