Iis Soekandar: Agustus 2018

Minggu, 26 Agustus 2018

Opini




             Keterampilan menulis adalah salah satu kompetensi dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Kurikulum 13 identik dengan teks. Hampir setiap bab menyajikan teks yang terdiri dari paragraf-paragraf.  Dan pada akhir pembelajaran menuntut siswa mampu menulis teks tersebut secara mandiri. Hanya pada bagian bab akhir setiap jenjang menuntut siswa terampil membaca, serta terampil memeragakan pada teks fabel.Ada 8 bab pada jenjang kelas VII, 9 bab kelas VIII, dan 6 bab kelas IX.
       Tidak semua siswa mudah menghafal bermacam-macam teks, dari unsur pengertian, struktur, kebahasaan, hingga terampil menulis. Terlebih bagi siswa dengan kemampuan akademik rendah. Maka Guru wajib melakukan inovasi-inovasi demi memperlancar pembelajaran siswanya.
Era globalisasi membuat internet bukan hal asing. Informasi didapat begitu cepat dengan internet di antaranya melalui android. Sesuatu yang terjadi di luar negeri langsung didengar atau dilihat di sini. Android pun menjadi gaya hidup. Harganya yang beragam dan relatif terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, membuat android dimiliki hampir setiap orang, termasuk para siswa. Ditunjang internet dapat diakses secara gratis, yang biasa disebut wifi, di tempat-tempat umum, seperti di sekolah dan mal.Situasi ini menguntungkan bagi guru dengan memanfaatkan blog.
            Blog adalah bentuk aplikasi web yang dioperasikan melalui jaringan internet. Ibarat rumah blog berisi koleksi tulisan-tulisan pribadi. Siapa pun dapat menyinggahinya dan membaca. Hal tersebut sesuai untuk menyimpan hasil karya siswa dalam bentuk tulisan, sekaligus sebagai portofolio. Apalagi fasilitas android dengan aplikasi kamera, menambah tulisan menjadi menarik disertai gambar-gambar yang mendukung. Android dengan ukuran saku membuat siswa mudah membawa. Kemudian memamerkan hasil karyanya kepada saudara, tetangga, dan kenalan, di mana pun dia berada.
Blog dapat diperoleh secara berbayar, tetapi ada pula yang gratis, di antaranya melalui blogspot. Siswa tidak hanya menyimpan teks berupa tulisan di dalam blog setelah akhir pembelajaran. Dalam kehidupan sehari-hari siswa juga menuliskan pengalamannya dengan teks yang sesuai.
            Seperti saat bertamasya ke pantai. Siswa melihat bermacam-macam hewan laut, keindahan pantai dan ombak, wisatawan yang berkunjuung, dan makanan khas yang dijual. Siswa menuliskan Teks Dekskirpsi. Ketika membantu orangtuanya memasak makanan di dapur, dia menjadi tahu bahan-bahan dan bumbu-bumbu yang dibutuhkan kemudian ditulis. Siswa sedang menulis Teks Prosedur. Ketikamendengar cerita temannya saat berkunjung ke desa, siswa dapat menuliskannya dalam Teks Cerpen atau Teks Cerita Fantasi. Ketika siswa sedang berada di taman melihat bunga warna warni dan kupu-kupu, dia menuangkannya dalam Puisi. Begitu pun dengan pengalaman-pengalaman lain yang dapat ditulis dengan sarana teks yang sudah dipelajari. Jika hal ini biasa dilakukan, secara tidak langsung siswa menghafal unsur-unsur yang ada pada macam-macam teks.
            Sehingga banyak jenis teks yang harus mereka pelajari tidak menjadi beban. Tetapi sebaliknya, justru membuatnya senang. Sebab siswa tidak merasa bosan. Siswa dapat mengimplementasikan beragam teks saat pembelajaran di kelas dengan kejadian-kejadian yang dialami, dirasa,didengar, maupun dilihat. Dengan demikian diharapkan kelak jika siswa duduk di kelas 9 terlebih menjelang ujian, tidak merasa kesulitan. Sebab pembelajaran bermakna sudah didapatkan dalam kehiduapn sehari-hari. Sebagai apresiasi setiap kali memperlihatkan tulisan di blog di luar pembelajaran, guru memberikan point atau nilai tambah.
            Proses belajar mengajar pun berjalan dengan lancar. Guru sebagai fasilitator memiliki kewajiban memfasilitasi kebutuhan setiap siswa. Jadi, apapun kurikulumnya, siswa harus merasa senang dalam belajar. Karena dengan hati senang, pesan kurikulum mudah tersampaikan.
@@@
Opini ini pernah dimuat di harian Solopos, Minggu, 26 Agustus 2018