“Dimas,
kemarin Bu Naning memberi tugas apa? Waktu itu ponsel mamaku tiba-tiba layarnya
tidak menyala. Untung siang ini sudah diperbaiki, jadi bisa kupinjam” tanya
Galuh kepada sahabatnya melalui Whatsapp. Namun, Dimas tidak segera menjawab.
Mungkin dia sedang tidur siang.
Bu
Naning, wali kelas mereka, mengadakan pertemuan seminggu sekali melalui aplikasi
google meet. Kemudian, tugas-tugas
dikumpulkan setiap hari Sabtu.
Hingga sore hari, Dimas tidak menjawab. Galuh akan datang ke rumahnya. Namun, pintu rumahnya tertutup saat Galuh sengaja lewat di depannya. Di samping itu, tidak ada seorang pun anggota keluarganya di luar.
Mungkinkah
Dimas dan keluarganya pergi? Bukankah ia bisa menjawab di mana saja walaupun
tidak berada di rumah? Terpaksa Galuh pergi ke rumah Hilda.
“Hil,
ada tugas apa saja dari Bu Naning?” tanya Galuh kepada Hilda. Galuh menjelaskan
mengapa hari Senin tidak hadir secara virtual.
“Kita
disuruh mengerjakan modul matematika halaman 27 dan 28. Lalu, IPS masih
melanjutkan tugas minggu kemarin. Karena teman-teman kita banyak yang belum
mengerjakan. O iya, kita diminta mengumpulkan tanaman gantung untuk penghijauan
sekolah,” jelas Hilda panjang lebar.
“Terima
kasih banyak, Hil. Aku akan mengerjakan tugas-tugas itu,” jawab Galuh.
Tidak
lama setelah mencatat tugas-tugas, Galuh pulang. Pandemi belum berakhir. Lebih
baik berada di rumah kecuali ada hal-hal penting. Saat melewati rumah Dimas, pintu
rumahnya masih tertutup. Bahkan, pagarnya juga tertutup. Biasanya, karena
papanya bekerja di rumah, pintu pagarnya terbuka.
Keesokan
hari, ketika sarapan bersama di ruang makan, mama Galuh memberi kabar tentang
keluarga Dimas.
“Ternyata
keluarga Pak Herman terpapar virus COVID-19,” ungkap mama Galuh sedih.
“Lalu
Dimas bagaimana, Ma?” tanya Galuh dengan spontan.
“Pak
Herman, Bu Herman, Dimas, dan kedua kakaknya terpapar semua,” jelas mama Galuh.
Pantas
saja rumah mereka tutup sejak kemarin. Bahkan, pesan Galuh pun tidak dibalasnya.
Siangnya,
Bu RT memberi kabar agar semua warga membantu keluarga yang sedang isoman atau
isolasi mandiri. Secara bergiliran, setiap keluarga di kampung ini akan
menyumbang makanan untuk keluarga Dimas.
Mendengar kabar itu, Galuh juga tergerak hatinya untuk membantu Dimas. Lalu, ia menghubungi Hilda dan Intan. Intan adalah sahabat Hilda. Galuh, Dimas, Hilda, dan Intan selain teman sekelas, juga tetangga satu kompleks.
ilustrasi: Bobo
Sore
ini, Galuh, Intan, dan Hilda bertemu secara virtual.
Galuh yang mengundang mereka melalui google
meet. Lalu Intan dan Hilda bergabung.
“Yuk,
kita dukung Dimas agar tetap bersemangat. Dengan demikian, ia bisa cepat sembuh
dan sekolah lagi,” ajak Galuh.
“Aku
setuju sekali! Aku akan membuat makanan kesukaan Dimas,” ungkap Hilda.
“Aku
akan membeli buku fiksi. Dia juga suka membaca buku. Nanti aku cari di toko online,” usul Galuh.
“Sebagai
hiburan, aku akan membelikan dia mainan ular tangga. Dia bisa bermain dengan
kedua kakaknya di rumah,” ungkap Intan.
Setelah
menemukan kesepakatan, masing-masing undur diri.
Suatu
saat Galuh berkirim pesan kepada Dimas menanyakan kabar. Dimas menjawab
baik-baik saja. Dia dan keluarganya hanya perlu isoman. Dimas pun menerima
tawaran Galuh untuk bertemu secara virtual.
Maklumlah, lama mereka tidak bertemu. Mereka ingin tahu keadaan Dimas.
“Hai,
Dimas, apa kabar?” tanya Intan.
“Dimas,
kamu baik-baik saja, kan?” sambung Hilda tak sabar.
“Aku
baik-baik saja, teman-teman. Aku berterima kasih atas dukungan kalian. Aku suka
kue combro buatan Hilda. Untuk mengisi waktu luang, aku membaca buku petualang
pemberian Galuh. Wah, seru ceritanya. Terima kasih juga permainan ular
tangganya Intan. Aku bermain ular tangga bersama kedua kakakku,” ungkap Dimas.
“Syukurlah,
kamu tampak sehat!” tukas Galuh.
“Kata
Papa, jika kita sedang ditimpa penyakit, sebetulnya delapan puluh persen penyembuhannya,
ada pada diri kita sendiri. Yaitu, dengan berpikir positif dan
bersenang-senang. Jadi, obat hanya menyembuhkan dua puluh persen. Kami
sekeluarga mengikuti saran Papa itu,” tutur Dimas dengan penuh semangat.
Mereka
senang mendengar penjelasan Dimas. Setelah puas bertemu secara virtual, mereka
berpisah.
Setelah
isoman beberapa lama, akhirnya Dimas dan keluarganya sehat kembali. Bu Naning
dan teman-teman senang karena Dimas dapat kembali mengikuti pelajaran.
@@@
Cerpen ini pernah terbit di majalah
Bobo, 22 September 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar