Iis Soekandar: Masa-Masa Indah

Jumat, 26 Desember 2025

Masa-Masa Indah

                                                                                          

                                              tempat wisata Geblek Pari, Kulon Progo, DIY

Dua ribu dua puluh lima adalah tahun keseriusan saya menjalani kehidupan sebagai penulis. Awalnya saya ragu-ragu, apakah saya mampu menjalaninya. Keraguan itu berkaitan dengan dua hal: finansial dan pertemanan. Tapi kalau tidak saya mulai segera, kapan saya akan memulainya. Karena untuk meninggalkannya, tidak mungkin. Kegiatan menulis telanjur menjadi kebutuhan, laiknya makan dan minum.

Cara mengantisipasi jika saya menemui masalah dengan mendatangi pengajian-pengajian, sesering waktu saya miliki. Saya tinggal di daerah, yang setiap waktu ada tempat-tempat mengadakan pengajian, selain di masjid dan musala. Di sanalah bimbingan-bimbingan gratis diberikan oleh Pak Ustaz dan Bu Ustazah, berkaitan masalah-masalah yang saya hadapi, termasuk sikap dalam menghadapi dunia kepenulisan. Bimbingan-bimbingan itu selalu berdasarkan syariat-syariat. Sekalian saya belajar dan memahami, sekaligus menjalankan ajaran-ajaran agama. Dan benar, Islam agama untuk kesejahteraan ummat dan kitab suci Al-Qur’an lengkap, mambahas kehidupan dalam semua aspek.

Saya diceritakan sirah atau riwayat nabi-nabi. Karena nabi juga manusia yang juga makan dan minum, dan harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup lain. Hal sepele namun berarti, ketika ‘rezeki tidak selalu berupa uang’ saya dapatkan, yang sebelumnya sebagai slogan. Suatu ketika saya menginginkan makanan, dan itu makanan spesifik, saya diberi teman saat kongko di luar masjid menunggu waktu salat. Padahal makanan itu sulit saya dapatkan di warung makan. Pernah juga saya mendapatkan makanan dari tetangga, saat duduk menonton televisi. Bahkan ketika saya membutuhkan buku-buku tulis dan alat-alat tulis untuk kegiatan kepenulisan, saya mendapatkan secara gratis. Saya tidak perlu bekerja mendapatkan semua itu, dan tidak ada sesuatu kebetulan. Lalu tuntunan berpuasa, yang sebelumnya saya lakukan hanya puasa wajib dan puasa setahun sekali, dan sulit saya bayangkan sebelumnya bahwa saya mampu menjalaninya. Dan saya dimudahkan menjalaninya. Begitupun ketika finansial saya cukup untuk diri sendiri, saya tetap diberi kesempatan memberi orang lain ketika saya mendapat barang tapi saya tidak membutuhkannya. Karena berbuat baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

 

Saya pernah mendengar ceramah dari Pak Ustaz, bahwa, kebahagiaan sesungguhnya jika kamu tidak membutuhkan siapa-siapa, dalam arti teman fisik.

Dan itu terjadi pada diri saya.

Menjalani kegiatan kepenulisan siap hidup seorang diri. Untuk riset tempat dan suasana, menemui narasumbur, maupun menulis atau mengetik, yang semua itu tidak terikat waktu, menjadikan kepenulisan tidak seperti kegiatan-kegiatan lain, yang berjalan dalam waktu tertentu, dan ada batasan-batasannya. Terkadang saya bekerja ketika orang-orang istirahat; saya liburan ketika orang-orang bekerja, begitupun sebaliknya, dan seterusnya. Tapi justru itulah yang saya suka. Saya bekerja secara fleksibel. Saya bisa bekerja sepuas saya inginkan, begitu pun ketika saya istirahat, biasanya setelah target selesai, juga sepuasnya.

Saya tidak merasa kehilangan teman-teman fisik. Saya justru senang, tidak merasakan kecewa, ketika teman yang saya tunggu, lama baru datang, misalnya, atau diingkari karena ternyata ia tidak datang, dan perasaan-perasaan tidak menyenangkan lain. Saya bertemu teman-teman fisik biasanya ketika kami ada acara, atau bertemu rutin jika mereka teman satu berkumpulan. Sebaliknya, era digital, saya mendapatkan teman-teman dumay. Seringkai unggahan-unggahan mereka membuat saya: bangun kala jatuh, berjalan kala terhenti, tersenyum kala menangis, berdiri kala tumbang, berteman kala seorang diri, dan punya harapan kala hampir putus asa. Terima kasih untuk pertemanan-pertemanan ini.

Selebihnya, saya bersenang-senang, mengeksplor ide-ide, selanjutnya, mungkin saya harus mengamati tokoh melalu orang-orang lewat atau orang-orang yang saya jumpai, membuat blue print, dan kegiatan-kegiatan kepenulisan lain, yang intinya, untuk menghasilkan karya bagus: cerpen. Dunia menjadi milik saya: pagi, siang, sore, malam.  

Allah, terima kasih untuk masa-masa indah sepanjang tahun 2025. Saya belum tentu mendapatkannya kembali tahun-tahun mendatang. Materi seringkali membuat orang lengah. Dan, kalaupun itu tejadi pada diri saya kelak, cukuplah karena saya lupa, bukan lalai.

@@@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar