Iis Soekandar: November 2019

Rabu, 20 November 2019

Es Krim Bola-Bola Tante Kayla

                                                                                   

Dona baru saja mandi sore. Badannya kembali segar. Tadi siang, sepulang sekolah, ia merasa lelah sekali. Ada ulangan dan banyak tugas yang ia kerjakan di sekolah. Itu sebabnya, setiba di rumah, ia langsung beristirahat dan tidur siang.
Kini, Dona duduk-duduk santai di teras rumah. Tiba-tiba mama datang menghampirinya.
"Don, tolong ajak main Dini! Mama mau melanjutkan bikin tumpeng," pinta mama sambil menggandeng tangan Dini.
Setelah itu, mama masuk ke dapur meninggalkan Dona dengan adik kecilnya itu. Teman-teman mama sering meminta mama membuatkan kue ulang tahun dan tumpeng. Kini, mama jadi sering menerima pesanan.
Walaupun begitu, Dona dan Dini belum pernah merayakan ulang tahun. Uang penghasilan mama digunakan untuk membantu membeli kebutuhan sehari-hari. Kalau dari penghasilan papa Dona saja, tidak akan cukup untuk biaya kebutuhan keluarga mereka.
Dini tampak senang membawa dua boneka dan pernak-perniknya. Lalu ia bermain di lantai. Dona yang kelelahan, sebetulnya masi ingin bersantai. Namun, ia tidak bisa lagi santai. Dona harus banyak bicara pada Dini. Jika tidak, Dini pasti menangis karena merasa bermain sendirian.
“Kak Dona yang jadi kakak ya. Dini jadi adik,” pinta Dini sambil memberikan boneka besar kepada Dona. Sedangkan Dini memegang boneka kecil.
“Iya,” jawab Dona malas-malasan.
“Kak, aku pergi dulu ya,” kata Dini yang memerankan sebagai adik kecil.
“Iya,” sahut Dona.
“Kakak mau pesan apa?” tanya Dini ramah.
“Nggak!” jawab Dona.
“Kaaak!” teriak Dini jengkel. “Kakak kenapa nggak mau bicara?”
“Kakak, kan, udah bicara,” tukas Dona keras sambil berdiri hendak pergi.
Mulut Dini lambat laun mewek dan akhirnya menangis.
“Huu... huuu.....“
Mama muncul terburu-buru dari dapur. Mama masih memakai celemek.
“Dona, kenapa Dini malah nangis? Kamu tidak mau diajak bermain, ya..." tukas mama.
“Aku lagi capek, Ma. Dini ngajak ngomong terus. Dona duduk di sini, kan, mau santai, Ma. Dona malas ngomong,” jawab Dona agak kesal.
Begitulah sikap Dona satiap kali mama memintanya mengajak Dini bermain bersama.
Dengan sedih, Mama sekali lagi meminta tolong Dona menjag adiknya, sampai mama selesai membuat kue.
Dona jadi tidak tega juga melihat wajah mama yang kusut.
Dengan terpaksa, Dona mengikuti kemauan Dini untuk bermain bersama di teras. Saat sedang menamani Dini, tiba-tiba terdengar  seseorang memanggil nama Dona.
Ketika Dona sedang menemani Dini, tiba-tiba seseorang memanggilnya.
“Dona, kamu sudah lama tidak datang ke tempat Tante. Ke mana saja?”
Dona mendongak, melihat ke arah pagar. Ternyata Tante Kayla datang. Dona menyambut adik mamanya yang baru masuk ke halaman.
“Hai, Dini... Kamu sedang mai apa?”
“Main boneka, Tane Kayla...” sahut Dini, lalu asyik menyisir rambut bonekanya lagi.
“Aku diminta Mama menemani Dini. Pesanan tumpeng dan kue Mama sekarang banyak, Tante Kayla,” jawab Dona.
“Ajak sekalian adikmu bermain ke rumah Tante, yuk! Pasti dia senang. Sekarang di rumah Tante ada banyak anak kecil seumuran Dini, lo. Kamu kangen enggak, pada Kuci dan es krim bola-bola bikinan Tante?” tanya tanya Kayla.
Kuci adalah nama kucing milik Dona. Dona kesulitan merawat kucing itu karena setiap hari harus menemani Dini. Syukurlah, Tante Kayla yang penyayang binatang bersedia merawat Kuci.
“Wah, Dini pasti senang kalau dapat teman seusia. Apalagi sambil makan es krim bola-bola bikinan Tante. O iya... Tentu saja Dona kangen Kuci, Tante.”
“Tante tunggu, ya. Sekarang, Tante mau ke warung dulu!” ujar Tante Kayla sambil melangkah keluar dari halaman rumah Dona.
Dona pun kembali bermain bersama Dini. Dulu, Dona suka berkunjung ke rumah Tante Kayla sebab Dona bisa makan es krim bola-bola gratis. Selain itu, Tante Kayla suka anak kecil.
Beberapa bulan lalu, suami Tante Kayla meninggal dunia. Karena kesepian sendirian, Tante Kayla sering mengundang anak-anak kecil tetangga sekitar untuk berkunjung ke rumahnya.
Sore itu Tante Kayla akan membeli sagu mutiara. Karena pembantunya sedang pulang kampung, terpaksa Tante Kayla ke warung sendiri. Sagu mutiara bila dimasak akan mengembang menjadi bulat-bulat seperti bola-bola kecil. Bola-bola itu lalu dicampur dengan es krim. Itu sebabnya Tante Kayla menyebutnya es krim bola-bola.
@@@
Hari berikutnya, seperti biasa mama meminta Dona menemani Dini bermain. Mama sedang membuat kue pesanan. Dona teringat kata-kata Tante Kayla agar berkunjung ke rumahnya.
Ternyata benar, rumah Tante Kayla ada banyak anak kecil. Tante Kayla memperkenalkan Dini kepada anak-anak lain. Dini merasa senang dan langsung bermain bersama mereka.Dona hanya mengawasi sambil menggendong Kuci. Setelah beberapa lama, Tante Kayla datang membawa nampan.
“Ini es krim bola-bola buat kalian,” kata Tante Kayla dengan membawa nampan.
“Asyiiiik...,” teriak anak-anak serempak.
Tentu saja mereka tahu isi gelas-gelas di atas nampann itu. Mereka tidak sabar ingin segera menikmatinya.
Gelas-gelas itu berisi es krim yang dicampur sagu mutiara sehingga terlihat seperti bola-bola. Tante Kayla membagikan gelas-gelas es krim pada mereka. Juga stik-stik es krim terbuat dari kayu kepada setiap anak. Mereka gembira bermain di rumah Tante Kayla.
Sejak itu Dona rajin mengajak bermain Dini di rumah Tante Kayla. Dona tidak harus selalu menemani Dini karena ada banyak anak lain yang ingin bermain dengannya.
Pesanan yang mama terima pun bertambah banyak. Mama berjanji akan merayakan ulang tahun Dona bulan depan. Bahkan mama sudah memesan baju khusus untuknya. Begitu pun untuk adiknya, Dini.
@@@
Cerpen ini pernah dimuat di majalah Bobo, terbit 14 November 2019



