Anak-anak Panti Asuhan Taman Bunga ingin membuat es
puter. Kebetulan, pohon mangga di halaman rumah panti sedang berbuah. Mereka
ingin membuat es puter dari jus mangga. Mereka tahu cara membuatnya karena Kak
Wawan pernah mengajari mereka. Kak Wawan adalah salah satu relawan yang sering
membagikan ilmunya kepada anak-anak panti.
Panti
Asuhan Taman Bunga itu diasuh oleh Eyang Noto. Rumah Eyang Noto disumbangkan
untuk menjadi panti asuhan anak-anak yatim piatu. Eyang Noto punya seorang cucu
bernama Adit. Rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari panti asuhan. Itu
sebabnya Adit sering sekali bermain di
panti asuhan.
Suatu
sore, seperti biasa Adit datang ke panti asuhan.
“Teman-teman,
aku sudah tahu, lo, cara membuat es puter dari jus mangga!” ujar Adit pada teman-temannya
di panti. “Pertama, bikin dulu jusnya dan masukkan di kantung plastik. Lalu,
ambil kantung plastik yang lebih besar dan isi es batu berukuran kecil-kecil.
Kantung plastik berisi jus mangga lalu dimasukkan ke kantung yang lebih besar
itu. Lalu dikocok-kocok hingga jus itu menjadi es puter,” kata Adit.
“Wah,
hebat, kamu tahu cara bikin es puter, Dit. Padahal, waktu Kak Wawan datang ke
panti, kamu tidak hadir,” ungkap Hening, salah satu anak panti.
“Eyang
yang mengajari aku cara membuat es puter,” jawab Adit.
“Kalau
begitu, kita praktik bikin es puter sama-sama, yuk! Persediaan mangga di
panti ini kan, cukup banyak,” kata Hening.
ilustrasi: Bobo
Mereka lalu mengikuti cara yang diajarkan Kak Wawan. Caranya, mirip dengan yang ditunjukkan Adit tadi. Setelah jus mereka jadi, mereka memasukkannya ke kantung plastik masing-masing. Lalu, dimasukkan lagi ke kantung berisi es batu yang kecil-kecil. Mereka meletakkan di atas wadah besar di atas meja.
Sambil
menunggu jus itu benar-benar membeku dan padat, mereka bersih-bersih rumah. Setelah bersih-bersih rumah selesai, Adit megambil jus mangga yang sudah
menjadi es puter di meja. Ia lalu menemui Eyang di paviliun sebelah panti.
Anak-anak panti yang lain, menikmati es puter mereka masing-masing di ruang
makan. Namun, ada sesuatu yang aneh.
“Lho,
mengapa jus di kantung ini tidak membeku?” ungkap Tiwi ketika akan mengambil es
puter di wadah. Di wadah itu, tersisa dua kantung es puter. Yang satu membeku
sempurna. Yang satu masih cair seperti jus mangga. Anak-anak yang lain heran.Tentu saja Tiwi memilih kantung berisi
jus mangga yang sudah membeku menjadi es puter.
“Kasihan
Kak Laras, kebagian yang masih cair,” ungkap Hening yang membuatkan es puter
untuk Kak Laras. Kak Laras adalah penghuni panti paling besar di antara mereka
dan sudah kuliah.
Tak lama, Kak Laras pulang.
Walaupun jus itu tidak menjadi es puter, Kak Laras minum dengan senang hati. Ia
tampak kelelahan. Jus mangga itu sebagai pelepas dahaga.
@@@
Ternyata, kejadian itu terulang lagi. Padahal, mereka sudah mengikuti cara membuat es puter dengan benar.
ilustrasi: Bobo
“Jangan-jangan,
ini ulah almarhumah Reva. Saat di panti dulu, dia tidak boleh minum es karena punya
penyakit asma,” ungkap Tiwi.
“Aku takut, nih,” kata Hening yang
tinggal di panti itu setelah Reva meninggal. Hening dianggap sebagai pengganti Reva di
panti itu.
“Orang
meninggal tidak bisa hidup lagi. Kalian tidak usah takut. Lagi pula, Reva
meninggal di rumah pamannya, karena terpapar virus COVID-19,” jelas Kak Laras menenangkan mereka.
Meski
Kak Laras menghibur, para penghuni panti yang lain takut, terlebih Hening dan
Tiwi. Maklumlah, keduanya sebaya dengan almarhumah Rava. Semua bertanya-tanya,
mengapa selalu ada satu bungkus jus mangga yang gagal menjadi es puter.
Suatu
ketika, Kak Laras menyarankan supaya melabeli kantung plastik bagian bawah sesuai
nama pemiliknya. Dengan demikian, akan terlihat milik siapa yang tidak menjadi
es puter. Mereka pun menerima saran itu.
@@@
Sore
ini, selesai bersih-bersih, anak-anak panti mengambil es puter di meja makan. Kali
ini ada yang berbeda karena diberi label nama masing-masing. Hening yang
terakhir mengambil kantung es puter di wadah. Ia memeriksa dua kantung jus
mangga yang tersisa di wadah.
“Mengapa kantung yang ada namaku tidak ada, ya? Yang
satu ini punya Kak Laras. Yang satu lagi, tanpa nama dan masih cair. Gagal jadi
es puter,” kata Hening.
Setelah
berpikir sebentar, Hening jadi teringat pada Adit. Ia lalu pergi ke paviliun. Tiwi
ikut mengantar. Tampak Adit masih makan es puter sambil membaca komik. Hening
meminta Adit memeriksa kantung es puternya. Ternyata benar, ada label
bertuliskan nama Hening di kantung itu. Adit memang tidak tahu, jika setiap
kantung diberi nama pemiliknya. Adit sendiri tidak memberi nama di kantung jus
mangganya.
Hening akhirnya
bercerita tentang jus mangga yang tetap cair walau diberi es. Hening meminta Adit
menjelaskan cara membuat es puter miliknya.
ilustrasi: Bobo
“Jus mangga aku masukkan ke kantung plastik ini.
Lalu, aku masukkan di kantung plastik besar yang telah aku isi es ukuran kecil-kecil.
Lalu, aku tutup perekatnya dan kukocok-kocok. Begitu kata Eyang. Kalian juga
pakai cara begitu, kan?” jelas Adit.
Hening
dan Tiwi saling pandang dan tertawa.
“Es
batunya tidak kamu campur garam, Dit?” tanya Hening.
“Masa
bikin es puter pakai garam?” tanya adit heran.
Hening
kini mengerti mengapa selalu ada jus mangga yang tidak membeku.
“Garam membuat
jus menjadi dingin, makanya bisa menjadi beku. Kalau begitu, jus mangga yang
tidak bisa menjadi es puter itu milikmu,” jelas Hening. Mereka tertawa tergelak.
Adit baru
tahu sekarang. Ia cengar-cengir sambil meminta maaf. Sejak itu, tidak satu pun
di antara mereka gagal membuat es puter, termasuk Adit.
@@@
Cerita
anak ini pernah terbit di majalah Bobo, 17 Maret 2022