Iis Soekandar: Liburan untuk Sahabat

Senin, 06 Januari 2020

Liburan untuk Sahabat

                                                                                         

“Pokoknya kita seru-seruan nanti liburanmya....”
            “Aku sudah tidak sabar ingin menikmati makanan-makanann khasnya...”
            “Aku ingin melihat Pagoda dan swafoto di sana. Selama ini cuma lihat gambarnya...”
            “Aku ingin beli suvenir unik berbentuk gajah...”
            Karina dan ketiga teman sekelasnya penuh semangat keluar dari hal sebuah hotel berbintang. Begitu pun para undangan lain. Mereka sibuk membicarakan rencana liburan mereka. Sebuah agen travel baru saja berpromosi untuk acara liburan akhir tahun. Agen travel itu menawarkan liburan ke tempat-tempat wisata luar negeri seputar Asia Tenggara dan Australia.
Keempatnya biasa berlibur bersama setiap liburan akhir tahun. Kali ini mereka berencana akan bertamasya ke negeri Gajah Putih. Mereka tidak segan menghabiskan uang untuk liburan. Orangtua mereka orang mampu. Papa Karina pegawai bank, sementara orangtua ketiga sahabatnya para pengusaha. Mudah bagi mereka mengeluarkan uang banyak. Ongkos travel berjuta-juta, belum lagi uang saku.
Sampai di rumah Karina bercerita kepada mama tentang rencana tamasya ke Thailand yang juga terkenal dengan negeri Seribu Pagoda. Mama langsung menyetujui. Begitupun papa nanti malam saat Karina memohon.
Di kamar Karina membayangkan pagoda berlapis emas di Chiang Mai, dibangun pada abad ke-13. Karina tidak sabaran ingin segera ke sana mendengarkan penuturan pemandu wisata seputar sejarah pagoda berlapis emas itu.
Tiba-tiba di antara lamunanya, androidnya memanggil dengan suara khas WhatsApp.
Hai, Karin, apa kabar? Dua tahun kita tak bertemu....
Dari teman lama. Karina membaca sms-nya kalimat demi kalimat. Tentu saja Karina tak mungkin melupakan. Sekali tempo Badriyah menghubungi. Kali lain, ganti Karina yang memulai. Mereka mengenang saat sekelas. Ketika itu papa Karina bertugas di daerah tanah kelahiran Badriyah. Tidak sekali pun mereka bertemu semenjak dua tahun lalu papa karina dipindah di kota ini.   
Bagaimana Karin? Kamu keberatan aku berkunjung ke kotamu?
Tentu saja centang dua berwarna biru tak dapat menipu bahwa Karina telah membaca sms itu. Karina buru-buru meluruskan niatnya.
Ah maaf. Mama tadi memanggilku begitu aku selesai membaca smsmu. Jadi aku belum sempat menjawab
Oh begitu
Aku bilang mama dulu ya. Semoga mama tidak mengajakku liburan. Sehingga kita dapat bertemu lagi.
Baiklah aku tunggu segera jawabanmu, Karin. Supaya aku bisa tentukan liburanku kali ini.
Ok
Liburan bersama Badriyah berarti hanya tinggal di rumah. Sama saja tidak liburan. Badriyah sih enak, dari desa pergi ke kota melihat tempat-tempat wisata di kota ini. Tapi Karina? Sengaja tadi dia berbohong dengan tidak langsung menjwab. Dia tidak mau  mengecewakan dengan langsung mengatakan dirinya sudah punya rencana liburan bersama ketiga teman sekelasnya ke negeri Seribu Pagoda.
@@@
Karina bercerita kepada mama dan meminta pertimbangan jawaban agar Badriyah tidak kecewa atas penolakannya.
“Jadi Badriyah akan ke sini?” ulang mama senang. Mama seperti akan betemu dengan sahabat lamanya. Apalagi Karina yang menjadi temannya. Mungkin begitu pikir mama.
“Iya, Ma. Tapi aku kan sudah berencana matang akan ke Thailand. Dan aku belum pernah sekalipun melihat pagoda berlapis emas,“ tukas Karina menyesalkan rencana kehadiran Badriyah yang tak tepat.
Tapi apa pendapat mama?
“Karin, Badriyah sahabatmu saat papa bertugas di desanya. Dia banyak menolongmu sehingga kamu tidak canggung di tempat asing yang jauh berbeda dari tempat yang kita tinggali sebelumnya. Sekarang dia akan berlibur ke sini. Apalagi tadi kamu bilang  ongkos yang dia gunakan dari uang tabungan. Tidak setiap liburan dia kemari. Masa akan kamu tolak.”
“Tapi aku dan teman-ateman sudah berencana matang akan ke luar negeri, Ma...” ulang Karina.
“Karin, pikirkan pendapat Mama!” pinta mama memohon.
Karina tidak menanggapi, tapi malah pergi meninggalkan mama ke kamar.
@@@
 Berhari-hari pikiran Karina terusik dan lambat laun menjadi dilema. Diam-diam dia mempertimbangkan saran mama. Badriyah pasti ingin mengunjungi pusat-pusat batik. Atau ingin membeli atau mungkin belajar membatik langsung di rumah perajinnya.
Badriyah seperti menyadarkannya agar Karina bangga dengan warisan leluhur yang dilindugi UNESCO. Selama ini dia suka menyanjung keindahan-keindahan milik negara-negara lain. Padahal di dalam negeri tak kalah menarik. Buktinya banyak wisatawan asing datang ke kota ini.
Sampai suatu saat Karina menemukan keyakinan. Yah, dia akan menemani liburan Badriyah. Dia masih dapat liburan ke luar negeri bersama ketiga teman sekelasnya lain waktu. Tapi bersama Badriyah, mungkin hanya sekali ini.
 Karina segera mengambil ponsel untuk dua hal. Membatalkan kepergiannya bersama ketiga teman sekelasnya dan memberitahukan kabar gembira kepada Badriyah. Kali ini dia ingin liburan untuk sahabat.
@@@
                                         Cerma ini pernah terbit di Koran Padang Ekspres, Minggu 5 Januari 2020 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar