Iis Soekandar: April 2019

Senin, 15 April 2019

Jerapah yang Serakah

                                                                                       

       Di sebuah hutan, tinggallah bermacam-macam binatang. Mereka hidup rukun. Antara binatang satu dengan lainnya saling membantu. Barulah setelah Jerapah datang, mereka menjadi resah.
Suatu hari terlihat Jerapah sedang makan daun-daun muda sebuah pohon. Selain lunak, daun muda rasanya lebih lezat dibanding yang sudah tua.
            “Jerapah, gantian sama aku. Aku juga ingin makan daun yang muda. Kamu kan sudah makan dari tadi,” tegur Kambing.
            “Jangan ganggu aku! Kamu bisa mencari daun muda dari pohon lain,” jawab Jerapah.
            “Tapi aku tidak kuat lagi berjalan jauh. Aku lapar. Aku ingin makan di sini,” ungkap Kambing sambil memohon.
            “Kamu tidak boleh serakah, Jerapah. Dengan sesama teman kita harus rukun dan saling membantu,” sahut Kupu-kupu yang sejak tadi mengisap sari bunga.
            “Hai, Kupu-kupu, binatang kecil, kenapa kamu ikut campur?”
            “Kamu tidak boleh mengejek! Mentang-mentang badanmu lebih besar dari Kupu-kupu,” bela Kambing.
            Jerapah, Kupu-kupu, dan Kambing terus berbantah-bantahan. Jerapah bersikeras tidak mengizinkan Kambing makan daun muda. Beruntunglah tidak lama kemudian, Si Raja Hutan, Pak Harimau, datang. Pak Harimau menegur Jerapah agar tidak serakah. Apalagi dia sebagai warga baru, harus bisa bekerja sama dengan yang lain. Jerapah menururti saran Pak Harimua. Jerapah terlihat ketakutan. Kemudian dia pergi. Kambing menikmati daun-daun muda yang tersisa. Sedangkan Kupu-kupu menghisap sari bunga mawar.
            Jerapah pergi dengan mengomel. Dia membayangkan, andai saja tidak ada binatang lain, pasti dia dapat makan daun-daun muda sepuasnya. Sebab dia tidak perlu berbagi dengan mereka.
@@@
Di sebuah bukit, Jerapah terlihat sedang bercakap-cakap dengan Pak Harimau. Dia tampak manggut-manggut saat mendengarkan Pak Harimau berbicara. Ternyata dari jauh teman-temannya melihat Jerapah dengan Si Raja Hutan itu. Setelah itu Pak Harimau pergi meninggalkan Jerapah sendirian. Jerapah kembali masuk ke hutan.
            “Jerapah, tadi Pak Harimau ngomong apa?” tanya Kambing tak sabar ketika Jerapah sudah mendekat.
            “Pasti ada kabar penting,” sambung Tupai.
            Tidak hanya Kambing dan Tupai, binatang-binatang lain juga penasaran.
            “Tadi Pak Harimau bercerita bahwa ada Singa yang mengamuk di hutan lain. Tempat tinggalnya diganggu manusia. Hutan itu akan dijadikan perumahan. Akibatnya dia tidak mendapatkan makanan. Pak Harimau pergi untuk mengecek berita itu. Untuk itu kita diminta meninggalkan hutan ini,” cerita Jerapah panjang lebar.
            “Wah, gawat ada Singa ngamuk!” ungkap Monyet ketakutan.
            “Kalau tidak segera pergi, kita bisa menjadi mangsanya,” tambah Tupai.
            Tidak hanya Monyet dan Tupai, Kambing, Tikus, Kupu-kupu, dan binatang-binatang lain segera pergi meninggalkan hutan. Mereka tidak ingin menjadi santapan Singa.
            Kini Jerapah tinggal sendirian di hutan.
            “Mereka pergi semua, ha ha ha. Padahal aku berbohong. Pak Harimau pergi untuk mencari anaknya yang hilang.Dan mungkin tidak kembali lagi ke hutan ini. Asyiiik... aku bisa makan buah-buahan dan daun-daun muda sepuasku.”
@@@
            Selang beberapa waktu...
            Jerapah sedang makan kelapa muda. Tiba-tiba dia dikejutkan kedatangan seekor binatang yang tidak asing.
            “Jadi benar cerita Kambing yang aku temui di tebing tadi. Kamu mengusir binatang-binatang. Kamu ingin menguasai hutan ini,” ungkap Pak Harimau. Ternyata anak Pak Harimau tidak hilang, tetapi hanya tersesat jalan. Dia berada tidak jauh dari hutan. Makanya Pak Harimau cepat kembali.
            “Em... m...eh Pak Harimau,” Jerapah kaget dan ketakutan.“Saya minta maaf, Pak. Tolong Pak saya jangan dihukum. Saya tidak akan mengulang kesalahan itu lagi.”
            “Aku tidak akan menghukummu. Aku hanya ingin memberitahumu.Sebagai makhluk hidup kita saling membutuhkan. Kupu-kupu dan serangga lain sangat membantu penyerbukan dalam bunga. Kemudian bunga itu menjadi buah. Buahnya kamu makan.”
            Jerapah manggut-manggut tanda mengerti.
            “Kambing juga berguna karena kotorannya bisa menjadi pupuk. Pupuk yang bercampur dengan tanah menyuburkan tanaman. Sehingga daunnya dapat kamu santap.”
            “Jadi di antara kita saling membutuhkan ya, Pak Harimau,” tukas Jerapah.
            “Iya. Makanya kalau tidak ada binatang-binatang lain, lambat laun hutan ini akan punah. Begitu pun kamu akan kelaparan karena tidak memiliki makanan. Oleh sebab itu kita wajib menjalin hubungan baik satu sama lain.”
Kemudian Pak Harimau memanggil binatang-binatang lain dengan mengaung.
            “Hauuuuuunggggg.”
            Tidak lama binatang-binatang berdatangan. Jerapah meminta maaf. Mereka pun senang. Kini keadaan hutan menjadi tenteram kembali.
@@@
Fabel ini pernah dimuat di Lampung Post, Minggu 14 April 2019


