tag:blogger.com,1999:blog-14429080417626894112024-03-05T22:36:47.275-08:00Iis SoekandarBiarkan setiap cerita mengalir sampai menemukan muaranya dan indah pada waktunyaIis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.comBlogger125125tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-51070288914030190692023-12-31T22:35:00.000-08:002023-12-31T22:35:00.199-08:00Menulis dengan Senang Hati<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9Pq8IbyHYcZ-vPe-pMAVtnpwN4U9PhUXDM5-miWM-JNA5-H1rHhc18LgCnrNM5E0rEVqkhE_PndOrKEGPS5x9lZcSc1uYnsv5tkzSaIcGt2GfmvbRfoBJ7Q9H8jJT9qDJV98MmCnvMeul-rCp8EijNAakUpM-auit648BAeIMiEsIyakjYQoOqBNuocs/s852/WhatsApp%20Image%202023-12-31%20at%2013.13.40%20(2).jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="852" data-original-width="597" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9Pq8IbyHYcZ-vPe-pMAVtnpwN4U9PhUXDM5-miWM-JNA5-H1rHhc18LgCnrNM5E0rEVqkhE_PndOrKEGPS5x9lZcSc1uYnsv5tkzSaIcGt2GfmvbRfoBJ7Q9H8jJT9qDJV98MmCnvMeul-rCp8EijNAakUpM-auit648BAeIMiEsIyakjYQoOqBNuocs/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-31%20at%2013.13.40%20(2).jpeg" width="224" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menuliskan
pengalaman seputar kegiatan menulis sepanjang satu tahun adalah salah satu
favorit saya. Dengan demikian saya mengetahui perkembangan kegiatan menulis,
apakah tahun ini lebih baik dari tahun kemarin, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">lalu berusaha tahun depan lebih baik dari tahun ini, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">begitu
seterusnya. Itu sebabnya “Kilas Balik” ada dalam menu blog. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tahun
2023 masih melanjutkan impian tahun lalu: menulis cerpen. Berbeda tahun lalu
yang sering tersendat-sendat dalam memenuhi bagian-bagian premis. Tahun ini, dari
waktu ke waktu semakin ringan dalam proses menulis. Saya semakin lancar mengisi
bagian-bagian premis sebagai persyaratan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">awal </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menulis sebuah cerpen.
Benar kata orang bijak, menulis termasuk sebuah keterampilan. Ibarat pisau
semakin diasah semakin tajam. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Premis
diibaratkan resep dalam dunia masakan, begitu istilah Abang Mentor. Jadi, jika
resep atau ada bagian premis yang kurang, hasilnya pun terasa janggal. Setelah
premisnya tepat, barulah berkreasi pada saat mengembangkannya menjadi cerpen.
Entah berkreasi dalam penggunaan gaya bahasa, sudut pandang, dan lainnya
sehingga cerpen itu menarik dibaca. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kembali
setelah unsur-unsur premis terpenuhi lalu membuat kerangka cerita, saatnya
mengembangkan menjadi cerpen utuh. Saya berusaha menuangkan semua yang ada d</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">i</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> kepala dalam satu kali
duduk. Dengan demikian tidak menggali dari awal, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">seperti</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> saya gagal mengembangkan
premis dalam satu kali duduk. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketikan
pertama tentu saja masih draf sehingga perlu diendapkan agar memperolah hasil
objektif. Setelah dibaca ulang terkadang ada bagian premis yang terlewat atau
kurang sempurna. Mungkin deskripsi tokoh kurang lengkap, keinginan tokoh dan
caranya tidak fokus, hambatannya kurang nendang, atau resolusinya biasa-biasa
saja. Dengan berpegang pada patokan-patokan itu saya tinggal memperbaiki
bagian-bagian yang kurang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selanjutnya
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">mengedit secara keseluruhan</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,
adakah kalimat dan paragraf yang loncat sehingga harus dibetulkan, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">perlukah penggunaan gaya bahasa, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mungkin
acuannya kurang konsisten, dan bagian-bagian lain yang perlu diperbaiki hingga
menjadi sebuah cerpen yang sempurna dan siap kirim ke media. Kegiatan menulis
menjadi terasa mudah dan menyenangkan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kesenangan
itu membuahkan hasil dengan lolos kurasi di media kompas.id. Alhamdulillah.
Mungkin karya-karya lain yang telah saya kirim ke media-media sedang menunggu
antrean. Atau saya harus terus memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
menulis untuk menghasilkan karya bagus, lebih bagus</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> dan lebih bagus lagi.
Dan itu sebuah keniscayaan untuk sebuah kegiatan yang positif, menghibur, dan
berguna bagi banyak orang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setiap
orang punya <i>me-time</i> sendiri-sendiri.
Biasanya saya menulis malam hari. Saatnya jenuh setelah rutinitas seharian,
menulis tulisan fiksi dapat mengendorkan syaraf. Rasa lelah pun lambat laun
hilang. Sehingga menulis menjadi bagian kegiatan yang mengasyikkan. Dengan
perpegang pada premis dan selalu terbuka, karya terbit hari ini, besok, atau
kapan pun hanyalah soal waktu. Semoga tahun 2024 banyak karya terbit, dan ikut
memajukan literasi Indonesia, bahkan dunia. Amin.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p></div><p><br /> </p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-45565469606604972082023-12-30T15:23:00.000-08:002023-12-30T15:23:20.520-08:00Sesaat Bersama Kelompok Ternak Sapi<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtj0UFIFKY9Dh7PSOB3foJvZ_3N2VUAZ4KufENTcLDJRR5WBP55R8h6AkoCHV7p2PVTgDKPuvhQL6aB6UjVMathpqcYgB762UZUO7baxHKoRH49x2aDolyuZr4A37JqM98Yr6A7Ss9lq1xxU5mgOMF4CcOrAQ-ZXBCcznb5yOOuGOL9gU8aPNQvq0a8kw/s1280/WhatsApp%20Image%202023-12-29%20at%2002.58.45.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1252" data-original-width="1280" height="313" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtj0UFIFKY9Dh7PSOB3foJvZ_3N2VUAZ4KufENTcLDJRR5WBP55R8h6AkoCHV7p2PVTgDKPuvhQL6aB6UjVMathpqcYgB762UZUO7baxHKoRH49x2aDolyuZr4A37JqM98Yr6A7Ss9lq1xxU5mgOMF4CcOrAQ-ZXBCcznb5yOOuGOL9gU8aPNQvq0a8kw/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-29%20at%2002.58.45.jpeg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">pintu gerbang lokasi ternak sapi perah</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ngooogh…
ngoooogh… ngoooogh… begitu sambutan suara ketika saya memasuki arena peternakan
sapi. Seakan menyatakan ucapakan selamat datang. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sering
minum susu sapi menggelitik saya mendatangi peternaknya. Kebetulan mendapat
info ada kelompok ternak sapi perah di Semarang. Meski letaknya jauh dari pusat
kota. Lokasinya dapat dijangkau dengan menaiki bus Trans Semarang yang daerah
operasionalnya hingga ke pelosok-pelosok kota. Mumpung liburan, saya berkunjung
ke sana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari
pusat kota menaiki bus Trans Semarang jurusan Ungaran, turun Terminal Sisemut,
dengan ongkos Rp4.000,00 jauh dekat. Kira-kira membutuhkan waktu satu jam. Setelah
sampai di terminal naik angkutan isuzu menuju arah Gunung Pati dengan membayar
ongkos Rp3.000,00. Penduduk setempat mengetahui letak pusat ternak sapi perah,
termasuk sopir angkot. Peternak-peternak sapi itu tergabung dalam satu
kelompok. Mereka berada di satu perkampungan. Jadi, saya tinggal mengatakan
kepada sopir agar diturunkan di pusat sapi perah. Seperempat jam kemudian
sampailah di daerah menuju tempat tujuan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dibutuhkan
waktu dan tenaga ekstra berjalan kaki kira-kira setengah kilometer menuju
arena. Apalagi jalannya naik turun. Yah, sekalian berolah raga jalan sehat, menghirup
udara pagi sambil menikmati hangatnya sinar matahari. Suasananya lengang begitu
saya melewati pintu gerbang. Sesekali melintas kendaraan roda dua. Mereka pengunjung
yang membeli susu sapi. Ternyata saya datang kesiangan. Seorang peternak yang
saya datangi, jualannya hanya tersisa lima kantung plastik berisi satu liter
setiap kantungnya. Syukurlah, saya masih kebagian. Seliter seharga Rp10.000,00.
Di samping lebih murah, yang pasti rasanya masih asli. Dibanding susu sapi yang
saya beli di lingkungan tempat tinggal. Pembeli di sini tidak hanya perorangan,
tetapi juga penjual-penjual susu sapi dari pusat kota. Mereka mengambil pesanan
pagi buta. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sambil
beristirahat kami berbincang-bincang seputar ternak sapi perah. Sapi-sapi
tersebut diperah susunya dua kali sehari, pagi dan sore. Menghasilkan susu sapi
sepuluh liter atau lebih per hari. Yang diperah tidak sembarang sapi, melainkan
sapi berjenis kelamin perempuan dan sudah pernah melahirkan. Walupun perempuan
dan sudah tua, kalau belum pernah melahirkan, sapi tersebut belum bisa
menghasilkan susu. Demikian penjelasan peternak sapi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagaimana
manusia yang sedang menyusui, sapi-sapi perah harus diambil susunya dua kali
sehari. Jika tidak, atau terlewat, demikian pengalaman pernah terjadi, susu sapi
akan mengeras akibatnya tidak menghasilkan susu. Maka untuk sementara harus
dinormalkan dengan diurut hingga kembali mengeluarkan susu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sapi perah membutuhkan perawatan khusus agar mendapatkan kualitas susu yang baik. Makanannya
tidak hanya rumput. Harus ditambah dengan sisa-sisa singkong: bonggol singkong
dan kulit singkong. Mereka memesan dari perusahaan yang memproduksi camilan
dari olahan singkong, seperti keripilk. Juga ampas tahu yang biasa mereka sebut
gembor. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Agar
terjaga kebersihan hasil susunya, sebelum diperah sapi-sapi tersebut dimandikan
terlebih dahulu. Tempatnya juga harus bersih dari semua kotoran. Dengan
demikian, sebagaimana manusia, mereka mandi dua kali sehari, pagi dan sore. Saya
sempat menanyakan apakah juga diberi sabun? Wah habis berapa sabun untuk sapi
sebesar itu, tanggap peternak tersebut. Saya pun terkekeh. Memandikan sapi
cukup disikat semua permukaan tubuhnya kemudian dibilas dengan air mengalir. Setelah
mandi sapi diberi makan. Tujuannya ketika diperah mereka tenang dan tidak
membuat banyak gerak. Barulah ketika semua persyaratan terpenuhi, sapi siap diperah.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kira
kira selama satu jam saya berjalan-jalan mengunjungi peternak-peternak sapi sekaligus
melihat gubuk-gubuk sapi mereka. Lumayanlah sebagai <i>refreshing</i>. Berada
di tempat berbeda, dengan alam pedesaan dan
rerumputan yang menghijau, tentu ditambah bau khas sapi. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-43454397554451095322023-12-28T16:47:00.000-08:002023-12-28T17:01:00.649-08:00Naik Kereta Api Tut… Tut… Tut…<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0C2SMhfkm_Pg0X0AdGHxQDhVtlmcj-iaoE6PmYU5tTJiytBxstPP5x0HJ9ENzKoi75n5KaHjhzMh-p9Fl_I1WYifi8UxkNhoRrGd-us3yzyh52_QnXDWT2bE9SsQ0KbQ3LjO6locnicx_KPT0sMz00QJxxcBuGRE-yFu7Pz5AF6bmKmNZwQ0RsCiLdwE/s1280/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.43.22.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0C2SMhfkm_Pg0X0AdGHxQDhVtlmcj-iaoE6PmYU5tTJiytBxstPP5x0HJ9ENzKoi75n5KaHjhzMh-p9Fl_I1WYifi8UxkNhoRrGd-us3yzyh52_QnXDWT2bE9SsQ0KbQ3LjO6locnicx_KPT0sMz00QJxxcBuGRE-yFu7Pz5AF6bmKmNZwQ0RsCiLdwE/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.43.22.jpeg" width="180" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">kereta api siap berangkat</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naik
kereta api tut… tut… tut… siapa hendak turut ke Ambarawa-Tuntang. Begitulah yang
ada di benak saya begitu menaiki kereta api khusus ini. Menirukan lagu yang
biasa dinyanyikan anak-anak. Berhubung tidak ke Bandung-Surabaya, syairnya pun disesuaikan.
Yah, kereta api ini tidak sembarang kereta api. Akan tetapi, kereta api yang
memiliki sejarah perkeretaapian Indonesia bahkan dunia.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO7Vgll7mDTS_z7VhIyebVZ9-gNKbpNQec2WxuhxTloKHHqKQynjxygKqPUbVfsqkrmCQpo_krEqvhMk58wSZXjxf21trd4czj5552Rx7Sfom_IRgrKga4KTomMAZZ6NRY5pWcr2gDBpl4TGJxVX4Qcnk16Pz6SH37kkq-549glIb4H4Xe9AfmfaVs6C4/s1040/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.44.46.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgO7Vgll7mDTS_z7VhIyebVZ9-gNKbpNQec2WxuhxTloKHHqKQynjxygKqPUbVfsqkrmCQpo_krEqvhMk58wSZXjxf21trd4czj5552Rx7Sfom_IRgrKga4KTomMAZZ6NRY5pWcr2gDBpl4TGJxVX4Qcnk16Pz6SH37kkq-549glIb4H4Xe9AfmfaVs6C4/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.44.46.jpeg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">pintu gerbang Museum Kereta Api Ambarawa<span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Roda kereta api ini bergerigi, satu di antara tiga yang masih tersisa di dunia. Kereta
api tersebut berada di Museum Kereta Api Ambarawa. Dua lainnya ada di Swis dan
India. Apabila teman-teman ingin berkunjung ke sana, dari arah Semarang naik
bus Trans Jateng. Ogkosnya murah, hanya Rp4.000,00 sampai di Terminal Bawen. Dari
Terminal Bawen naik angkot menuju ke Palagan dengan membayar Rp5.000,00. Jika
menemui sopir yang baik hati, teman-teman langsung diantar ke depan museum.
Yah.. untuk mengimbali jasa baiknya, bolehlah tarip ditambah. Tapi untuk tujuan
berwisata, jika terpaksa jalan kaki kira-kira setengah kilometer dari Palagan-museum,
dibikin asyik saja, sambil melihat-lihat suasana Ambarawa.</span></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Oya,
halte bus Trans Jateng di Semarang biasanya menyatu dengan halte bus Trans Semarang.
Tapi ada juga yang terpisah. Teman-teman bisa menanyakan kepada petugas-petugas
yang ramah di halte tersebut. Sebab bus Trans Jateng warnanya juga merah seperti
bus Trans Semarang. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaABibKgpiMJE4vwaIQPDizJnLOPA2C3fNhiOrDx2q8QwcMQAgDBKh6tF_gsiMtDhUWZD1iQbnec5byOBnssRSOL187-kNIapaj3Ha_nD6_eHuJ2UxzhUQ3QH4MiLphRHlJA4GrpICKgZNu77vD9tW5znxmxag68LLXKAra9wzSVJpUjDj3RK4LzJrvd8/s1040/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.48.42.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="780" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaABibKgpiMJE4vwaIQPDizJnLOPA2C3fNhiOrDx2q8QwcMQAgDBKh6tF_gsiMtDhUWZD1iQbnec5byOBnssRSOL187-kNIapaj3Ha_nD6_eHuJ2UxzhUQ3QH4MiLphRHlJA4GrpICKgZNu77vD9tW5znxmxag68LLXKAra9wzSVJpUjDj3RK4LzJrvd8/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.48.42.jpeg" width="240" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">loket kereta zaman dulu</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Antrean
pengunjung sudah panjang saat saya tiba. Saya sampai di museum pukul 07.30, setengah jam
lebih awal dari jam buka, pukul 08.00. Saya pikir saya datang awal. Ternyata
antrean sudah sampai di pembatas pagar antara pintu masuk dengan parkir. Dan begitulah
seterusnya pengunjung berikutnya mengantre hingga ke tempat parkir. Itu berarti
saya harus berdiri setidaknya setengah jam. Itu pun tidak mendapatkan tiket
gelombang pertama, setelah saya menyodorkan tanda pengenal dan uang masuk
museum dan naik kereta api di loket.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kereta
api yang dibuat pada tahun 1907 ini beroperasi hanya pada hari Sabtu, Minggu,
dan hari besar. Ada empat gelombang saat beroperasi, yaitu pukul 09.30, 11.00,
13.00, dan 14.30. Tersedia 116 kuota setiap gelombang, terbagi dalam tiga
gerbong, A, B, C. Ongkos naik kereta api Rp100.000,00 ditambah masuk museum
Rp20.000,00. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sambil
menunggu keberangkatan kereta, teman-teman bisa berjalan-jalan ke museum
mengikuti sejarah perkeretaapian di Indonesia. Begitu masuk museum, ada sebuah lorong
berisi gambar-gambar sejarah kereta api dan stasiun-stasiun yang ada di
Indonesia. Kapan kereta api tersebut diciptakan dan pada pemerintahan siapa.
Begitupun stasiun-stasiun kereta api, apakah masih difungsikan ataukah tidak.
Tentu jika masih difungsikan hingga sekarang, diperlihatkan bangunan asli dan
yang sudah direnovasi.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFqsrgjtWokAHx3wI-66X9y8wdyNDtnWoj278LO8NNLKsTfOFqmQpV85LExgC4IuQOmdMPoMRSUt-KBZhnXoNMFp8zMWD2GN7jWF7vbodVHWR_KOlS-Hmb7QEvbdzCwOE2VTVwtirl1POF5kaMNFrlp6jSGpnwYD124Atpi7FtRWS1YRozD6PV1otmzME/s1040/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.46.28.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="780" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFqsrgjtWokAHx3wI-66X9y8wdyNDtnWoj278LO8NNLKsTfOFqmQpV85LExgC4IuQOmdMPoMRSUt-KBZhnXoNMFp8zMWD2GN7jWF7vbodVHWR_KOlS-Hmb7QEvbdzCwOE2VTVwtirl1POF5kaMNFrlp6jSGpnwYD124Atpi7FtRWS1YRozD6PV1otmzME/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.46.28.jpeg" width="240" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">lorong gambar-gambar sejarah kereta api Indonesia</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di
tempat lain, terdapat beberapa halte kereta yang dulu digunakan oleh pemerintah
Belanda. Sekarang masih dilestarikan. Barangkali untuk menghormati bangsa
Belanda yang pernah memberi sejarah perkerataapian di Indonesia, dibuka stan
khusus menyediakan pakaian etnik Belanda dengan sewa Rp30.000,00 per baju. Ada
pula latar belakang kincir angin-sebagai ciri khas Belanda-bagi yang ingin
swafoto. Bangunan lain adalah ruang audiovisual. Melalui layar lebar, pengunjung
dapat melihat perkeretaapian di Indonesia masa kini dengan fasilitas seperti
berada di hotel, tentu dengan harga yang sesuai. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sebagai
tempat wisata yang didatangi banyak pengunjung, tersedia kamar mandi dan tempat
beribadah yang cukup bersih dan representatif. Hanya menurut saya, kulinernya
kurang memadai. Pengunjung museum kereta api tidak hanya dari sekitar Jawa
Tengah, tetapi juga dari jauh: Jakarta, Bandung, bahkan dari luar Jawa. Setidaknya
itu yang saya temui. Perlu dibuka restoran-restoran berkelas nasional. Saya
sempat mendengar pengunjung dari jauh harus ke Semarang untuk makan siang, menemukan
restoran seperti KFC.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3QNTF-85WwyHWfrGe0sRYX2VdLgI9dCOH-oEuSY2CDuc5Mvbq30tZhtP_JrvlFksZdTYEB56oRojWBX-6J82QSU5xSPjCtganSlaRwyjKQnufMX4KEesmWwEGUDatTsghfc0OCVCGDM2MyzIyieby1Ax-mTOPiIj0iwnMwsxsZGeYwLvQ-wQlF3YSZSQ/s1280/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2010.30.11.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3QNTF-85WwyHWfrGe0sRYX2VdLgI9dCOH-oEuSY2CDuc5Mvbq30tZhtP_JrvlFksZdTYEB56oRojWBX-6J82QSU5xSPjCtganSlaRwyjKQnufMX4KEesmWwEGUDatTsghfc0OCVCGDM2MyzIyieby1Ax-mTOPiIj0iwnMwsxsZGeYwLvQ-wQlF3YSZSQ/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2010.30.11.jpeg" width="240" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">gerbong kereta api</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tak
terasa berjalan-jalan seputar museum, panggilan bagi penumpang gelombang dua mengudara
dari pelantang suara. Saya pun bergegas naik kereta kemudian mencari nomor
kursi sesuai tiket. Setengah jam berikutnya, tepat pukul 11.00 terdengar bunyi
peluit panjang, tanda kereta mulai berangkat. Seru sih naik kereta api zaman
dulu. Jendela tidak lagi fungsi, jadi kalau hujan harus bersiap terkena
tempias. Untung waktu itu langit terang benderang. Suara kereta berisik,
sesekali terjadi sendatan-sendatan. Sepanjang perjalanan, ada Pak Pemandu yang
menjelaskan sejarah kereta api tersebut. Sambil sesekali bicara lucu, <i>nyentil</i>
penumpang mengapa jauh-jauh mau naik kereta api yang suaranya bikin gaduh. Kami
pun terkekeh.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhalTbdvDeW-BrEeUsiyL-OnMvWwyfwQn3DVXAh4Jh2XbGN9hsPq5f99DV9i7h-hrm1yE9Q3_UXz7ACjkz-8jHWJ7j9UDulRoJiK_MB9tCKJXyEP7n9EkUj26rm_icuhejfsV0HtVq_XPucDHtjDtJLj5wteqEajnaVTPlTC2x1TRm0CnMnChXn2tIKN9c/s1040/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.50.21.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="780" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhalTbdvDeW-BrEeUsiyL-OnMvWwyfwQn3DVXAh4Jh2XbGN9hsPq5f99DV9i7h-hrm1yE9Q3_UXz7ACjkz-8jHWJ7j9UDulRoJiK_MB9tCKJXyEP7n9EkUj26rm_icuhejfsV0HtVq_XPucDHtjDtJLj5wteqEajnaVTPlTC2x1TRm0CnMnChXn2tIKN9c/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-26%20at%2009.50.21.jpeg" width="240" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">swafoto bersama Pak Pemandu</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setengah
jam berlalu tibalah kami di Stasiun Tuntang. Para penumpang diizinkan turun
untuk melihat-lihat dan swafoto. Selama jeda waktu, lokomotif yang mulanya di
belakang karena saya duduk bertolak belakang, saat pulang lokomotif berpindah
ke depan. Maka Ketika kereta kembali melaju, kereta pun maju. Hingga kembali berada
di museum. Dan keseruan ini harus berakhir. Rasanya masih kurang puas satu jam
berada di kereta api kuno walaupun penuh suara gaduh. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /> <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
<o:p></o:p></span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
<br /> <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"></div><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><p></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-33331714830180593882023-12-13T17:15:00.000-08:002023-12-13T17:15:57.946-08:00Apakah Tangisku Juga Tangismu?<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTodGpBvJOHAlz318zUS-Ks4cEHXsnVVUQl7zly1K6J8LYhEW2XObhgCeBRIZFRut_9b-cZNhQQoOyo8XUBdlwDc6VlnRatNfQlbezwVU8rPJwWulcABUe5_n__1OB4I84hY028asKpzwmjUF_2iEHTIUiw-7S31YTHIfs0xcBlfSV2B6pA2gqf2Y0RnE/s1040/WhatsApp%20Image%202023-12-12%20at%2017.44.44.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTodGpBvJOHAlz318zUS-Ks4cEHXsnVVUQl7zly1K6J8LYhEW2XObhgCeBRIZFRut_9b-cZNhQQoOyo8XUBdlwDc6VlnRatNfQlbezwVU8rPJwWulcABUe5_n__1OB4I84hY028asKpzwmjUF_2iEHTIUiw-7S31YTHIfs0xcBlfSV2B6pA2gqf2Y0RnE/s320/WhatsApp%20Image%202023-12-12%20at%2017.44.44.jpeg" width="320" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa yang ada di
benakmu jika setelah melalui serangkaian proses panjang hingga tampil sempurna,
kau berpikir menjadi sangat berguna bagi yang lain, kemudian ternyata kau
hanyalah sampah yang menjijikkan?<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yah,
aku tak lagi tampil sempurna. Jauh dari sempurna. Tubuhku gatal-gatal tak
karuan. Di sana sini mulai terdapat lubang. Bauku pasti menyeruak tak
menyenangkan hidung begitu bungkus yang menyelimutiku terbuka. Siapa pun tak
menyangka hal ini terjadi, terlebih
diriku sendiri. Bagaimana nanti reaksi sahabat Lala, Anin, begitu melihatku.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kupikir
akulah yang paling beruntung, saat tahu akhir tak selalu sisa dan tak berguna.
Akhir menjadi amat berharga jika diburu sementara yang lain tak ada. Bahkan
dengan harga tinggi bisa terjadi. Itulah yang terjadi padaku. Walaupun awalnya
perasaanku biasa saja. Tak apalah menempati saf paling bawah. Siapa yang menyia-nyiakan
sesuatu menjadi makanan khas─ cepat atau lambat pastilah aku akan beralih ke
tangan orang, bahkan orang yang tepat. Berbeda bila keberadaanku di kota ini
sebagai alternatif. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hari itu, tak sampai satu hari, dagangan Supri
ludes hanya dalam tempo setengah hari. Jarang hal itu terjadi. Hari besar,
akhir pekan, atau pada musim liburan sekalipun. Dua <i>dunak</i>─salah satu tempatku berada─dagangannya, diburu pembeli. Hilir
mudik orang-orang datang memborong. Mereka datang bak membeli pisang goreng.
Mendapatkan barangnya sudah untung. Padahal dua <i>dunak</i> biasanya dua-tiga hari baru habis.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Benar-benar
Jumat berkah bagi Supri. Dan aku menjadi yang terakhir sekaligus diperebutkan
dua pembeli. Serasa menjadi primadona. Jika Supri mematok hargaku tinggi dari
biasanya pastilah pembeli itu tetap akan membayarnya. Tapi begitulah Supri yang
menjaga keorisinalitas rasa maupun harga, tetap memasang harga sebenarnya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Pak,
saya tadi pesan duluan,” ungkap seorang gadis penuh nafsu, kutahu setelahnya bernama
Lala. Ada seorang wanita kemudian yang juga mengharapkanku. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Supri
meletakkanku ke dalam kardus lebih lebar sedikit dari seukuranku dengan bagian
atas plastik bening sehingga kemolekanku semakin menggoda. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Saya
perlu satu buah saja, Pak. Siapa tahu di dalam masih ada!” perintah wanita itu
sambil melongok ke <i>dunak</i> yang telah
kosong. Walau yakin tidak ada barang dagangannya, Supri tetap melakukan
pencarian demi memuaskan pembelinya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Maaf,
Bu, memang tinggal satu, sudah diambil Mbak ini,” Supri meyakinkan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ini
titipan, dia minta saya membeli di sini. Kalau Mbak mengijinkan saya akan bayar
berapa pun Mbak minta. Saya yakin teman saya itu pasti tidak keberatan,” bujuk
wanita itu memohon.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Maaf,
Bu, ini juga titipan teman,” tanpa berpikir panjang Lala membayar kemudian pergi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Itu
percakapan syahdu yang pernah kudengar. Aku diperebutkan dua orang dan Lala
yang memenangi. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Kubayangkan w</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">anita
itu pergi dengan rasa kecewa sementara Supri menutup kedainya untuk segera
mengerjakan salat Jumat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedainya
tak berada di pusat oleh-oleh layaknya makanan oleh-oleh dijajakan. Sebuah
pikap diubah sedemikian rupa hingga menjadi kedai tempatnya berjualan. Samping
kanan dan kiri, juga depan dipasang papan promosi. Sementara bagian belakang
tempatnya bertransaksi dengan pembeli. Warisan
orangtuanya itu cukup dikenal dan membawa berkah. Orang-orang
berdatangan atas merek yang dibuat bapaknya saat masih berjualan dengan ketenaran
rasa yang tiada banding. Pikapnya selalu terparkir di pinggir jalan di tempat
yang sama untuk memudahkan pelanggan dan pembeli lain membeli.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ditambah
kebaikan orang-orang sekitar yang ikut mempromosikan, terlebih saat ia sedang
pergi ke masjid. Ada saja tukang becak atau sopir angkutan yang dengan kerelaan
hati menerima titipan satu mobilnya berisi dagangan, tentu saja tidak siang itu
karena dagangannya habis. Bahkan dengan kerelaan hati, mau menghibur calon
pembeli agar bersabar menunggu karena pemiliknya sedang salat di masjid.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
dan teman-temanku diproses dari mulai benih yang ditabur oleh pemilik tambak. Setiap
hari diberinya kami makan. Waktu mengubah kami menjadi dewasa. Kemudian di
tangan Supri akhirnya kami dibeli dan diolah hingga tampil sempurna, dan kau
dengar sendiri: diperebutkan oleh seorang gadis dan seorang ibu. Yah, di tangan
Suprilah aku menjadi sempurna. Kami diberi warna kuning, tentu lebih menarik
dibanding putih, warna asli. Ditambah dengan sejumlah bumbu tertentu yang
membut nilai jual kami menjadi tinggi dan disuka seantero kota. Bahkan pembeli
dari luar juga telah mengenal jualan Supri.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ya
Tuhan, Lala yang semula memperebutkanku dengan pembeli lain, kupikir akulah
satu-satunya barang bawaan. Ternyata ada barang berharga lain. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku
akan memberikan novel-novel ini kepada Anin. Dia kan juga senang membaca novel.
Mumpung bulan bahasa. Banyak diskon!” ungkapnya penuh semangat lalu melangkah
keluar dari toko buku. Lala tidak langsung pulang. Dia masih menambah aneka
kripik dan roti kesukaannya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sepanjang
perjalanan dari Semarang, Lala menyimpanku ke dalam kardus mi instan bersama
oleh-oleh lain. Kecuali novel-novel itu, disimpannya di tas pribadi. Aku bisa
tebak, pasti selama di kendaraan perhatiannya pada bacaan novel. Saat tiba di
rumah dia meletakkan begitu saja kardus itu di meja. Seorang diri dia meninggali
rumah orangtuanya yang dulu pernah hidup bersama saat papanya masih berdinas. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Senja
dia baru pulang dari kantor. Penampilannya tak lepas dari masker. Musim panas mengganas; kondisi udara
buruk. Sementara keberadaan AC di rumah sebetulnya tak baik bagi paru-parunya.
Ah serba salah. Untuk itulah ia seringkali memakai masker untuk menutupi hidung
sehingga bernapas agak hangat. Saat tidur sekalipun. Kecuali ketika makan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kesibukan
membaca novel menyita waktunya sepulang bekerja. Sambil membaca dia ngemil
makanan dari bungkusan paling atas, begitu seterusnya ke bawah. Di rumah
orangtuanya tanpa ada pembantu. Dia lebih senang bekerja sama dengan beberapa
jasa rumah tangga yang tak tinggal di rumahnya. Laundry, tukang bersih-bersih
rumah, katering, kecuali berada di kantor dia makan di luar. Tempatku tak
berubah, tetap berada paling bawah dengan simpul plastik yang masih rapat dari
sejak aku ditukar dengan sejumlah uang di tempat Supri.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hingga
suatu ketika keberadaanku terlihat saat camilan di bungkusan atas sudah habis
dan mencari-cari camilan berikutnya. Tangannya meraih kardus pembungkusku.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Oh,
Tuhan, bukankah tidak hanya novel-novel. Aku juga akan memberi Anin makanan?” katanya
kaget tentang teman sekantornya yang sengaja dijanjikan makanan khas. “Kamu
sih, Nin, buru-buru ambil cuti. Mentang-mentang kelahiran anak pertama.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Buru-buru
dibungkusnya aku dengan kertas koran lalu meraih kertas kado yang biasa untuk
membungkus bingkisan, berhasrat
mengirimkanku melalui jasa paket keesokan hari sekalian berangkat bekerja. Begitu
pun novel-novel siap dikirim.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
seperti Lala yang penuh bahagia, dia tak melihat keberadaanku yang mulai terasa
gatal-gatal. Tapi apa dayaku. Aku hanya bisa menerima nasib. Manusia yang penuh
ketamaan itu dengan seenaknya memperlakukanku.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sampai
berhari-hari aku berada pada jasa paket</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Akhirnya
aku sampai di rumah Anin. Anin menerimaku dari kurir. Dia senang mendapatkan
makanan yang dijanjikan. Temannya itu mengirim makanan yang menjadi ciri khas
tanah kelahirannya, Semarang. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anin
segera membuka. Raut wajahnya menampakkan curiga. Hidungnya kembang kempis. Tapi
apa yang terjadi saat Anin bersuka cita membuka bungkus yang melindungiku? Anin
hanya memandangku tak mengerti, tak berbuat apapun, dia terkaget-kaget.
Untunglah dia bukan penjijik. Setelah itu lebih banyak terpekur. Mungkin dia
mengasihani aku yang susah-susah dibeli tetapi tidak lagi berguna. Apa yang
telah dilakukan temannya sungguh terlalu. Barangkali itu yang ada dalam
benaknya. Dengan berat hati dia membawaku yang masih dalam bungkus menuju ke
tempat sampah. Lalu...<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bruk!<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sungguh
keterlaluan, Lala. Memberiku bandeng presto penuh belatung. Jadi ini yang dia
maksud makanan khas?” umpatnya “Untung Lala juga memberiku novel,” tambahnya de</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">n</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">gan tangan kanan membawa
novel yang sedang dibaca. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Lalu
</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">segera
berlalu dari tong sampah<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
menangis dengan tubuh penuh lubang di sana sini. Apakah tangisku juga tangismu?<o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Catatan:
<i>Dunak</i>: bakul besar terbuat dari
anyaman bambu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;"><i><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Cerpen ini memenangi Lomba Menulis Cerpen Dalam Rangka
Memperingati Bulan Bahasa Tingkat Kota Semarang 2023 oleh MGMP Bahasa Indonesia
SMP, tema: “Semangat Pemuda dalam Bulan Bahasa”, sebagai juara 1.<o:p></o:p></span></i></p><p>
</p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-47987475910780829182023-08-15T23:00:00.009-07:002023-08-15T23:13:38.863-07:00Bir<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQLxqdePJNM4QfCORj_wwynLmZ2BV_H6w6ICgQYGB0LiitV0LocZi3jHeMvxSk2-mgABjBdRDjSKklF6jjtC1FbwxpxlXqsD2-DUYprRvzyoSuleX_t5DibvKg4JjZ06IjgWy04e3emhaylPGButjWMM3oPK70bN7px3SDngkabA3lrDXW2nYmLaCw4cc/s735/20230812_052311.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="735" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQLxqdePJNM4QfCORj_wwynLmZ2BV_H6w6ICgQYGB0LiitV0LocZi3jHeMvxSk2-mgABjBdRDjSKklF6jjtC1FbwxpxlXqsD2-DUYprRvzyoSuleX_t5DibvKg4JjZ06IjgWy04e3emhaylPGButjWMM3oPK70bN7px3SDngkabA3lrDXW2nYmLaCw4cc/s320/20230812_052311.jpg" width="313" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ini minuman bir bukan
sembarang bir. Apalagi kau bandingkan dengan bir yang bisa memabukkan seperti
dijual di pasaran. Kehangatan yang ditimbulkan justru membuat badan segar. Terlebih
kasiatnya. Rasanya agak pedas, tapi tak seperti cabe karena terbuat dari
sejumlah rempah seperti jahe, sereh, dan entah apa lagi─untuk itulah sedang
kukejar resep dan cara membuatnya─tentu saja gula sebagai pemanis. Kalau kau
tertarik, aku pun merayu Mamak untuk memberinya resep. Aku yakin kau tak dapat
menemukannya di toko online yang katanya tak pernah menolak permintaan. <o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Azan
Asar berkumandang beberapa waktu lalu. Aku terduduk di bangku panjang teras
tanpa sepengetahuan pemilik rumah. Tak sulit membuka selot pintu pagarnya. Siapa
pun dapat masuk dengan mudah. Ditambah pagarnya yang pendek terkesan pemiliknya
tak menjaga jarak dengan para tetangga dan mudah diajak berkomunikasi. Saking
akrabnya kami memanggilnya Mamak, sebagaimana anak-anaknya memanggilnya. Apalagi
serangkaian tanaman berbunga semarak mengelilingi pagar. Yang tidak berbunga
pun ditata sedemikian rupa. Semua menarik dipandang mata. Rumah yang asri,
terjaga pula kebersihannya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cahaya
matahari masih menyengat, belum satu pun anak kos yang tinggal di rumah ini kembali
bekerja. Sengaja aku tak masuk walau pintunya terbuka, sebagai privilese aku
bersedia menemani dan menyambanginya. Kubiarkan diriku menunggu di luar. Aku
sengaja datang seawal ini karena sedang kedapatan tamu bulanan sehingga tidak
terikat jadwal salat Asar. Tapi tujuan utamaku: menjadikannya salah tingkah. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan
demikian, aku telah menanam investasi dan setelah investasiku terkumpul, aku akan
mengambilnya. Apalagi kalau bukan memintanya memberikan resep membuat bir. Itu
trikku, untuk merubuhkan pendiriannya yang kukuh, hanya memberikan minuman bir yang
sudah jadi dalam kemasan botol sirup kepada yang meminta. Dan aku yakin, aku
akan memenangkan perseteruan ini. Inilah saatnya aku beraksi, merealisasikan
hasrat yang sudah setahun terpendam, tepatnya sejak pandemi melandai.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memang
tidak libur seratus persen sebagaimana siswa. Terlebih libur akhir tahun ajaran,
saatnya sekolah mencari peserta didik baru. Tapi kami bekerja hanya setengah
hari, berbeda saat mengajar, sore hari baru selesai. Tidak saja kesiapan dari
diriku sendiri, semesta kiranya ikut mendukung. Ada kenalan, tetangga kampung
yang kesripahan dan mengundang siapapun yang punya waktu untuk tahlil. Di
kampung ini, tahlil dan pengajian dilakukan sehabis magrib. Sore hari, ibu-ibu rumah
tangga sibuk merampungkan pekerjaan rumah, apalagi yang bekerja. Ketika tadi
malam begitu ada pengumuman undangan tahlil─aku yang jarang mengikuti acara
kampung, termasuk menalihkan orang meninggal─tiba-tiba mendatangi rumahnya dan
menawarkan diri mengajaknya pergi tahlil bersama, Mamak seperti mendapat undian
arisan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kendati
tanpa aku dia tetap berangkat, tapi jalan bersama teman bagi orang tua pastilah
lebih nyaman, setidaknya ada yang diajak mengobrol saat di jalan. Kebetulan
saat ini aku terbebas dari kesibukan sehari-hari. Dan aku akan membersamainya
hingga hari ke tujuh atau menurut perhitungan: tahlil akan berlangsung sebanyak
enam hari. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Lho
kok duduk di luar?” sapanya penuh atraktif sambil membetulkan kerudung
instannya agar nyaman dipakai, begitu keluar mendapatiku duduk dengan senyum-senyum.
“Pintunya sengaja Mak buka.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ah,
nggak pa pa, Mak,” jawabku melegakan hatinya. “Sambil cari angin.” Tapi tetap
saja dia merasa sungkan: pertama karena ditunggu, kedua kenapa aku tidak masuk
layaknya seorang tamu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagaimana
aku yang tidak suka basa basi karena tak nyaman datang di sebuah acara datang
terlambat, dia pun punya pikiran sama, kami gegas berangkat. Dengan baju gamis
marun senada warna kerudung, jalan Mamak masih sigap. Kubayangkan berjalan
bersama nenek jika saja beliau masih hidup. Dalam usia Mamak yang sudah uzur memiliki
tubuh sehat pastilah harta berharga.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mak... ajari saya bikin bir. Mak kan ahlinya
di kampung ini,” pintaku giliran bicara setelah panjang lebar dia mengatakan sebelum
berangkat tadi menerima telepon dari cucunya perihal keadaannya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanpa
menjawab dengan kata-kata. Dia senyum-senyum.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mak
senyum-senyum, berarti Mak bersedia. Kapan Mak, hari dan jamnya. Kebetulan saya
lagi tidak mengajar. Piket saja, siang hari sudah pulang,” tambahku. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI_VmPQT5opGNIg-blBZ3c_Ul1bazFwrlKM1AWh-x56x8EXvPcM_qn-cooqQ3yMJENuS1I20XggdftP-KgRW4Cu5RgukA_cSrMg5z0UFkE2udHpmZ6w_PqlkMyELMGfZ72XFawqOAjW-E6yHZLbBCiUgquE3TiFJDuGfLHkRSG945kAXjAfyI97R-0P1M/s720/20230811_155356.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="423" data-original-width="720" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI_VmPQT5opGNIg-blBZ3c_Ul1bazFwrlKM1AWh-x56x8EXvPcM_qn-cooqQ3yMJENuS1I20XggdftP-KgRW4Cu5RgukA_cSrMg5z0UFkE2udHpmZ6w_PqlkMyELMGfZ72XFawqOAjW-E6yHZLbBCiUgquE3TiFJDuGfLHkRSG945kAXjAfyI97R-0P1M/s320/20230811_155356.jpg" width="320" /></a></div> gambar: kompas.id<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sekali
lagi Mamak hanya menanggapi dengan senyum-senyum. Hingga langkah kami keluar
kampung menuju kampung tetangga yang kesripahan. Kami bertemu jamaah lain.
Tentu saja aku tahu diri, berjalan mengiringi mereka di belakangnya. Mungkin
hanya aku yang masih muda. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apakah
kau sependapat bahwa usahaku berbuah manis? Aku sudah jelaskan setiap hari aku
punya banyak waktu lowong. Itu berarti aku memang sangat ingin bisa membuat
minuman khas itu. Berbeda dengan pengalaman ibu-ibu yang aku dengar. Beberapa
di antara mereka memohon kepada Mamak. Tapi tak satu pun permohonannya
ditanggapi. Mungkin karena menurut Mamak, permintaannya itu hanyalah iseng,
maka Mamak tak perlu menanggapi dengan serius pula. Berbeda dengan aku, menyediakan
waktu khusus, menemaninya tahlil hingga berhari-hari. Kalau pun tidak praktik,
setidaknya Mamak bersedia memberikan resepnya, sepuluh jenis rempah ditambah
gula pasir, itu keterangan yang diberikan kepada ibu-ibu untuk membuat bir.
Tapi sepuluh jenis rempah itu apa saja dan bagaimana cara membuatnya, Mamak tak
pernah membeberkan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Orang-orang
kuno” termasuk nenekku yang tak pernah kutemui─begitu Mamak mengistilahkan
orang-orang sebelum dan seangkatannya─biasa membuat minuman bir. Tentu saja
tidak termasuk ibuku yang meninggal saat melahirkanku dan ayah menyusul
beberapa tahun lalu setelah sekian lama hidup berdua denganku. Sehingga aku tak
tahu menahu tentang bir kecuali saat pandemi menimpa. Banyak orang kembali pada
obat tradisional untuk menghalau virus itu, Mamak tak mau kalah. Sebagai
satu-satunya generasi orang kuno yang masih hidup, Mamak membagikan minuman
rempah yang lain dari yang lain termasuk yang dijual di kedai-kedai minuman:
bir.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bir
dibuat untuk menyamai minuman anggur atau <i>wine</i>
dari Eropa. Terasa hangat saat diminum, tetapi tidak memabukkan sebagaimana
minum minuman keras. Bukankah orang-orang Eropa juga ada yang tinggal di
Semarang, zaman itu? Jadi wajarlah kalau orang-orang kuno Semarang juga ingin
memiliki minuman yang bisa menghangatkan badan. Kami pun manggut-manggut
mendengar keterangan Mamak.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Minuman
yang hangat dan lain daripada yang lain itu diberikan Mamak dalam ceret. Kami
menuangkannya panas-panas ke dalam gelas-gelas. Saat itu ada dapur umum.
Berpengaruh atau tidak bir, yang jelas seluruh warga kampung tidak ada yang tertular
virus COVID-19. Merasakan efeknya yang membuat badan menjadi hangat dan segar,
kami ketagihan padahal Mamak tak lagi membuat seiring pandemi melandai dan tak
ada dapur umum. Satu dua ibu meminta resep agar tak merepotkan Mamak. Akan
tetapi, Mamak tak pernah memberikan. Tahu-tahu, beberapa hari kemudian, sebotol
bir diberikan kepada yang meminta. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tapi
tidak dengan aku. Apa yang tidak bisa buatku. Pedagang es gempol, yang sangat
tertutup, bisa kuulik kemudian memberikan resepnya. Pedagang gulai kambing yang
kuahnya tidak kental tetapi juga tidak encer, dan itu sangat aku suka, ketika
aku tanya resepnya, juga memberikan. Begitupun pedagang makanan dan minuman
lain, tak pernah membuatku kecele demi memenuhi kegemaranku memasak masakan nusantara.
Maka pada waktu longgar kali ini kumanfaatkan membuat bir. Supaya aku dapat
merasakan kembali sensasi aneka rempah yang terasa hangat dan segar itu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari
kedua kembali aku samperi rumahnya. Kutagih janjinya. Aku tidak boleh gagal.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Iya,
tenang saja,” jawabnya seperti biasa sambil senyum-senyum. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku
tetap tidak terima ketika dia mengatakan bahwa apa gunanya bir bagi orang muda
semacamku. Bukankah banyak pilihan minuman modern dijual di supermarket?
Kujawab aku tetap bersikeras Mamak mengajariku membuat bir. Justru bir tidak
dijual aku ingin bisa membuatnya sendiri. Aku rindu minum bir.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari
ketiga kupaksa Mamak untuk menuliskan di secarik kertas sepulang tahlil. Aku
sengaja tidak menyodorkan gawai yang lebih praktis era digital saat ini. Lagi-lagi
Mamak hanya senyum-senyum.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kalau
Mamak tidak ada waktu sekarang, boleh kertas dan pulpen ini disimpan. Besok kan
kita masih ketemu. Lalu berikan saya,” ungkapku merasa sungkan bernada
memerintah orang tua.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Iya,
iya, Mamak janji, tapi tidak besok. Hari terakhir setelah acara tahlil
selesai,” janjinya sebelum kami berpisah. Kali ini aku yang senyum-senyum. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nyes!
Akhirnya aku akan mendapatkan resep minuman yang satu kampung ini gagal
mendapatkan. Sebotol bir akan selalu tersimpan di kulkas, tanpa bergantung
kepada orang lain. Saat ingin menikmati, aku tinggal menuangkan secukupnya di
gelas lalu menambahkan air panas. Hm, minuman rasa rempah yang hangat, sedikit
pedas, manis, ah pokoknya tiada duanya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari
keenam. Itu berarti tahlil terakhir untuk yang meninggal. Sepulang tahlil, seperti
yang dijanjikan, aku dipersilakannya masuk, duduk di ruang tamu. Kupandangi
satu dus makanan, puncak rasa terima kasih dari yang punya hajat, setelah
berhari-hari selalu memberi dua kue dalam plastik mika. Kupastikan berisi roti
dari nama toko tertera. Andai resep itu diberikan tiga hari lalu saat aku
menyodorkan kertas dan pulpen, pasti nanti malam aku dapat menikmati roti
ditemani minuman bir yang hangat. Ah, segera kutepis pikiran “andai”. Sebab aku
dapat membuatnya sepulang dari sini.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak
lama waktu berselang, berdiri seseorang di depanku. Sambil senyum-senyum, tanpa
rasa bersalah dia berkata,<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ini,
dibawa, tinggal menikmati. Tak usah sungkan.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kusambut
sebotol bir dengan senyum memaksa. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Matahari
meredup mengantar kepulanganku. Jadi, apakah kau mengira, aku telah mengganggu
privasinya?<o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: .5in;"><i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerpen ini pernah terbit
di kompas.id, Kamis 10 Agustus 2023</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></p><p>
</p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-36497238032379502162022-12-29T23:20:00.000-08:002022-12-29T23:20:01.490-08:00Belajar, Belajar, dan Belajar<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrZ5PkbwcW-o9D3uDO4nV1kno_LaOvvGbCHbgAj-WcdGjJWDWcItyzfVA1SNYJnBY6B5fU4UXJev0_gFvgXsFvpWYWDzuuM1qqWzI2sgbeDKGkM7e2GgEGikRPYjB0gr9pyDBCQXLi7O8NYKXyh_GnORSJLTscmJ_Ssey2cQBXl20RCCsbCWk4Z7x1/s639/20221228_132116.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="434" data-original-width="639" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrZ5PkbwcW-o9D3uDO4nV1kno_LaOvvGbCHbgAj-WcdGjJWDWcItyzfVA1SNYJnBY6B5fU4UXJev0_gFvgXsFvpWYWDzuuM1qqWzI2sgbeDKGkM7e2GgEGikRPYjB0gr9pyDBCQXLi7O8NYKXyh_GnORSJLTscmJ_Ssey2cQBXl20RCCsbCWk4Z7x1/s320/20221228_132116.jpg" width="320" /></a></i></div><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><br /></i><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Disadari atau tidak,
setiap orang punya hobi. Hobi yang dikembangkan bisa menjadi passion, atau
kesenangan yang membawa manfaat bagi orang lain. Mungkin Teman-teman
melakukannya, juga saya.<o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Saya
bahagia dikaruniai kesenangan menulis. </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;">Menulis
sebagai sarana mengugkapkan unek-unek. Juga ide-ide, terutama untuk hal-hal yang
tidak dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.</span></p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kegiatan menulis tak mengenal batas
ruang dan waktu. Tidak selalu di rumah. Menulis dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Saat berada di
tempat-tempat umum untuk menunggu suatu urusan, waktu lowong dapat dijadikan
untuk menulis. Jika terpaksa dan mendesak, sementara ide-ide menulis
bermunculan, menulis dapat dilakukan di gawai, atau ditulis di kertas. Itu
sebabnya setiap kali bepergian, selain gawai, kertas dan pulpen selalu berada
di tas. Menulis manual di kertas selain fleksibel, juga mengurangi kebosanan.
Seiring perkembangan era digital yang pesat, banyak urusan yang mudah
dikerjakan melalui layar laptop dan gawai. Namun ada rasa bosan bila hal itu
dilakukan setiap kali, setiap kesempatan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
mengembangkan diri, karena berharap memberikan manfaat kepada banyak orang,
perlu mencari ilmu, di antaranya dengan mengikuti kelas menulis. Ternyata
menulis fiksi dapat dirumuskan. Ada pakem-pakem yang bisa diikuti sehingga
memenuhi syarat terciptanya sebuah cerpen. Dengan berpegang pada pakem-pakem
tersebut, jika terpaksa, tanpa sekali duduk saat menulis draf─karena bekerja di
rumah terkadang ada gangguan─tetap mudah saya lakukan hingga selesai satu cerita.
Selalu bisa “pegang peristiwanya”. Hasilnya pun efektif. Tidak perlu
berkali-kali mencetak saat mengedit, seperti dulu, bahkan terkadang sama sekali
tidak mencetak. Cukup mengedit di depan lepi, sampai karya siap untuk dikirim
ke media yang dituju. Dan waktu menulis pun semakin luas. Setidaknya itulah
pengalaman yang saya alami.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selebihnya
berkreasi. Setiap orang pastilah punya keinginan sendiri-sendiri. Menurut saya,
kreativitas terbentuk berdasar perjalanan hidup masing-masing orang. Latar
belakang, budaya dan lingkungan tempat tinggal, suka duka hidup yang dijalani,
juga banyak membaca karya-karya orang lain, semua itu dapat menciptakan
kreativitas. Dari pemilihan ide cerita, menentukan judul, permainan bahasa,
narator, alur, tokoh, membuat paragraf pembuka, hingga <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ending</i>. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
proses menulis selesai, tentu saja rajin mengirim karya-karya ke media-media.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Alhamdulillah
selain terus menulis cerpen-cerpen koran, menulis cerita anak juga berlangsung.
Di antara media-media cetak yang masih terbit, Nusantara Bertutur yang terbit
melalui koran Kompas Minggu mengawali menayangkan karya saya pada bulan
Februari lalu. Entah kapan pernah menulis cerita untuk Nube. Dan “Lumpia
Spesial Naila dan Tifa” adalah kesempatan saya yang kedua.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQOfwHrAztN0chnxlBX7nNsH70HPTlxkpnc_Fp74Id83On2TCyp_EYyHmSQCPdYmgYGNQrMdp2ZEjBZ7g5TpZdwQK0SIy2tHWJpWyJMP-hJ5R0L47L7Nhr7PRmyGtEP2LAo7RUrjckXJNrfxizmLt6aYu1WKysUCVQKmDaayLy4b0sPVaLp6Iq4gA4/s746/20220220_072223.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="746" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQOfwHrAztN0chnxlBX7nNsH70HPTlxkpnc_Fp74Id83On2TCyp_EYyHmSQCPdYmgYGNQrMdp2ZEjBZ7g5TpZdwQK0SIy2tHWJpWyJMP-hJ5R0L47L7Nhr7PRmyGtEP2LAo7RUrjckXJNrfxizmLt6aYu1WKysUCVQKmDaayLy4b0sPVaLp6Iq4gA4/s320/20220220_072223.jpg" width="309" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Di
samping itu majalah Bobo juga masih memberi kesempatan. Tahun ini ada enam karya
yang terbit dari lima edisi. Ada dua karya sekaligus yang terbit dalam satu
edisi. Semoga majalah Bobo tetap eksis.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW9G7c2AGy4_ifc0J01rx11sbBnfaPmzJRCBFXvaPB_UNetTVP0UAsYLp9X_zy3HGbVRy0z72aZ06U40RmJNUKIpsd4Snp4zrr4fFZCJmDaQXrU29SPzJYLtplaVJqk1svMdky7w0-2O_VGmGdw0tdYbM4GXrdEMxK31z0eflBzVY-ouQCYAImYVBv/s4160/20221228_140137.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW9G7c2AGy4_ifc0J01rx11sbBnfaPmzJRCBFXvaPB_UNetTVP0UAsYLp9X_zy3HGbVRy0z72aZ06U40RmJNUKIpsd4Snp4zrr4fFZCJmDaQXrU29SPzJYLtplaVJqk1svMdky7w0-2O_VGmGdw0tdYbM4GXrdEMxK31z0eflBzVY-ouQCYAImYVBv/s320/20221228_140137.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keinginan
menumbuhkan niat; niat diiringi doa dan ikhtiar menanamkan keyakinan. Keyakinan
itulah yang akan membuat orang punya harapan bahwa suatu saat obsesinya akan
menjadi kenyataan. Pertolongan datang setelah kesabaran, kelonggaran datang
setelah kesempitan, dan kemudahan datang setelah kesulitan. Mencari ilmu sampai
ke liang lahat, mencari ilmu sampai ke negeri Cina. Dengan menjadi insan yang
terbuka, belajar dan terus belajar, mengikuti perkembangan zaman, tidak ada sesuatu
yang tidak mungkin. Selamat berlibur dan sukses buat kita semua!<o:p></o:p></span></p><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></i><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-27023307467762961572022-10-01T19:20:00.001-07:002022-10-01T19:20:33.016-07:00Mengapa Dimas Tak Menjawab Pesan?<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaYKT9ftE182EF3SvEO8PPb5C9PdisSJyOb4vhv7QE_lurczc0Z4OUwprgBDvDWEd1MPNxKtl2gMzO8BvHh4PI89WFt7uyHvqlK0syjly4aMXgvqZad1-mY1Fh5BzasApqMYB4n2NMsq-Ud4vk9Nn-uMRlIoCtAw22DU1a-nNtjgFIh667OQMxJkOs/s3838/20221002_060709.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2874" data-original-width="3838" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaYKT9ftE182EF3SvEO8PPb5C9PdisSJyOb4vhv7QE_lurczc0Z4OUwprgBDvDWEd1MPNxKtl2gMzO8BvHh4PI89WFt7uyHvqlK0syjly4aMXgvqZad1-mY1Fh5BzasApqMYB4n2NMsq-Ud4vk9Nn-uMRlIoCtAw22DU1a-nNtjgFIh667OQMxJkOs/s320/20221002_060709.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Dimas,
kemarin Bu Naning memberi tugas apa? Waktu itu ponsel mamaku tiba-tiba layarnya
tidak menyala. Untung siang ini sudah diperbaiki, jadi bisa kupinjam” tanya
Galuh kepada sahabatnya melalui Whatsapp. Namun, Dimas tidak segera menjawab.
Mungkin dia sedang tidur siang. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bu
Naning, wali kelas mereka, mengadakan pertemuan seminggu sekali melalui aplikasi
<i>google meet.</i> Kemudian, tugas-tugas
dikumpulkan setiap hari Sabtu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hingga
sore hari, Dimas tidak menjawab. Galuh akan datang ke rumahnya. Namun, pintu rumahnya
tertutup saat Galuh sengaja lewat di depannya. Di samping itu, tidak ada
seorang pun anggota keluarganya di luar.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUzO5uqUVADlhTcGcBZ1Aa9hLrMfjlYI0rn09zXUvyNHIZ7voRBfpuyx0dhcwSCH5WOdxlncK4VV0iAP0xsQeYBJphlJFDvJK8tP7Lv1YPmYTZ0CB1Zg2u1GmPa2WW_Y5goTXZBY8XO7RPGdWo8C8wsg7FZMXlLp8aZhPUrQXXApSE9XtX7Bci7gLa/s3072/20221002_060839.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3072" data-original-width="2919" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUzO5uqUVADlhTcGcBZ1Aa9hLrMfjlYI0rn09zXUvyNHIZ7voRBfpuyx0dhcwSCH5WOdxlncK4VV0iAP0xsQeYBJphlJFDvJK8tP7Lv1YPmYTZ0CB1Zg2u1GmPa2WW_Y5goTXZBY8XO7RPGdWo8C8wsg7FZMXlLp8aZhPUrQXXApSE9XtX7Bci7gLa/s320/20221002_060839.jpg" width="304" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mungkinkah
Dimas dan keluarganya pergi? Bukankah ia bisa menjawab di mana saja walaupun
tidak berada di rumah? Terpaksa Galuh pergi ke rumah Hilda. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Hil,
ada tugas apa saja dari Bu Naning?” tanya Galuh kepada Hilda. Galuh menjelaskan
mengapa hari Senin tidak hadir secara <i>virtual</i>.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kita
disuruh mengerjakan modul matematika halaman 27 dan 28. Lalu, IPS masih
melanjutkan tugas minggu kemarin. Karena teman-teman kita banyak yang belum
mengerjakan. O iya, kita diminta mengumpulkan tanaman gantung untuk penghijauan
sekolah,” jelas Hilda panjang lebar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Terima
kasih banyak, Hil. Aku akan mengerjakan tugas-tugas itu,” jawab Galuh. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak
lama setelah mencatat tugas-tugas, Galuh pulang. Pandemi belum berakhir. Lebih
baik berada di rumah kecuali ada hal-hal penting. Saat melewati rumah Dimas, pintu
rumahnya masih tertutup. Bahkan, pagarnya juga tertutup. Biasanya, karena
papanya bekerja di rumah, pintu pagarnya terbuka. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keesokan
hari, ketika sarapan bersama di ruang makan, mama Galuh memberi kabar tentang
keluarga Dimas. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ternyata
keluarga Pak Herman terpapar virus COVID-19,” ungkap mama Galuh sedih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Lalu
Dimas bagaimana, Ma?” tanya Galuh dengan spontan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Pak
Herman, Bu Herman, Dimas, dan kedua kakaknya terpapar semua,” jelas mama Galuh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pantas
saja rumah mereka tutup sejak kemarin. Bahkan, pesan Galuh pun tidak dibalasnya.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Siangnya,
Bu RT memberi kabar agar semua warga membantu keluarga yang sedang isoman atau
isolasi mandiri. Secara bergiliran, setiap keluarga di kampung ini akan
menyumbang makanan untuk keluarga Dimas. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mendengar
kabar itu, Galuh juga tergerak hatinya untuk membantu Dimas. Lalu, ia
menghubungi Hilda dan Intan. Intan adalah sahabat Hilda. Galuh, Dimas, Hilda,
dan Intan selain teman sekelas, juga tetangga satu kompleks.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_GAtHhaYtWyEO116Yk6J078sR1S6M_iZu95Sc9Z8GxcziSLBxZFN8aWJw61KFYnSaey5mDmNdDMMaZKgUUW9todevSjSoLqSg2gBrRumQGE8VF0qcqkxFBUG1Vp3XKi8IToa4zctlHGok_Sf9zFxjM29_17RUbsbdH-6gqC9XxV9OTH2QtQGl4Xgt/s3706/20221002_060950.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2326" data-original-width="3706" height="201" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_GAtHhaYtWyEO116Yk6J078sR1S6M_iZu95Sc9Z8GxcziSLBxZFN8aWJw61KFYnSaey5mDmNdDMMaZKgUUW9todevSjSoLqSg2gBrRumQGE8VF0qcqkxFBUG1Vp3XKi8IToa4zctlHGok_Sf9zFxjM29_17RUbsbdH-6gqC9XxV9OTH2QtQGl4Xgt/s320/20221002_060950.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi: Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sore
ini, Galuh, Intan, dan Hilda bertemu secara <i>virtual</i>.
Galuh yang mengundang mereka melalui <i>google
meet</i>. Lalu Intan dan Hilda bergabung. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Yuk,
kita dukung Dimas agar tetap bersemangat. Dengan demikian, ia bisa cepat sembuh
dan sekolah lagi,” ajak Galuh.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku
setuju sekali! Aku akan membuat makanan kesukaan Dimas,” ungkap Hilda.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku
akan membeli buku fiksi. Dia juga suka membaca buku. Nanti aku cari di toko <i>online</i>,” usul Galuh.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sebagai
hiburan, aku akan membelikan dia mainan ular tangga. Dia bisa bermain dengan
kedua kakaknya di rumah,” ungkap Intan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
menemukan kesepakatan, masing-masing undur diri. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suatu
saat Galuh berkirim pesan kepada Dimas menanyakan kabar. Dimas menjawab
baik-baik saja. Dia dan keluarganya hanya perlu isoman. Dimas pun menerima
tawaran Galuh untuk bertemu secara <i>virtual</i>.
Maklumlah, lama mereka tidak bertemu. Mereka ingin tahu keadaan Dimas.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL7jzbXMmgTMvU7yDvV4mtex9HFylUgEw3Q2E8hSpCBMSNIp3Sc-muhhQYVK9K4KiIBkH1D29LC9vjps9E2-HWeudEM19L9Ze5rWtmIfqOeCoyEaXGNINN9VsC9TKB5166sblFY8MJk5f_hljNLeNX5UHp4lyRiBCy6ievuJfJL0PU5zwg4xeCokUF/s3470/20221002_061059.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2741" data-original-width="3470" height="253" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL7jzbXMmgTMvU7yDvV4mtex9HFylUgEw3Q2E8hSpCBMSNIp3Sc-muhhQYVK9K4KiIBkH1D29LC9vjps9E2-HWeudEM19L9Ze5rWtmIfqOeCoyEaXGNINN9VsC9TKB5166sblFY8MJk5f_hljNLeNX5UHp4lyRiBCy6ievuJfJL0PU5zwg4xeCokUF/s320/20221002_061059.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Hai,
Dimas, apa kabar?” tanya Intan.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Dimas,
kamu baik-baik saja, kan?” sambung Hilda tak sabar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku
baik-baik saja, teman-teman. Aku berterima kasih atas dukungan kalian. Aku suka
kue combro buatan Hilda. Untuk mengisi waktu luang, aku membaca buku petualang
pemberian Galuh. Wah, seru ceritanya. Terima kasih juga permainan ular
tangganya Intan. Aku bermain ular tangga bersama kedua kakakku,” ungkap Dimas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Syukurlah,
kamu tampak sehat!” tukas Galuh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kata
Papa, jika kita sedang ditimpa penyakit, sebetulnya delapan puluh persen penyembuhannya,
ada pada diri kita sendiri. Yaitu, dengan berpikir positif dan
bersenang-senang. Jadi, obat hanya menyembuhkan dua puluh persen. Kami
sekeluarga mengikuti saran Papa itu,” tutur Dimas dengan penuh semangat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mereka
senang mendengar penjelasan Dimas. Setelah puas bertemu secara virtual, mereka
berpisah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
isoman beberapa lama, akhirnya Dimas dan keluarganya sehat kembali. Bu Naning
dan teman-teman senang karena Dimas dapat kembali mengikuti pelajaran. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerpen ini pernah terbit di majalah
Bobo, 22 September 2022<o:p></o:p></span></i></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
<o:p></o:p></span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /> <o:p></o:p></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-92000303719655006282022-10-01T18:59:00.001-07:002022-10-01T18:59:24.661-07:00Siapa Makan Apel Merah?<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIadGI2l3s8dZkwfQz-LJMF3IfpB-Ut1hvuBEZQgo8dWh5LcxQZzrzUXBaktcPiGY1Orioi-5SFMSd17-H-gEspXFMvPbskOvCrP076UdQR9CxVZlbmOHU7pYudgeq_eGRDOHP6y74-2AarqtgVMhu_4HuS1bU14QU17G-ED_eOMHZLpOaiUvz4u22/s3173/20221002_060307.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3173" data-original-width="3072" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIadGI2l3s8dZkwfQz-LJMF3IfpB-Ut1hvuBEZQgo8dWh5LcxQZzrzUXBaktcPiGY1Orioi-5SFMSd17-H-gEspXFMvPbskOvCrP076UdQR9CxVZlbmOHU7pYudgeq_eGRDOHP6y74-2AarqtgVMhu_4HuS1bU14QU17G-ED_eOMHZLpOaiUvz4u22/s320/20221002_060307.jpg" width="310" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Raviu, Tegar, dan Akbar terlihat
sedang memarkir sepedanya di halaman rumah Pak Bowo. Rumah Pak Bowo searah
dengan rumah mereka. Sepulang sekolah, mereka sering duduk-duduk di bawah pohon
sambil beristirahat di halaman rumah Pak Bowo. Halaman rumah Pak Bowo luas dan
rindang karena banyak pepohonan. Apalagi pohon jambu airnya sedang berbuah. Di samping
itu, Pak Bowo orang baik. Ia seorang peneliti dan senang rumahnya didatangi
anak-anak. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pak
Bowo, minta buah jambu airnya ya!” pinta Raviu yang bertubuh tambun. Pak Bowo
kebetulan baru saja keluar dari rumahnya. Ia sedang berjalan menuju
laboratorium yang teletak di sebelah rumah. Pak Bowo membawa sebuah apel warna merah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Silakan ambil! Tapi, jangan lupa cuci
tangan!” pesan Pak Bowo sebelum melanjutkan aktivitasnya. Begitulah Pak Bowo selalu
mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
“Baik, Pak,” jawab mereka hampir bersamaan dengan senang hati.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka langsung memanjat pohon jambu air
dan memetik banyak buah jambu. Tidak hanya mencuci tangan, jambu-jambu itu pun
dicuci. Di sisi kiri halaman rumah Pak Bowo disediakan kran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tumben, tadi Pak Bowo membawa buah apel.
Sudah lama aku tidak makan apel,” ungkap Raviu. Mereka makan buah jambu di
bawah pohon.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
“Iya, ya, padahal pohon jambunya
sedang berbuah. Hm...segar karena banyak airnya,” sambung Tegar. Walaupun
tubuhnya kecil, dia paling banyak menghabiskan buah jambu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tapi, rasa buah jambu beda dengan apel.
Siapa tahu, Pak Bowo bosan makan buah jambu, terus ingin makan buah apel
merah,” tukas Akbar. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Atau, Pak Bowo sedang membuat percobaan
berkaitan dengan apel merah. Bukankah tadi langsung masuk ke laboratorium?”
terka Tegar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka makan jambu air dengan puas. Jika
ingin ke kamar mandi, mereka pergi ke belakang rumah. Kamar mandi khusus untuk
pembantu Pak Bowo berada di belakang rumah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Setelah puas makan jambu air,
mereka pamit. Mereka menemui Pak Bowo di laboratoriumnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Tok tok tok...<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Maaf, Pak Bowo, kami mau pamit dan
terima kasih jambu airnya,” ungkap Akbar. Pak Bowo tidak segera menjawab, tapi
malah terlihat bingung. Beliau seperti sedang mencari-cari sesuatu.<o:p></o:p></span></p></div><p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMxnXvSVIoC-NMIXBJPI6_K0FrJLFJJuPFt94ev4ZVrmK4ZaKZ-hOJ9JhL19H6J_s_BYUcAFXKdq58LbbKrZ32AJMU2DW7MnBj9-bJznyQsuR9wi-WRXn2_cBPh1Ea3BIIwkcrq6FGJN5fWNxT0-Q5ZBG_Z_Px2K6lyhfNCzKJ7GexleR5s9_2MBxr/s4096/20221002_060434.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2650" data-original-width="4096" height="207" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMxnXvSVIoC-NMIXBJPI6_K0FrJLFJJuPFt94ev4ZVrmK4ZaKZ-hOJ9JhL19H6J_s_BYUcAFXKdq58LbbKrZ32AJMU2DW7MnBj9-bJznyQsuR9wi-WRXn2_cBPh1Ea3BIIwkcrq6FGJN5fWNxT0-Q5ZBG_Z_Px2K6lyhfNCzKJ7GexleR5s9_2MBxr/s320/20221002_060434.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Apakah di antara kalian ada yang
makan apel di atas meja? Sebelum Bapak pergi untuk makan siang, apel ini tiga
potong. Sekarang, tinggal dua potong. Bapak sudah tanya Mas Baskoro, tapi dia
bilang tidak makan,” tanya Pak Bowo. Mas Baskoro adalah pembantunya.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saya tidak makan, Pak!” jawab Akbar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saya tidak makan, Pak,!” kata Tegar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saya juga tidak makan, Pak!” tambah
Raviu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Memangnya kenapa kalau makan buah apel
itu, Pak?” tanya Raviu penasaran. Begitupun Tegar dan Akbar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ah, tidak apa-apa. Silakan kalau kalian
mau pulang,” jawab Pak Bowo.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka pun langsung pulang. Meski Pak
Bowo mengatakan tidak apa-apa, ketiganya penasaran. Pasti ada sesuatu yang
dirahasiakan Pak Bowo. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dua hari kemudian, Raviu tidak masuk
sekolah. Tegar dan Akbar menengok ke rumahnya sepulang sekolah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Perutku sakit desentri. Apa gara-gara
aku makan apel di laboratorium Pak Bowo? Sakit desentri bisa juga disebabkan
makanan yang tidak terjaga kebersihannya, begitu kata dokter,” jelas Raviu
sambil terbaring di tempat tidur. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian Raviu
bercerita. Siang itu ketika Tegar dan Akbar ke kamar mandi, ia melihat Pak Bowo
keluar dari laboratorium. Pada saat itulah Raviu mengambil apel merah dan
menyantapnya. Toh hanya sepotong, pikirnya.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZwpdMnAHF5zc1_WKkv-k5LlOD7Cb3qcVo-b64ptylKDgTXzSPhiJ8zuBn1cw8GdlzgKOn3e-YA-Y6MeYZry2FLDCTZoUURHDj74eOwmJ0A9OiktLvWkV1OHWnD4WB4W956R0wGj38NJ4eK0ps3P9YAjRDMm50o3eoCEML41e5bs4ioI-EZfqW4M9Y/s3427/20221002_060542.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2561" data-original-width="3427" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZwpdMnAHF5zc1_WKkv-k5LlOD7Cb3qcVo-b64ptylKDgTXzSPhiJ8zuBn1cw8GdlzgKOn3e-YA-Y6MeYZry2FLDCTZoUURHDj74eOwmJ0A9OiktLvWkV1OHWnD4WB4W956R0wGj38NJ4eK0ps3P9YAjRDMm50o3eoCEML41e5bs4ioI-EZfqW4M9Y/s320/20221002_060542.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Jadi kamu yang makan apel
percobaan Pak Bowo?” tanya Tegar. Akbar yang mendengar juga heran.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya, maafkan aku teman-teman. Aku
berbohong pada kalian terlebih kepada Pak Bowo. Setelah aku sembuh, maukah kalian
antar aku ke rumah Pak Bowo? Aku mau minta maaf sekalian ingin tahu apel merah
yang aku makan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tentu saja keduanya bersedia. Di samping
itu mereka penasaran ada apa dengan apel merah itu. Bukankah buah apel rasanya
lezat? Mengapa perut Raviu malah sakit?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Raviu, Tegar, dan Akbar sengaja menemui
Pak Bowo di laboratorium. Betapa mereka kaget setelah mendengar keterangan Pak
Bowo.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pantas saja perut Raviu sakit,” ucap
Pak Bowo.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian, Pak
Bowo memperlihatkan tiga stoples masing-masing berisi sepotong apel merah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
“Stoples pertama berisi apel
normal, artinya tidak tersentuh tangan kotor. Stoples kedua berisi apel kotor.
Karena Istri bapak yang baru saja beraktivitas di luar sengaja Bapak suruh
pegang apel secara keseluruhan. Sedangkan pada stoples ketiga, bapak suruh
istri Bapak mencuci dulu tangannya dengan bersih sebelum menyentuh apel itu. Lihatlah,
mana yang paling banyak berwarna hitam? Apel yang kotor, bukan? Karena banyak
mengandung bakteri. Nah, tempo hari Raviu menyantap apel yang kotor. Itulah
pentingnya mencuci tangan sebelum makan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka manggut-manggut. Mereka semakin
mengerti pentingnya menjaga kebersihan. Terutama Raviu berjanji tidak teledor
lagi.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerpen ini pernah terbit di majalah
Bobo, 22 September 2022<o:p></o:p></span></i></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18.0pt; text-align: justify; text-indent: 18.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /> <o:p></o:p></span></p></div><p style="text-align: justify;"><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-55931619702096138872022-09-06T02:32:00.000-07:002022-09-06T02:32:13.820-07:00Cita-Cita Peri Brownis <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6YRvpCoNMF3B8k-Gj1hFdmX9AoE-yys19Lh0g9K4h6FU2zuPbuiENpsIY9AIDVmbL9aA4i4DMkZe6jdfcTPbVqsnywAJTWz-s5cgfm39oPS7vrd22FiHcBNr8lDRLlOrNBKcpiUWBVpAbt8nLX_OIgK2Up3-6ikKLs6NcB1cKp4QQRMSQzSeZ4XxM/s4027/20220902_122140.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2819" data-original-width="4027" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6YRvpCoNMF3B8k-Gj1hFdmX9AoE-yys19Lh0g9K4h6FU2zuPbuiENpsIY9AIDVmbL9aA4i4DMkZe6jdfcTPbVqsnywAJTWz-s5cgfm39oPS7vrd22FiHcBNr8lDRLlOrNBKcpiUWBVpAbt8nLX_OIgK2Up3-6ikKLs6NcB1cKp4QQRMSQzSeZ4XxM/s320/20220902_122140.jpg" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Peri Brownis sedang merenung di taman. Pandangannya
ke atas.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dia membayangkan seandainya bisa
terbang dan melihat seisi dunia. Dia akan menembus awan dan langit. Alangkah
senangnya seperti peri-peri lain. Namun sayang, sayap kanannya patah sejak
lahir, sehingga Peri Brownis tidak dapat terbang. Tidak lama kemudian Peri
Brownis melihat Koko datang sambil menangis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Hu...
hu... hu...”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Mengapa
kamu menangis, Koko?” tanya Peri Brownis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Nenek belum datang,” jawab Koko.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Nenek
sedang bekerja di ladang. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">N</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">enek
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">bekerja</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">supaya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">dapat</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">membelikanmu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
makan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">an</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,
memenuhi kebutuhan sekolah, dan me</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">mberi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> uang jajan. Jadi, Nenek bekerja untuk kamu, Koko,”
hibur Peri Brownis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;">
</span>“Benarkah, Nenek bekerja untuk aku?” tanya Koko tidak percaya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Iya, Nenek
sebagai pengganti kedua orangtuamu yang telah meninggal,” hibur Peri Brownis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Koko
merenung, lalu manggut-manggut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Nah,
sekarang bermainlah lagi, mungkin Nenekmu sedang perjalanan pulang.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;">
</span>“Baiklah, aku menunggu Nenek pulang sambil bermain bersama pusi,” ungkapnya
senang, lalu bernyanyi-nyanyi sambil loncat-loncat bersama kucing kesayangannya.
<o:p></o:p></span></p> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiis-c8XW49O2X0tzNJuXOVwu73FSpYDMAxhrFCPI8uFiXydaw_NAKBrx-uySdIE-5NfNdT8Oe_nGu1xbyXICp3rmMJqHGEPrUxVUAmundnUBjKwTIyiW_22ZCnQ5bncRqwVIKqrX4Gw241qUB1fb84ARV3skpUi-7XVy5TEsa5WFICUgtYzUCqHrks/s4160/20220902_122222.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiis-c8XW49O2X0tzNJuXOVwu73FSpYDMAxhrFCPI8uFiXydaw_NAKBrx-uySdIE-5NfNdT8Oe_nGu1xbyXICp3rmMJqHGEPrUxVUAmundnUBjKwTIyiW_22ZCnQ5bncRqwVIKqrX4Gw241qUB1fb84ARV3skpUi-7XVy5TEsa5WFICUgtYzUCqHrks/s320/20220902_122222.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Peri Brownis kembali merenung. Ia merenungi nasibnya
yang tidak dapat terbang. Sehari-hari pekerjaannya menghibur Koko karena
ditinggal neneknya ke ladang. Tiba-tiba Peri Brownis melihat seekor kupu-kupu
yang hinggap di dahan. Warnanya pink dengan totol-totol hijau muda. Ketika
didekati, kupu-kupu itu terbang tinggi. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ah andai aku seperti
kupu-kupu itu bisa terbang sesuka hati. Peri Brownis menitikkan air mata. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Seperti
biasa, Peri Brownis berada di taman. Dia sedang sibuk memberi pupuk dan menyira</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">mi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> tanaman. Tidak lama, kupu-kupu
warna pink dengan totol-totol hijau muda hinggap di dahan. Siapapun yang
melihat pasti suka, begitu pun Peri Brownis. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Peri Brownis...” panggil Koko tiba-tiba dengan
suara serak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu sakit, Ko?” tanya Peri Brownis
heran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sebetulnya
badanku tidak sakit. Tapi, suaraku serak, padahal aku akan mengikuti lomba
menyanyi.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu banyak makan gorengan dan es, ya,
sehingga suaramu serak. Makanya, kamu harus menghindarinya untuk sementara
waktu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku ingin menjadi penyanyi bertaraf
internasional agar dapat keliling dunia. Apakah itu mungkin, Peri Brownis?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mungkin
saja.” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Apakah
suara serakku dapat sembuh, Peri Brownis?” tanya Koko masih sedih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tentu bisa. Pagi dan sore akan aku buatkan
minuman dari air kencur, agar suaramu bagus.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Koko menuruti saran Peri Brownis dengan tidak
makan gorengan dan minum es. Di samping itu, Peri Brownis membuatkan air kencur
untuk diminum pagi dan sore. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Waktu
terus berlalu. Tibalah saatnya lomba. Koko bernyanyi dengan suara bagus. Walaupun
menjadi juara kedua, Koko senang, terlebih Peri Brownis.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Suatu
saat Peri Brownis melihat Koko malas-malasan dan tidak mau belajar. Padahal,
kemarin lusa Koko bercerita besok ada ulangan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Koko,
kenapa kamu tidak belajar? Kalau kamu tidak belajar bagaimana mungkin kamu bisa
meraih cita-citamu setinggi langit. Katanya kamu ingin menjadi dokter sekaligus
penyanyi bertaraf internasional?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya...
