Peri Brownis sedang merenung di taman. Pandangannya
ke atas. Dia membayangkan seandainya bisa
terbang dan melihat seisi dunia. Dia akan menembus awan dan langit. Alangkah
senangnya seperti peri-peri lain. Namun sayang, sayap kanannya patah sejak
lahir, sehingga Peri Brownis tidak dapat terbang. Tidak lama kemudian Peri
Brownis melihat Koko datang sambil menangis.
“Hu...
hu... hu...”
“Mengapa
kamu menangis, Koko?” tanya Peri Brownis.
“Nenek belum datang,” jawab Koko.
“Nenek
sedang bekerja di ladang. Nenek
bekerja
supaya
dapat
membelikanmu
makanan,
memenuhi kebutuhan sekolah, dan memberi uang jajan. Jadi, Nenek bekerja untuk kamu, Koko,”
hibur Peri Brownis.
“Benarkah, Nenek bekerja untuk aku?” tanya Koko tidak percaya.
“Iya, Nenek
sebagai pengganti kedua orangtuamu yang telah meninggal,” hibur Peri Brownis.
Koko
merenung, lalu manggut-manggut.
“Nah,
sekarang bermainlah lagi, mungkin Nenekmu sedang perjalanan pulang.”
“Baiklah, aku menunggu Nenek pulang sambil bermain bersama pusi,” ungkapnya
senang, lalu bernyanyi-nyanyi sambil loncat-loncat bersama kucing kesayangannya.
Peri Brownis kembali merenung. Ia merenungi nasibnya
yang tidak dapat terbang. Sehari-hari pekerjaannya menghibur Koko karena
ditinggal neneknya ke ladang. Tiba-tiba Peri Brownis melihat seekor kupu-kupu
yang hinggap di dahan. Warnanya pink dengan totol-totol hijau muda. Ketika
didekati, kupu-kupu itu terbang tinggi.
Ah andai aku seperti
kupu-kupu itu bisa terbang sesuka hati. Peri Brownis menitikkan air mata.
@@@
Seperti
biasa, Peri Brownis berada di taman. Dia sedang sibuk memberi pupuk dan menyirami tanaman. Tidak lama, kupu-kupu
warna pink dengan totol-totol hijau muda hinggap di dahan. Siapapun yang
melihat pasti suka, begitu pun Peri Brownis.
“Peri Brownis...” panggil Koko tiba-tiba dengan
suara serak.
“Kamu sakit, Ko?” tanya Peri Brownis
heran.
“Sebetulnya
badanku tidak sakit. Tapi, suaraku serak, padahal aku akan mengikuti lomba
menyanyi.”
“Kamu banyak makan gorengan dan es, ya,
sehingga suaramu serak. Makanya, kamu harus menghindarinya untuk sementara
waktu.”
“Aku ingin menjadi penyanyi bertaraf
internasional agar dapat keliling dunia. Apakah itu mungkin, Peri Brownis?”
“Mungkin
saja.”
“Apakah
suara serakku dapat sembuh, Peri Brownis?” tanya Koko masih sedih.
“Tentu bisa. Pagi dan sore akan aku buatkan
minuman dari air kencur, agar suaramu bagus.”
Koko menuruti saran Peri Brownis dengan tidak
makan gorengan dan minum es. Di samping itu, Peri Brownis membuatkan air kencur
untuk diminum pagi dan sore.
Waktu
terus berlalu. Tibalah saatnya lomba. Koko bernyanyi dengan suara bagus. Walaupun
menjadi juara kedua, Koko senang, terlebih Peri Brownis.
@@@
Suatu
saat Peri Brownis melihat Koko malas-malasan dan tidak mau belajar. Padahal,
kemarin lusa Koko bercerita besok ada ulangan.
“Koko,
kenapa kamu tidak belajar? Kalau kamu tidak belajar bagaimana mungkin kamu bisa
meraih cita-citamu setinggi langit. Katanya kamu ingin menjadi dokter sekaligus
penyanyi bertaraf internasional?”
“Iya...
iya,” Koko tersadar setelah diingatkan.
“Sekarang belajarlah!”
Koko
bergegas mengambil buku-bukunya dan bersemangat lagi untuk belajar. Setiap kali
diingatkan, Koko selalu senang dan kembali belajar. Maklumlah, karena neneknya
sibuk di ladang.
Setelah
sendirian, Peri Brownis pun termenung. Dilihatnya bunga-bunga di taman. Tumben
tidak terlihat kupu-kupu warna pink dengan totol-totol hijau muda. Ah, mungkin
kupu-kupu itu sedang terbang dan mengembara ke taman lain.
Tidak lama
kemudian, Peri Brownis melihat seorang peri datang. Semua pakaiannya putih
seperti dirinya. Namun, ia punya dua sayap.
“Kamu
siapa?” tanya Peri Brownis.
“Aku
Peri Elive, akulah yang setiap kali menjelma menjadi kupu-kupu warna pink totol-totol
hijau muda.”
“Pantas
sore ini aku tidak melihat kupu-kupu warna pink totol-totol hijau muda.”
“Aku tahu yang kamu sedihkan. Walaupun tidak
dapat terbang, suatu saat kamu pasti bisa meraih cita-citamu setinggi langit.
Kelak, jika Koko telah berhasil mencapai cita-citanya, kamu bahagia bisa selalu
menolong dan menghibur manusia di bumi, karena kamu selalu bersama Koko.
Sedangkan aku dan peri-peri lain harus turun ke bumi untuk mencari manusia yang
butuh pertolongan. Jika tidak ada manusia yang membutuhkan pertolongan, kami
terbang lagi ke langit.”
“Benarkah?” tanya Peri Brownis sambil tersenyum.
“Hidupmu
menjadi sangat berguna, Peri Brownis,” sanjung peri Elive.
Peri
Elive pun ikut senang melihat Peri Brownis bahagia.
Semenjak
itu, Peri Brownis tidak pernah bersedih. Ia semakin bersemangat membimbing Koko
agar kelak dapat mewujudkan cita-citanya menjadi penyanyi internasional.
@@@
Dongeng
ini pernah terbit di majalah Bobo, 25 Agustus 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar