Pasar
memperlihatkan kesibukannya: aneka transaksi dari bahan makanan, makanan siap
santap, hingga non makanan seperti baju-baju dan perkakas rumah tangga berbahan
plastik. Mereka beraktivitas di bawah sinar lampu jalan sebab matahari belum menampakkan
wajahnya.
Pagi itu saya menyusuri pasar krempyeng,
seperti biasa, yang para pedagangnya menjual dagangannya di kanan kiri jalan,
dan jelang pertokoan buka, mereka selesai. Saya menuju ke penjual getuk,
demikian orang-orang menyebut, meski yang dijual tidak hanya getuk (berbahan
singkong). Ia menjual aneka jajan pasar lain seperti cenil, putu mayang, dan
klepon.
Pedagang getuk zaman dulu menjual banyak
varian jajan pasar. Selain makanan-makanan tersebut, ada juga getuk tolo, ketan
hitam, ketan putih, gobet, jongkong, kacamata, gatot, mungkin masih ada yang
lain. Dan pedagangnya tidak hanya seorang.
Saya sengaja melihat dari jauh
pedagang getuk. Sebab saya berkali-kali makan getuk, cenil, dan putu mayang, tanpa
klepon. Untuk kesekian kali saya kecele. Orang makan jajan pasar lebih enak
jika bermacam-macam, lalu taburi parutan kelapa, kucuri kinca (sirop gula
merah), dalam kemasan daun. Atau mungkin pedagang getuk tidak lagi membuat klepon
karena pembuatannya yang rumit.
Tanpa sengaja saya bertemu teman
lama. Hampir setiap ke pasar saya bertemu dengannya. Ia berjualan nasi, anek
sayur, dan lauk. Saya utarakan unek-unek.
“Gak usah di pedagang getuk. Di
penjual aneka panganan, kan’ juga jual klepon,” jelasnya. Saya pun buru-buru ke
penjual yang dia maksud, agar tidak kehabisan. Saya lupa ada penjual aneka panganan
yang menjual klepon dalam satu kemasan. Saya membeli beberapa kemasan klepon.
Ada beberapa lapisan terkuak jajan
pasar berbentuk bulat kira-kira sebesar kelereng ini. Bagian luar klepon kenyal
dan gurih, berbalut parutan kelapa. Begitu lidah merasakan isinya, manis dan
lembut gula merah beradu, dan lumer di mulut.
Menurut asal usul namanya, klepon diambil
dari bahasa Jawa, berarti ‘indung telur hewan’. Selain dikonsumsi pribadi,
klepon juga disajikan dalam jamuan. Saya pernah datang ke resepsi pernikahan, klepon
dan aneka jajan pasar terhidang sebagai makanan pembuka, berbeda dari
kebanyakan pemilik hajat menyajikan kue-kue masa kini atau kue-kue modifikasi
dari barat. Menurut buku Main Rasa Bersama Sasa, klepon pertama kali diperkenalkan
di Negeri Kincir Angin oleh imigran dari Pasuruan, Jawa Timur. Saat itu klepon
tersedia di toko dan restoran Indonesia-Belanda.
Di antara banyaknya makanan kekinian,
kue klepon menjadi makanan langka. Saya bahagia masih bisa menikmati klepon,
walaupun tidak bersama jajan pasar-jajan pasar lain, dengan taburan parutan
kelapa dan kucuran kinca, dalam kemasan daun.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar