Tha
tha tha that
Rima
buru-buru membuka ponsel begitu bunyi chat
terdengar. Namun yang ditunggu jawaban dari teman sebangku tentang pekerjaan
rumah tak seperti yang diharapkan.
Maaf, Rim, aku
Arjuna, ini nomor ponselku yang baru
Uh, siapa nanya? Rima lunglai. Hampir
saja ponselnya terjatuh. Tak sulit menemukan nama Arjuna dalam ensiklopedi
daftar nama kenalannya. Hanya satu, yah hanyaArjuna si Tetangga satu kampung. Beberapa
bulan terakhir gerak-geriknya `mencurigakan`, begitu istilah Rima, bagi
seseorang yang membuat badannya meriang tak karuan. Terlepas orang itu sebetulnya
ingin memberikan panah-panah asmara kemudian membuatnya berbunga-bunga kelak. Rima
yang manis, rambut ikal sebahu, tinggi semampai, berkulit bersih, ah apa yang kurang darinya.
Arjuna
adalah laki-laki kesekian yang mengharap cinta Rima. Rizky yang agresif, sering
datang ke rumah dan membawakan kebab, camilan kesukaannya. Zulfan yang
senantiasa ingin mengulurkan tangannya perihal tugas sekolah, hingga membuat
Rima tersinggung. Sebab Rima tidak termasuk siswa pas-pasan kemampuan
akademiknya. Mereka hanyalah laki-laki yang terang-terangan menunjukkan
keinginannya. Entah siapa yang secara diam-diam juga punya hasrat sama tapi tak
kesampaian.
“Lagi
suntuk ya Rim?” ledek Lia tetangga sebelah rumah. Dia baru saja pulang dari
kegiatan sekolah.
“Ah...eh
... enggak,” Rima terperanjat lalu buru-buru memperbaiki sikapnya yang manyun.
Padahal
satu kali pun Rima tidak pernah memberikan nomor ponsel. Kembali pikirannya
merutuk pada sikap Arjuna begitu dirinya kembali seorang diri. Barulah dia
tersadar, mudah bagi laki-laki itu mendapatkan nomor ponselnya. Melalui RT,
kelurahan, atau dari data administrasi lain. Bahkan berpapasan berusaha keras
membentengi diri agar laki-laki ceking itu tak menegurnya. Yang terjadi seperti
yang diharap, Ajuna hanya memandangi paras wajahnya yang putih, namun jutek.
Kisah
Arjuna segera berlalu begitu ponsel berbunyi untuk kedua kali dan itu dari
sahabatnya. Ditumpahkan segala uneg-uneg. Namun tidak seperti yang diharapkan,
sesaat setelah teman sebangkunya memberikan jawaban soal.
Kau tak perlu terus-terusan menghindar. Coba
selami. Terbuka, Rim
Saat
itu juga ponsel ditutup dan langsung masuk ke rumah. Rima mengerjakan soal
dengan hati jengkel.
@@@
Hari-hari
terakhir,hati Rima tak menentu.Dia sendirian semenjak teman sebangkunya ikutan merutuki
sikapanya yang tidak membuka diri terhadap Arjuna.
“Kenapa
sih langsung menolak? Kamu belum tahu isinya. Sebagai sahabat aku tidak mau kau
menyesal kelak karena dia sudah keburu disambar gadis lain,” sergah teman
sebangkunya suatuketika.
Tahuapa
dia, mengharuskan aku mencoba menyelami hati Arjuna. Cinta itu datang dari
pandangan pertama. Dan tak perlu dipaksa jika memang harus sendiri. Bukannya
dari seringnya bertemu kemudian lama-lama menjadi suka. Mentang-mentang dia
orang Jawa, ngutip pepatah Jawa, tresno jalaran soko kulino. Buktinya beberapa
kali berpapasan malah membuat badan kemudian panas.Tak sedikit pun ada getar.
Mungkin Rima yang terlalu keras
kepala.
Kali ini Rima duduk-duduk manja di
bawah pohon sirkaya depan rumahnya, kebiasaan yang lama tak dilakoni semenjak
hujan berhari-hari mengguyur. Entah sore ini, sepertinya hujan sedang
mempersilakan Rima untuk menikmati sore, setelah tadi turun begitu deras. Langit
terang walaupun sedikit awan bergerombol di atas sana. Sedikit menghibur
hatinya. Terasa Rima mendapatkan teman baru dari sesuatu lain dengan adanya
suasana yang berbeda. Angin mengayun rambutnya yang bergelombang. Udara sejuk
mengingatkannya situasi kontras saat musim panas mengganas begitu lama.
Keindahan sore terganggu dengan
lintasan seseorang yang justru sedang dihalau. Langkah Arjuna membelok di rumah
sebelah membuat Rima dapat memandang dengan jelas. Tak sengaja pandangannya
mengarah ke rumah Lia sambil menyelonjorkan kaki, menghilangkan penat. Kini gangguan itu tak hanya
matanya tapi merambah ke pikiran.
Untuk
apa Arjuna ke rumah Lia. Kalaupun ingin menemui saudara lelaki Lia, bukankah mereka sedang tidak
berada di sini, tetapi kuliah di luar kota? Lia juga tidak satu sekolah dengan
Arjuna.
Walaupun satu tingkat, Rima,
Arjuna, dan Lia tidak pernah saling berhubungan, termasuk urusan sekolah.
Mereka hanya sebatas tetangga dan bertegur sapa saat bertemu. Hanya belakangan
karena tak berkehendak di hati, sikap Arjuna tak diterima Rima.
Tapi benarkah tak berkehendak di
hati? Kali ini Rima benar-benar terusik. Tanda tanya mengapa Arjuna tak hanya
sekali datang ke rumah Liapada kemudian hari terus menghantui. Yang membuat tak
disangka karena gadis yang didekati adalah tetangga sebelah rumahnya. Hal yang
akan dilihatnya di depan mata bila sesuatu yang tak disangka bakal terjadi.
berbeda dengan Zulfan, Rizky dan entah siapa lagi. Rima bisa menghindar.
Kelak Arjuna tak bakal ditolak
lagi. Siasatnya mendekati Lia yang sengaja direncanakan keduanya, berhasil mengelabuhi Rima. Arjuna sungguh
laki lucky.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar