Iis Soekandar: Mei 2018

Minggu, 20 Mei 2018

Cernak

Hari Pertama Puasa Bagi Fajar


      Badan Rafli terasa segar dibanding tadi siang. Hari ini puasa pertama Ramadan. Ia tidur sepulang sekolah hingga sore baru bangun. Setelah mandi sore dia pergi ke dapur. Ibu memintanya membantu memasak. Maklum ibu tidak mempunyai pembantu. Ketiga anak ibu lelaki. Kakak Rafli, Kak Fauzi, sibuk mengurus buka puasa bersama di sekolah. Sedangkan adiknya, Fajar, masih terlalu kecil. Dia belum dapat membantu ibu memasak.
       “Bu, mengapa ikan guraminya tinggal tiga? Bukankah tadi Bapak dapat empat ekor?” tanya Rafli setelah mengambil ikan-ikan dari kepis. Kepis adalah tempat menyimpan ikan setelah dipancing. Kepis terbuat dari bambu yang dianyam. Tadi pagi bapak memancing dari empang dan mendapat 4 ekor gurami. Lalu Rafli memberikan ikan gurami itu kepada ibu untuk diambil sisiknya.
       “Ibu lupa kalau hari ini sudah puasa Ramadan. Tadi ikan gurami yang ukuran kecil Ibu goreng untuk makan siang Fajar. Coba kamu tengok, apakah di meja makan masih ada sepiring nasi dan lauk ikan gurami yang ibu sediakan!” pinta ibu.
       Rafli langsung pergi ke meja makan. Dibukanya tudung saji. Benar dugaannya, di meja makan tidak ada sepiring nasi dan lauk ikan gurami. Rafli mencari Fajar. Tapi adiknya itu belum bangun dari tidur. Dia terlihat nyenyak.
       “Nasi dan ikan guraminya tidak ada, Bu, paling sudah dia makan dengan sembunyi-sembunyi. Ibu sih, sudah tahu puasa malah diberi makan,” tukas Rafli setelah sampai di dapur.
       “Iya, Ibu lupa,” jawab ibu dengan menyesal.
       “Kalau begitu nanti dia tidak boleh buka puasa bersama. Padahal tadi pagi ikut sahur. Nggak tahunya siang hari malah makan. Berarti dia bohong, mengaku puasa tapi siang hari makan,” kata Rafli jengkel.
       “Mungkin dia belum kuat puasa. Maklumlah, ini kan puasa pertamanya,” jelas ibu dengan sabar. “Sudah, sekarang segera diracik sayur lodeh itu. Ibu akan mengolah ikan gurami,” pinta ibu sambil menguliti sisik ikan gurami. Disamping itu ibu sambil menggoreng tahu dan tempe. Sore itu ibu memasak sayur lodeh dengan lauk ikan gurami, tempe, dan tahu goreng. Ibu juga akan membuat kolak pisang setup.
       “Nanti Ibu ingatkan lagi supaya puasa. Bukankah dia sudah janji mau puasa?”
       “Iya, nanti Ibu ingatkan lagi. Ayo cepat meraciknya. Nanti airnya keburu mendidih,” pinta ibu sambil memberi bumbu pada ikan gurami.
       “Baik, Bu. Ini sudah selesai tinggal dicuci.” Rafli pun segera mencuci sayur lodeh. Tidak lama kemudian dimasukkannya sayur-sayuran itu dalam air mendidih yang sudah diberi bumbu. Setelah itu diberi santan hingga matang.
      Rafli senang ketika Fajar berjanji akan berpuasa Ramadan. Sebelumnya Fajar tidak pernah puasa. Beberapa hari menjelang puasa Ramadan, ibu meminta Fajar supaya berpuasa. Mulanya Fajar menolak karena tidak tahan lapar dan haus. Begitu ibu menjanjikan hadiah, Fajar langsung bersemangat akan berpuasa.
      Jika kuat sebulan ibu memberi hadiah uang seratus ribu rupiah. Jika fajar tidak berpuasa sampai tiga hari, ibu memberi tujuh puluh lima ribu rupiah. Bila sampai satu minggu ibu memberi lima puluh ribu rupiah. Jika  kurang dari itu ibu hanya memberi sepuluh ribu rupiah.
      Setelah beberapa lama, azan Magrib berkumandang. Tanda waktu buka puasa tiba. Semua hidangan telah tersedia di meja makan. Rafli, ibu, dan bapak sudah bersiap di meja makan.  Sedangkan Kak Fauzi buka puasa bersama bapak dan ibu guru serta teman-temannya di sekolah. Pertama kali mereka minum teh manis hangat
      “Horeeee... buka puasa telah tiba,” sorak Fajar sambil menghampiri meja makan. Dia baru saja duduk-duduk di teras menunggu buka puasa. Kemudian dia menuangkan teh manis hangat dari dalam teko.
       “Kamu kan tidak puasa, Jar. Jadi kamu juga tidak buka puasa, tapi makan malam,” tukas Rafli.
       “Siapa bilang Fajar tidak berbuasa?” tanya Fajar agak marah.
       “Buktinya nasi dengan lauk ikan gurami pemberian Ibu tadi siang, kamu makan. Itu berarti kamu tidak puasa,” jelas Fajar.
       Fajar tidak menjawab, tapi buru-buru pergi ke belakang. Tidak lama kemudian dia keluar dengan membawa sepiring nasi dengan lauk gurami goreng.
       “Ini nasi pemberian Ibu. Fajar simpan di lemari belakang, supaya tidak kepingin.”
       Lemari belakang tempat ibu menyimpan perkakas dapur. Ibu jarang membukanya kecuali punya hajat.
       “O...,” Rafli manggut-manggut.
       “Puasa itu tidak hanya menahan haus dan lapar, Kak, tapi juga menjaga akhlak mulia. Diantaranya tidak berbohong atau berlaku jujur.”
       Rafli bangga melihat adik semata wayangnya bisa menjaga kejujuran. Hari pertama puasa mereka lalui dengan penuh suka cita. 
@@@
Cernak ini pernah dimuat di harian Lampung Post, Minggu, 20 Mei 2018.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-4969497520517963",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>