Selasa, 19 November 2019

Tak Lekang oleh Waktu



         Yah, seperti itulah yang saya rasakan mengikuti kegiatan Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP), benar-benar tak lekang oleh waktu. Baik karena belajar tak mengenal batas usia-yang berpengalaman mengajar pun wajib mengikuti- maupun dari segi waktu. Hari Minggu saatnya libur harus melaksanakan karena tiba-tiba jadwal yang mulanya Sabtu harus diganti. Ditambah sistem yang tidak lancar sehingga harus mengerjakan tugas bertumpuk-tumpuk.Beruntung saya biasa bekerja malam hari berkaitan dengan kegiatan menulis.
            Tetapi menerima konten dari kegiatan tersebut, jauh dari merugi. Rasanya cucok pengorbanan saya kehilangan hari Minggu yang biasanya benar-benar me time- senam pagi,  ngopi-ngopi sambil baca koran, ke tobuk, semua terbayar oleh manfaat yang saya dapat.
           Terlebih belajar dalam suasana nyaman dan menyenangkan. Nyaman karena berada di ruangan yang dilingkupi pepohonan. Bahkan saat isoma, kami berjalan-jalan menyusuri tempat tempat rindang menuju musala. Saya dan teman-teman disuguhi pemandangan seperti hutan mini, lumayanlah sebagai refresing mata maupun suasana. Di tengah kehidupan kota yang penuh hiruk pikuk dan penuh dengan gedung-gedung. Menyenangkan karena kami bekerja saling membantu. Sehingga kesulitan apapun dapat teratasi, termasuk kesulitan menggunakan teknologi informatika. Sebab zaman online, semua tugas harus diunggah. Terkadang sistem tidak lancar membuat kami kesulian mengunggah.

