Mengenal Budaya Indonesia Melalui
Membaca Novel
Judul buku
: Misteri Sosok Wangi
Penulis
: Erlita Pratiwi
Penyunting bahasa : Yessy Sinubulan
Ilustrator : Indra Bayu
Penerbit :
Kiddo
Ketebalan
: 175 halaman
Ukuran
: 13 x 19,5 cm
ISBN :
978-602-6208-04-0
Cetakan I
: Maret 2016
Harga :
Rp 38.000,00
Cerita ini berawaldari Andara yang akan
berlibur di tempat nenek Ica.Kebetulan mama mendapat tugas meliput acara di
Sumenep. Nenek Ica tinggal di Bangkalan, Sumenep, Madura. Tentu saja Andara
menerima tawaran sahabatnyayang akan menghabiskan waktu libur di rumah
neneknya. Sambil menunggu mama menyelesaikan tugasnya sebagai penulis. Tapi tanpa
disangka, di sana sedang ada masalah.
Tidak
tanggung-tanggung, nenek Ica yang pemilik toko batik terkenal di Madura kehilangan batik termahalnya. Yaitu batik
Gentongan yang harganya hingga puluhan juta per lembar. Maklumlah, karena
membuatnyamembutuhkan waktu satu tahun dan rumit. Maka tidak heran bila banyak
diburu kolektor batik. Disamping itu batik-batik itu peninggalan buyut Ica.
Karena harganya sangat mahal dibanding kain-kain batik pada umumnya, kain batik
ini hilang.
Dari sinilah kemudian Andara dan Ica berpetualang mencari pencurinya.
Walaupun penyelidikan menyangkut “orang dalam”, tidak berarti petualangan
mereka hanya seputar rumah. Mereka juga mendatangi beberapa tempat yang
mencurigakan. Usaha mereka membuahkan hasil. Benar kata Mbah Nek, nenek Ica,
pencurinya “orang dalam” yaitu pegawainya. Serapi apapun pencuri menyembunyikan
hasil curiannya, akhirnya ketahuan.Indra, pegawai Mbak Nek pencurinya. Dia
mengelabuhi orang lain dengan menggunakan minyak wangi yang sama dengan Om
Yono, saudara Ica yang ikut dicurigai. Dengan begitu Mbah nek dan keluarganya
akan menuduh Om Yono.
Novel ini tidak hanya memberi manfaat bagi adik-adik yang masih duduk
dibangku SD sebagai pengisi waktu luang. Jauh dari itu sarat dengan ilmu
pengetahuan. Adik-adik dapat mengenal banyak budaya yang dimiliki daerah
Madura. Dari mengetahui logat bicara, hasil kerajinan, makanan, sampai pakaian
adat. Hasil kebudayaan itu disajikan dalam bentuk rangkuman dan tempat
tersendiri. Kelak jika mereka membutuhkannya berkaitan dengan pelajaran di
sekolah, mereka tidak kesulitan mencari dalam buku.
Begitupun dalam segi bahasa. Bahasa yang digunakan komunikatif disamping
disajikan dalam kalimat-kalimat pendek. Adik-adik mudah memahaminya.
Gambar-gambar yang menyertai membuat novel ini semakin sempurna.
Sampai penulis membaca halaman terakhir, nyaris tidak menemukan kekurangan.
Barangkali dari segi harga. Bagi ekonomi menengah ke bawah mungkin menjadi
halangan membaca karena tidak terbeli. Begitupun tidak setiap toko buku menjual
novel yang sarat dengan misi budaya ini. Maka ada baiknya perpustakaan-perpustakaan
daerah atau perpustakaan sekolah untuk mengoleksi. Sayang, jika upaya
memperkenalkan salah satu budaya yang dimiliki Indonesia tidak tersampaikan
bagi mereka yang membutuhkan.
@@@