Menghitung Hari
Bukan maksud saya
meniru atau memplagiat kalau judul tulisan ini sama dengan judul lagu yang
pernah dinyanyikan diva Indonesia. Apalagi saya tidak ada niatan sedikit pun menjadi
terkenal. Cukuplah setidaknya tulisan ini untuk mengevaluasi diri saya sendiri.
Sudahkah saya memenuhi janji mengisi blog setidaknya satu naskah satu bulan?
Sebelum pertanyaana itu terjawab,
selayaknya saya bertanya kepada diri sendiri terlebih dahulu. Seberapa sering
mengisi stok naskah di media-media yang menjadi langganan saya kirimi. Setelah
saya ingat-ingat hanya dua naskah, itupun untuk satu media. Kalau saya mengaku
menulis sebagai pekerjaan mestinya tidak ada alasan membuat naskah-naskah lalu
mengirimkannya. Walaupun saya sedang mengerjakan novel. Karena novel berbeda
dengan cerpen. Cerpen berbeda dengan novel. Masing-masing punya masa terbit
yang berbeda pula.
Saya menargetkan bahwa tulisan yang saya
tampilkan di blog adalah yang sudah melewati tangan redaktur. Bukan tulisan
asal menulis. Saya tidak mungkin mengecewakan teman-teman. Sebab mereka yang
membaca blog saya orang-orang yang punya standar literasi layaknya di media.
Setiap hari saya berpacu dengan kalender
yang sengaja saya tempelkan tepat pada sudut pandang depan tempat tidur. Supaya
kalau saya perlu sesuatu berkaitan dengan penanggalan tidak kesulitan melihat. Diantaranya
melihat hari berganti hari berikutnya tapi tidak satu pun tulisan yang melewati
tangan redaktur untuk saya unggah di blog. Hingga tanpa saya sadari, hari
berada di ujung bulan ini.
Nyatalah persoalannya, saya telah
menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Jadi kalau pertanyaan di atas tidak lagi
menjadi pertanyaan, dengan diiringi doa, saya mesti pandai-pandai memanfaatkan
dua hal itu.
@@@