Iis Soekandar: Membangun Konteks

Minggu, 03 Desember 2017

Membangun Konteks


Membangun Konteks


 
Membangun konteks atau situasi adalah keadaan ketika kita menghidupan-hidupkan cerita dengan cara membayangkan secara visual dari awal hingga akhir. Semakin sering kita membangun konteks, semakin mudah dalam menuangkannya dalam tulisan. Tentu saja sepanjang tidak mengganggu kegiatan lain. Situasi seperti ini dilakukan setelah pembuatan outline selesai. Atau dapat juga dilaksanakan bersamaan dengan proses pembuatan outline. Terlebih bila pembuatan outline tidak sekali duduk. Tetapi melalui proses beberapa hari. Hal ini biasanya bergantung tingkat kesulitan cerita yang akan kita buat. Atau bila membutuhkan informasi dari orang lain sebagai narasumber atau riset tempat yang memang membutuhkan waktu tersendiri. Atau karena kita belum mempunyai waktu untuk menuangkannya dalam tulisan. Selama jeda waktu itulah kita pergunakan untuk membangun konteks secara optimal.
Membangun konteks diperlukan agar lebih menghayati cerita yang akan kita buat, terutama menyangkut watak tokoh-tokohnya maupun alur.  Apalagi bila kita membuat POV (point of view) atau sudut pandang orang 1 sebagai tokoh utama. Kita harus benar-benar dapat menuturkan cerita kepada orang lain dari awal hingga akhir. Berbeda dengan pengarang hanya berperan sebagian atau bahkan menjadi orang di luar cerita tersebut. Kita tinggal memainkan tokoh-tokoh sesuai watak yang sudah kita tentukan.
Terkadang tidak mudah `masuk` dalam genre tertentu. Misal ketika sedang membuat cerita dongeng tentang bunga mawar dan kita menjadi tokoh utama. Kita harus dapat membayangkan diri menjadi sekuntum bunga mawar yang setiap pagi dihinggapi kumbang, lalu suatu saat merasakan diterpa angin kencang karena badai, dan suatu hari lagi menangis karena terjatuh di tanah, dan sederet cetita sesuai outline yang sudah dibuat.
Begitupun dalam membuat cerita anak lain, maka sepanjang proses menulis hingga selesai, kita berusaha menjadi anak-anak dan masuk ke dunianya, dan ketika menulis cerita remaja kita menjadi remaja dengan segala problematikanya, lalu saat membuat cerita dewasa, kita pun sedang berperan menjadi orang dewasa.
Dengan membangun konteks, mengurangi kesulitan ketika kita sudah duduk di depan PC untuk mengembangkan outline yang sudah dibuat menjadi sebuah karangan. Selamat menulis teman-teman!   
@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar