Saya
selalu bersemangat setiap hari Minggu tiba. Ada satu kegiatan yang saya nanti satu
minggu: belajar seni baca Alquran atau membaca Alquran yang dilagukan. Saya
terlambat mengetahuinya. Lebaran tahun ini saya baru mengikutinya. Program ini
ada sejak 2018, di masjid tidak jauh dari rumah.
Namun tidak Minggu ini, ketika saya
teringat, Pak Ustaz yang mengajar sedang umroh. Beliau izin beberapa pekan. Beliau
tidak mengatakan berapa lama beribadah di tanah suci, dan pesan terakhirnya,
agar kami tetap datang pada hari dan jam sama.
Udara
panas semakin terasa. Debu-debu diterbangkan angin di antara pertokoan sekitar Masjid Agung Semarang. Benar,
ada yang mengisi, dari pelantang suara yang saya dengar. Saya terlambat seperempat
jam dari jadwal, hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Saya duduk
begitu saja, di area wanita, seorang diri. Tiga teman lelaki khusuk mengikuti. Selesai
membaca satu ayat, Pak Ustaz Pengganti menyapa saya di balik tirai kain hijau, sebagai
pembatas lelaki perempuan, setinggi bahu orang duduk. Saya diminta menyesuikan,
pembacaan ayat suci berlagu dilanjut, sesuai not-notnya.
Seperempat
jam jelang akhir diisi ramah tamah. Di antaranya, Pak Ustaz merekomendasikan
obat tertentu jika peserta terganggu tenggorokannya. Hal yang tidak pernah saya
dapatkan sebelumnya. Saya catat nama obat itu. Obat itu tidak ditelan seperti
obat-obat biasa, melainkan diemut. Harganya pun murah. Suara jernih mutlak
dibutuhkan ketika membacakan ayat suci berlagu.
Sepekan
berikutnya, malam hari, saat saya baru saja dari alun-alun dan beristirahat di
masjid, saya bertemu sesama pengunjung, seorang wanita. Kami duduk
bersebelahan. Seperti biasa, saya beramah tamah setiap bertemu orang asing,
sejauh keadaan memungkinkan.
“Rumahnya
Semarang aja?”
“Di
Genuk.”
“Ada
acara khusus ke sini?”
“Saya,
suami, dan anak biasa refreshing ke alun-alun setiap Sabtu Minggu.”
Kemudian
ia menyatakan bahwa refreshing perlu dilakukan. Agar melakukan kegiatan hari Senin,
ia, suami, dan anaknya, penuh semangat. Hasilnya pun optimal.
Saya
mengangguk-angguk teringat Pak Ustaz Pengganti. Pak Ustad Penganti secara langsung
atau tidak, memberi suasana segar. Hasilnya, saya mendapat rekomendasi nama obat
penghalau serak.
@@@