                                                                         
Ibu Iin Sulistyowati sebagai GI

            Ada tiga belas Pendidik atau Guru Sasaran (GS), baik dari sekolah swasta maupun negeri. Sebagai Guru Sasaran (GS), saya dan teman-teman dimentori oleh Guru Inti (GI) Ibu Iin Sulistyowati, dari SMP Negeri 31 Semarang, yang juga sebagai Pusat Belajar (PB). Sedangkan sebagai narasumber tamu seperti Pengawas dan Pejabat dari Dinas Pendidikan, ikut memberikan penguatan-penguatan yang intinya setelah mengikuti kegiatan ini menjadi Pendidik yang dapat menciptakan generasi emas.
            Kegiatan minggu pertama adalah simulasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Literasi, seperti mandiri, gotong royong, nasionalis, baca-tulis. Kami bekerja berkelompok. Setiap peserta berbagi pengalaman kegiatan PPK dan Literasi di sekolah masing-masing. Kemudian menuliskannya dalam kartu-kartu yang akan ditempel. Awal kegiatan sudah mengundang perhatian. Saya banyak mendapatkan pengalaman dari teman-teman. Saya bisa memilih kegiatan literasi yang sesuai diterapkan di sekolah tempat saya mengajar. 

                                                                               

                                                         penulis di antara kegiatan PKP

         Kegitan berikutnya adalah pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills). Kami menjadi tahu bagaimana pengembangan RPP yang membentuk siswa berpikir kritis.  Diawali dari merancang desain, penulisan RPP, hingga presentasi.
            Padatnya agenda acara membuat kegiatan berjalan tanpa terasa. Pada hari Minggu dari pukul setengah delapan pagi, tahu-tahu pukul sepuluh saatnya coffe break. Tahu sendirilah, saya yang suka ngopitentu kesempatan emas bisa menikmati minuman kesukaan di sela-sela bekerja. Apalagi juga disediakan snak. Hm, kesempatan nihwisata kuliner. Terlebih bisa nyicipi sukun goreng-yang dengar-dengar dari pohon sendiri, hasil budi daya sekolah setempat. Wah, benar-benar memanfaatkan kearifan lokal. Memang benar sih, saat ada waktu jalan-jalan di belakang, ada pohon sukun yang buahnya besar-besar. Mungkin memang sudah matang, saatnya diunduh dan dikonsumsi. Baru dua jam berkegiatan tiba saatnya isoma. Rasanya baru sesaat bekerja sudah kembali break dan makan snak sore hari. Hingga tiba pulang ke rumah masing-masing.
            Semua tugas kami lalui, tentunya dukungan dari GI yang selalu memberi semangat juga teman-teman untuk menuntaskan semua tagihan. Hingga tidak terasa dengan berat hati hari memasuki minggu kelima, saatnya kegiatan berakhir dan berpisah. Tapi kami saling berjanji bahwa silaturahmi tidak berhenti sampai di sini. Ada media sosial. Karena situasi dan kondisi silaturahmi tidakharus dengan bertatap wajah. Untuk saling melengkapi dalam menghadapi permasalahan pembelajaran. Sebab guru adalah pembelajar yang tak lekang oleh waktu.
            Kegiatan Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) telah usai. Bagi saya ini justru awal dari kegiatan lain. Apalagi kalau bukan menulis. Saatnya mengeksekusi satu per satu ide-ide yang bertebaran selama lima kali mengikuti kegiatan. Semoga masing-masing karya menemukan muaranya. Amin.
@@@