Iis Soekandar: Februari 2017

Sabtu, 25 Februari 2017

Tamasya

Mengenal Pantai Depok

      Indonesia terdiri dari beribu pulau dan dikelilingi lautan. Sepertiga wilayahnya berupa daratan sedangkan dua pertiga berupa lautan. Karena sebagian besar wilayah berupa lautan, Indonesia mempunyai banyak pantai. Diantaranya Pantai Depok, termasuk dalam kawasan pantai selatan.
     Pantai Depok tepatnya terletak di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Barangkali nama Pantai Depok tidak setenar Pantai Parangtritis. Tapi keberadaan Pantai Depok bisa dijadikan alternatif wisata bila berkunjung ke kawasan pantai selatan. 


     Pantai Depok terletak berdekatan dengan Pantai Parangtritis. Tetapi sebagai daerah wisata yang berbeda wilayah, otonominya pun dikelola secara sendiri-sendiri. 
    Loket masuk Pantai Depok Rp 4.750,00 untuk orang dewasa dan Rp 3.750,00 untuk anak-anak. Sambil menikmati deburan ombak wisatawan dapat duduk-duduk di atas pasir dengan menyewa tikar sekaligus payungnya seharga Rp 25.000,00. 
  Ternyata menyusuri jalanan berpasir di pinggir pantai tidak harus berjalan kaki. Pihak pengelola menyediakan jasa sewa sepeda motor dengan tarip Rp 50.000,00 per setengah jam. 


       Udara yang menyengat tak perlu khawatir sebab di pinggir-pinggir pantai banyak penduduk setempat yang menjual es kelapa muda langsung disantap dari buahnya. Harganya relatif murah dengan merogoh kocek Rp 10.000,00, hanya kelapa muda dengan airnya, atau ditambah dengan es dan sirup.

     Sebagai daerah pantai yang menghasilkan ikan, banyak dijajakan makanan dari olahannya,  
seperti udang, belut, ikan kembung. Bahkan dijual pula makanan yang tidak biasa didapat di pasaran umum, yaitu undur-undur. Dan semua makanan itu dimasak dalam olahan goreng. 
Semua pedagang adalah penduduk setempat. Logatnya yang ramah, khas orang desa, membuat wisatawan tak sungkan mencicipi sepuasnya. Bahkan mereka tampak dengan senang hati meminta pengunjung mencicipi walau tidak membeli. Seolah para wisatawan adalah tamu yang layak dijamu, tanpa menghiraukan bahwa mereka sedang berdagang.
       Tidak hanya ikan yang sudah diolah, wisatawan dapat membeli ikan yang masih segar. 


Pasar ikan segar dapat ditemui di luar pantai, tepatnya di tempat parkir. Rasanya hati terpuaskan menikmati Pantai Depok sambil membawa oleh-oleh ikan goreng maupun ikan segar.
@@@

Minggu, 12 Februari 2017

Tamasya

                                            Tamasya ke Kebun Bunga

                                                    oleh: Iis Soekandar 


       Ada banyak cara untuk mengisi hari libur. Bagi Anda yang sedang bertamasya ke daerah Jimbaran, Bandungan dan sekitarnya, Anda bisa pula berkunjung ke kebun bunga Setiya Aji.  

       Kebun bunga Setiya Aji khusus menanam bunga krisan. Kebun itu terbagi dalam petak-petak. Setiap petak seluas sembilan kali tiga puluh lima meter dinaungi dengan lembaran plastik. Sehingga ketika berkunjung, wisatawan seperti memasuki ruangan. Para petani menyewa dari pemilik tanah.



       Ketika berkunjung, saya tidak hanya melihat bunga-bunga krisan yang sedang bermekaran, tapi juga 

tanaman yang baru saja disemai. Tanaman yang disemai dengan menggunakan pupus itu setelah keluar akarnya ditanam di tanah. Kemudian mulai disemprot  obat anti hama ketika kuntum bunga tumbuh. Sebab kabut dan udara seringkali membawa hama sehingga bunga krisan tidak menghasilkan warna seindah aslinya. Setelah itu ditunggu hingga tiba masa panen, yaitu tanaman berusia empat bulan.
     Bunga-bunga krisan itu ditanam khusus untuk dekorasi, seperti hajatan pengantin. Sehingga tanamannya harus tinggi, kira-kira satu setengah meter. Mereka menjualnya ke pasar induk Bandungan, berkisar tiga puluh lima ribu per sepuluh batang. Pasar induk Bandungan tidak hanya memasok kebutuhan dari daerah sekitar. Tapi juga di luar Bandungan, bahkan sampai ke luar Propinsi Jawa Tengah memesan bunga krisan dari Bandungan.  
     Karena setinggi dengan manusia itulah tanaman dengan bunga warna merah, kuning, dan putih banyak dikunjungi wisatawan. Mereka senang melihat-lihat, atau bahkan selfie dengan latar belakang bunga-bunga krisan. Sambil duduk-duduk santai di atas tikar, wisatawan juga bebas bertanya seputar bunga krisan kepada petaninya.
      Setiap wisatawan yang masuk membayar tujuh ribu lima ratus rupiah, ditambah uang parkir untuk sepeda motor dua ribu rupiah atau mobil lima ribu rupiah. Tiket masuk itu sudah termasuk sewa payung, bila kebetulan hari sedang hujan dan tikar bila ingin duduk-duduk santai sambil menikmati indahnya bunga krisan. Bahkan tidak hanya itu, ketika saya berkunjung, kebetulan para petani baru saja memanen salak. Saya dan tentunya para wisatawan lain disajikan salak. Kami diperbolehkan makan salak hingga puas. Sepertinya sejengkal tanah-tanah liar di sekitar kebun tidak disia-siakan petani atau penduduk setempat. Mereka menanani tanah itu dengan tanaman salak. 
     Pengelola kebun ini masyarakat desa setempat. Para petani juga mendapatkan sebagian dari hasil penjualan tiket. 
       Selama satu jam melihat-lihat sembari bertanya banyak hal tentang bunga krisan, cukuplah menyegarkan pikiran  untuk kembali menekuni rutinitas besok.
@@@


Sabtu, 04 Februari 2017

Cerpen Anak


Belajar Bersama
Oleh: Iis Soekandar



      Delva kasihan kepada Arul. Ia sering melihat Arul dimarahi Pak Beni, wali kelasnya. Arul malas belajar. Akibatnya setiap kali ulangan, teman sebangkunya itu mendapat nilai jelek.
  “Besok ulangan IPS, Rul. Nanti malam kamu belajar, supaya besok dapat nilai bagus,” Delva mengingatkan.
       “Malas, ah,” kata Arul, lalu pergi ke kantin.
       Delva jengkel. Arul tidak pernah menuruti nasihatnya.
       Suatu saat Pak Beni memberi tugas kelompok untuk dua murid. Tugas itu mengumpulkan macam-macam daun, berdasarkan bentuk tulang daun.
       “Arul, nanti sore kita mencari macam-macam daun, di seputar rumahmu!” pinta Delva. Karena ia tahu, Arul tidak akan ke rumahnya.
      Sore hari Delva datang ke rumah Arul. Mulanya Arul malas-malasan. Setelah Delva mengajak, Arul mengantar ke rumah para tetangga untuk mencari daun-daun. Kemudian Arul membawa daun-daun itu. Sementara Delva yang mencatat. Arul tampak senang.
      Semenjak itu, Delva rajin ke rumah Arul untuk belajar bersama. Ia tidak lagi mendengar Pak Beni memarahi Arul. Sebab nilai ulangannya baik.
@@@