Ikhlas
Pagi ini saya membaca berita yang tidak menyenangkan. Seperti biasa saya menerima media cetak dari tukang loper langganan. Begitu mencari salah satu kolom favorit saya, saya justru sedih. Mulanya saya bahagia karena ada dua judul yang ditampilkan. Padahal biasanya hanya satu judul. Saya beranggapan kolom itu banyak peminatnya sehingga menamambah pula lahan bagi penulis. Tapi ketika saya akan memulai membaca, saya melihat keterangan terlebih dahulu pada tulisan paling atas. Apa yang saya dapatkan ? Kolom itu ditutup mulai minggu depan dan seterusnya. Sebagai salam perpisahan, redaktur menampilkan dua judul atau dua tulisan.
Mengapa saya sedih? Bukankah masih ada lahan lain selain menulis di kolom yang menjadi langganan bacaan saya itu? Jujur saya tidak punya banyak waktu membuat cerita-cerita pendek. Tahun ini saya memvokuskan membuat buku. Entah berupa kumpulan cerpen atau novel. Seharusnya saya mengikhlaskan kolom itu ditutup dan tidak merasakan dada ini seperti ditusuk-tusuk. Masih ada media-media lain yang saya kirimi cerita saya. Alhamdulillah, setelah selama hampir dua bulan kumpulan cerpen saya siap saya kirim ke media sembari berprasangka baik agar bisa diterima kemudian diterbitkan. Mudah-mudahan rencana membuat novel juga terlaksana.