Iis Soekandar: Kegigihan Pak Suryana

Kamis, 18 November 2021

Kegigihan Pak Suryana

                                                                                  

          Pak Suryana tinggal di Kota Sidomaju. Beberapa hari lalu, toko kelontongnya yang berada di pasar terbakar. Semua barangnya ludes dimakan api. Dia bingung tidak mempunyai pekerjaan.  Pak Suryana tidak mempunyai ijazah dan keterampilan apapun untuk bekerja di kantor. Hanya berdagang yang bisa dia lakukan.

           Akan tetapi, Pak Suryana tidak berdiam diri. Pak Suryana mencari sesuatu untuk dibaca. Dengan banyak membaca, biasanya dia mendapatkan ide-ide cemerlang. Dia membaca-baca surat kabar dan majalah yang dulu pernah dibeli.

          "Pak Suryana, mengapa malah sibuk membaca? Mengapa tidak mencari pekerjaan?” tanya Pak Dadang kepada Pak Suryana yang sedang membaca majalah di teras rumah.

Pak Suryana mengenal Pak Dadang di pasar tempatnya berdagang dulu. Toko kain milik Pak Dadang juga terbakar.

          "Ke mana aku harus mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang? Aku tidak punya keahlian apa-apa sebagai pegawai kantor. Bekerja sebagai kuli angkut juga tidak mungkin, karena semua toko di pasar kan terbakar!"

         "Apakah mencari uang harus punya keahlian? Dengan meminta belas kasihan orang lain, aku mendapatkan uang. Mereka iba karena aku sedang terkena musibah kebakaran," jawab Pak Dadang.

         "Aku tidak mau meminta-minta. Pergilah kalau kau ingin meminta belas kasihan orang lain," jawab Pak Suryana, lalu melanjutkan membaca.

                                                                                  

             ilustrasi: Bobo

Pak Suryana masih memiliki persediaan uang. Dia yakin, sebelum uangnya habis, dia pasti mendapatkan ide-ide untuk memperoleh pekerjaan. Pak Dadang pun pergi dengan memakai pakaian compang-camping agar dikasihani orang lain.

@@@

     Setelah membaca banyak majalah dan surat kabar, Pak Suryana menemukan ide. Keesokan harinya, setelah berpamitan dengan istri dan anaknya, Pak Suryana pergi. Dengan sisa uangnya, Pak Suryana mendatangi seorang penjahit.

     "Pak, apakah aku boleh membeli kain perca di sini?" tanya Pak Suryana kepada pemilik penjahit itu.

       “Mengapa Bapak membeli kain perca?” tanya penjahit itu ingin tahu.

       Pak Suryana menceritakan tokonya yang terbakar. Sekarang, dia tidak punya pekerjaan. Dia akan membuka usaha dengan memanfaatkan kain perca untuk membuat kerajinan tangan. Kain perca harganya jauh lebih murah dibanding kain meteran. Mendengar cerita Pak Suryana, penjahitit itu merasa iba. Ia senang Pak Suryana tidak berputus asa dan akan membuka usaha.

"Kalau begitu Bapak tidak usah membeli. Silakan ambil semua kain percaku! Kain itu sisa dari kain pelangganku dan tidak terpakai. Kalau kain perca itu nanti habis, jangan segan datang lagi kemari. Pasti kain percaku sudah terkumpul kembali," jelas penjahit.

Tentu saja Pak Suryana senang mendengarnya. Pak Suryana pun mengambil semua kain perca yang ada.

Sampai di rumah, Pak Suryana membuat pola. Pak Suryana menemukan ide membuat sepatu bayi berbahan kain perca. Lalu dipotonglah kain-kain itu sesuai pola. Pak Suryana memotong kain satu motif. Kadang dia memadukan dua motif yang serasi. Jika kebetulan kainnya polos, Pak Suryana memberi hiasan kancing-kancing di atasnya. Atau menempel motif bunga dari kain lain.

Setelah memotong alas dan kerudungnya, dijahitlah dengan tangan bagian pinggir hingga menjadi sepatu bayi. Dengan dibantu istrinya, Pak Suryana membuat sepatu bayi sampai semua kain perca habis.

                                                                                 

                                                                          ilustrasi: Bobo

Setelah jadi sepuluh pasang sepatu, istrinya menjajakan di pinggir jalan raya. Pak Suryana kembali meminta kain perca pada penjahit, lalu membuatnya menjadi sepatu bayi lagi. Begitu hingga berkali-kali. Ternyata, sepatu bayi buatan Pak Suryana banyak yang suka. Di samping motif dan modelnya lucu-lucu, harganya pun murah bila dibanding yang dijual di toko.

Karena usahanya dari hari ke hari semakin maju, lambat laun Pak Suryana dapat membeli mesin jahit. Kini, Pak Suryana tidak lagi menjahit dengan tangan. Karena pesanan dari hari ke hari banyak, Pak Suryana membeli kain meteran. Tidak hanya itu, Pak Suryana juga menolong teman-temannya menjadi karyawannya. Mereka tidak lagi meminta-minta seperti dulu. Berkat kegigihannya, Pak Suryana memiliki toko khusus menjual aneka sepatu bayi dengan model dan motif yang lucu-lucu.  

@@@

Cernak ini pernah terbit di majalah Bobo, 14 Oktober 2021


Tidak ada komentar:

Posting Komentar