Minggu, 07 April 2019

Meneladani Kisah Pelajar-Pelajar Pejuang

                                                                                   

         Buku berjudul Pelajar-Pelajar Pejuang berisi 10 kumpulan cerita yang menginspirasi. Ditulis oleh penulis anak yang pernah memenangkan lomba menulis buku pengayaan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah tahun 2017, Dyah Umi Purnama. Buku ini diterbitkan oleh Tiga Ananda, imprint Tiga Serangkai, pada bulan November 2018. Ilustrator dikerjakan oleh Hutami Dwijayanti. Harga buku 42 ribu untuk wilayah Pulau Jawa. Sedangkan luar Pulau Jawa disesuaikan. Tapi selisihnya tidak jauh berbeda.
                                                                                 

       Dyah Umi Purnama yang biasa menulis cerita anak bertema gizi dan kesehatan, kali ini bercerita tentang kehidupan anak-anak dalam menghadapi rintangan selama perjalanan menuju ke sekolah. Karena beratnya rintangan yang harus dihadapi dan berhasil dilalui, mereka layak disebut pejuang.Seperti cerita berjudul “Para Kesatria Peniti Tali”. Cecep dan Dadang adalah kakak beradik. Sekolah Mereka terletak di dusun sebelah. Padahal antara dusun mereka tinggal dengan dusun sebelah, dipisahkan oleh sungai dan belum dibangun jembatan. Terpaksa mereka harus meniti tali.
        

Tidak heran bila ibu selalu memendam kekhawatiran setiap kali melepas kepergian mereka.
Agar Dadang tidak takut saat melewati tali baja, Cecep mengikat tubuh Dadang dengan selendang milik Ibu yang diikatkan dengan tubuh adiknya itu. Jalannya miring kaki menginjak tali baja sementara tangan memegang tali baja bagian atas. Tidak berhenti sampai di situ. Selesai melewati sungai dengan meniti tali baja, mereka harus berjalan kondisi jalan licin. Tetapi Cecep dan Dadang menjalani dengan senang hati. 
                                                                   
                                                                   
                                                             Ilustrasi gambar

Cerita lain “Penarik Becak Pelangi”. Nita iri pada temannya, Panji, yang selalu rangking satu. Nita bermaksud mengejar. Dia ingin mengikuti kursus. Tetapi Ibu mengeluh karena biayanya mahal. Nita terkejut ketika mengetahui Panji anak kurang mampu.  Ayahnya tukang becak. Panji juga tidak mengikuti kursus seperti dugaan Nita. Orangtua Panji tidak memiliki uang banyak. Panji rajin belajar, tetapi Nita belajar hanya bila musim ulangan.
Dan delapan cerita lain yang seru dan menarik dengan tantangan berbeda-beda.
                                                                             
Ilustrasi gambar

Di antara kelebihan buku ini, setiap cerita fiksi, sesuai tema, dilengkapi kisah nyata yang dialami oleh anak-anak di pelosok Indonesia. Hal ini tidak saja memberi inspirasi kepada pembaca, tetapi juga semangat dan syukur. Sebab kehidupan mereka jauh lebih baik dengan fasilitas yang lengkap.
            Di samping itu dilengikapi pula dengan gambar yang mendukung. Buku ini sesuai dibaca anak-anak SD kelas tinggi, yaitu IV, V, dan VI. Bahasanya komunikatif dan mudah dipahami anak-anak. Sebuah buku yang layak dikoleksi sebagai pengisi saktu senggang, hiburan, dan pengalaman yang mengesankan sebagai buku bacaan di rumah.
@@@