iya,” Koko tersadar setelah diingatkan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
“Sekarang belajarlah!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Koko
bergegas mengambil buku-bukunya dan bersemangat lagi untuk belajar. Setiap kali
diingatkan, Koko selalu senang dan kembali belajar. Maklumlah, karena neneknya
sibuk di ladang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Setelah
sendirian, Peri Brownis pun termenung. Dilihatnya bunga-bunga di taman. Tumben
tidak terlihat kupu-kupu warna pink dengan totol-totol hijau muda. Ah, mungkin
kupu-kupu itu sedang terbang dan mengembara ke taman lain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tidak lama
kemudian, Peri Brownis melihat seorang peri datang. Semua pakaiannya putih
seperti dirinya. Namun, ia punya dua sayap.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvq4xhog1n9kRMPpZg75_0RkMf8f9zFShOqIV7la_6Vl8twAd1igvz2wBtfkEzJjqC5jcfhIrWZgeJz-ydiZTPBT9dBBuNhdxY7doKb9-pE1VYEzVaQQkxdOEIjLktdut5lDbAZrDVTUZF6_kq_ZLqoLc-NUSzcLK3EQDL4cnPtf8ZFb8lbrk_3pIP/s4082/20220902_122346.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2154" data-original-width="4082" height="169" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvq4xhog1n9kRMPpZg75_0RkMf8f9zFShOqIV7la_6Vl8twAd1igvz2wBtfkEzJjqC5jcfhIrWZgeJz-ydiZTPBT9dBBuNhdxY7doKb9-pE1VYEzVaQQkxdOEIjLktdut5lDbAZrDVTUZF6_kq_ZLqoLc-NUSzcLK3EQDL4cnPtf8ZFb8lbrk_3pIP/s320/20220902_122346.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu
siapa?” tanya Peri Brownis.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku
Peri Elive, akulah yang setiap kali menjelma menjadi kupu-kupu warna pink totol-totol
hijau muda.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pantas
sore ini aku tidak melihat kupu-kupu warna pink totol-totol hijau muda.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku tahu yang kamu sedihkan. Walaupun tidak
dapat terbang, suatu saat kamu pasti bisa meraih cita-citamu setinggi langit.
Kelak, jika Koko telah berhasil mencapai cita-citanya, kamu bahagia bisa selalu
menolong dan menghibur manusia di bumi, karena kamu selalu bersama Koko.
Sedangkan aku dan peri-peri lain harus turun ke bumi untuk mencari manusia yang
butuh pertolongan. Jika tidak ada manusia yang membutuhkan pertolongan, kami
terbang lagi ke langit.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
“Benarkah?” tanya Peri Brownis sambil tersenyum.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hidupmu
menjadi sangat berguna, Peri Brownis,” sanjung peri Elive.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Peri
Elive pun ikut senang melihat Peri Brownis bahagia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Semenjak
itu, Peri Brownis tidak pernah bersedih. Ia semakin bersemangat membimbing Koko
agar kelak dapat mewujudkan cita-citanya menjadi penyanyi internasional.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dongeng
ini pernah terbit di majalah Bobo, 25 Agustus 2022<o:p></o:p></span></i></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-4136122210121737812022-06-24T05:35:00.000-07:002022-06-24T05:35:48.395-07:00Bubur Suro Mbah Rebo<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9wWr59kOT1byLUntFrjmplLanwPKKv2zBUHbVYaPG4BkhwXhoDjp3u_AqwUVhSObbXyKtVjPrAfCfVFQDBdl_B7OPpvqKjO0MX8blynbdX0MalEyeLGHzwTL6QPnhYcGlrQFZRyz2bh4ZUrWLpUdgGAxfktQP9igeERVpuwXKlze6XPJod2FD3Rgq/s1920/20220624_161649.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1494" data-original-width="1920" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9wWr59kOT1byLUntFrjmplLanwPKKv2zBUHbVYaPG4BkhwXhoDjp3u_AqwUVhSObbXyKtVjPrAfCfVFQDBdl_B7OPpvqKjO0MX8blynbdX0MalEyeLGHzwTL6QPnhYcGlrQFZRyz2bh4ZUrWLpUdgGAxfktQP9igeERVpuwXKlze6XPJod2FD3Rgq/s320/20220624_161649.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Desi,
Fina, dan mama sedang menonton televisi. Mereka menyukai film animasi.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak
lama film animasi itu selesai, Ririn, sahabat Desi, memanggil.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Desi... Desi... Desi...” panggil
Ririn.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ada apa, Rin?” Desi keluar menemui
sahabatnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Beberapa saat kemudian, Desi
mengambil potongan kardus-kardus yang biasa dibuat untuk rumah-rumahan. Dia
juga memiliki koleksi beberapa boneka. Ririn dan Desi suka bermain
rumah-rumahan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Fin, ayo kita main rumah-rumahan!”
ajak Desi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya, Fin, bermain bersama Desi dan
Ririn,” kata mamanya memberi semangat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ah, enggak, kamu bermain saja bersama
Ririn. Aku mau di kamar saja, Tante,” tukas Fina lalu masuk ke kamar. Sementara
Desi pergi ke depan bermain bersama Ririn.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Fina
selalu menolak setiap kali diajak bermain bersama. Dia senang menyendiri di
dalam kamar. Kalaupun keluar kamar, dia menonton televisi. Padahal Desi ingin
menghiburnya. Akan tetapi, hingga kini, Fina masih suka bersedih. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mama
dan Desi sering mengeluh. Fina adalah sepupu Desi. Dua bulan lalu, ayah dan
ibunya terpapar virus COVID-19 dan meninggal. Dengan demikian, Fina jadi yatim
piatu. Untuk itulah mama dan papa Desi meminta Fina tinggal bersama mereka.
Apalagi, Fina seusia Desi. Kini, Fina satu sekolah dengan Desi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyCISuCtoXocI5Qh8P3djdtZeTtOqMS95olRQti6tc1rJ1wU4e86kabykCmDlKpjLY1no6gNLIrbeR6GMx9HaNuFd7sGUcINzIfmDgMz8nP0nSqydoL8M9xtG89TIVlShIxvey8m8b0bzMG4TG_QqunC2O7CX4vN-jcs6aredVbL0nJWS2j6MLLhnF/s4160/20220624_161750.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyCISuCtoXocI5Qh8P3djdtZeTtOqMS95olRQti6tc1rJ1wU4e86kabykCmDlKpjLY1no6gNLIrbeR6GMx9HaNuFd7sGUcINzIfmDgMz8nP0nSqydoL8M9xtG89TIVlShIxvey8m8b0bzMG4TG_QqunC2O7CX4vN-jcs6aredVbL0nJWS2j6MLLhnF/s320/20220624_161750.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: majalah Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Suatu
saat, Desi bercerita tentang Mbah Rebo. Mbah Rebo yang dilahirkan pada hari
Rabu itu sangat sayang kepada anak-anak. Maklumlah, ia tidak mempunyai anak dan
tentu saja tidak memiliki cucu. Suaminya sudah meninggal. Sekarang, Mbah Rebo
tinggal bersama dua keponakannya. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu pernah makan bubur Suro, Fin?”
tanya Desi saat makan siang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bubur Suro itu apa?” tanya Fina
heran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Setiap tanggal sepuluh bulan Suro
atau Muharam, Mbah Rebo membuat bubur spesial. Namanya bubur Suro, mungkin
karena dibuat pada bulan Suro. Bubur Suro terdiri dari bubur beras berwarna
kuning dan ada campuran daging kambing. Rasanya gurih. Aromanya khas daging
kambing. Lauknya telur dadar, perkedel kentang, sambal goreng udang, dan abon
daging. Mbah Rebo membagikan bubur Suro gratis kepada anak-anak di kampung
ini,” tutur Desi membuat Fina tertegun. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah, sepertinya bubur Suro enak
sekali. Lauknya pun bermacam-macam. Mbah Rebo membagikan secara gratis?” tanya
Fina senang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya. Dan minggu depan sudah mulai
bulan Suro. Kamu juga bisa mendapatkannya. Sekarang kamu menjadi warga kampung
ini. Makanya kamu bermainlah bersama anak-anak di sini, supaya bisa berkenalan
dengan Mbah Rebo.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Fina manggut-manggut. Ia ingin makan
bubur Suro buatan Mbah Rebo. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsLC15W2qFVrDzgtzdyjHXFfQ9-ekIY2xgQ8OQRG5kNcHIzPd_hKJ197913VT3_EWokrOd_qP_GblYGMOAlhrWMF00GHoxf_zPM8BN-RFV1_58vZf0wn7SV5QLpCkNv32PAiQYYwNTPKTHqx2mLYwPn7L8UVgYqiJ50A-FSrg_5TQxnZlEOCGcilWt/s3897/20220624_162041.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2395" data-original-width="3897" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsLC15W2qFVrDzgtzdyjHXFfQ9-ekIY2xgQ8OQRG5kNcHIzPd_hKJ197913VT3_EWokrOd_qP_GblYGMOAlhrWMF00GHoxf_zPM8BN-RFV1_58vZf0wn7SV5QLpCkNv32PAiQYYwNTPKTHqx2mLYwPn7L8UVgYqiJ50A-FSrg_5TQxnZlEOCGcilWt/s320/20220624_162041.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: majalah Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
tanggal sepuluh bulan Suro, anak-anak berkumpul di rumah Mbah Rebo. Mereka
duduk di karpet. Sebelum membagikan bubur, Mbah Rebo memipin doa bersama.
Intinya agar mereka diberi kesehatan dan kesejahteraan. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Semua duduk yang tertib. Mbah akan
membagikan bubur Suro,” ungkap Mbah Rebo. Setelah semua duduk dengan tenang,
Mbah Rebo dan dua keponakannya membagikan bubur Suro dalam wadah plastik
bening. Setiap anak menerima satu wadah bubur Suro, lengkap dengan sebuah
sendok bebek di dalamnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ada yang belum dapat bubur Suro?”
tanya Mbah Rebo. Walaupun sudah tua, suara Mbah Rebo masih lantang. Badannya
pun masih gagah dengan mengenakan kebaya dan kain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sudah, Mbah,” jawab anak-anak
serentak. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sekarang Mbah akan membagikan uang
dan bingkisan kepada kalian yang yatim,” ungkap Mbah Rebo.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hore...,” anak-anak yatim atau tidak
memiliki ayah bersorak-sorai. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Satu per satu Mbah Rebo memanggil
nama anak-anak yatim. Kali ini Mbah Rebo membagikan uang dalam amplop. Ia juga
memberi bingkisan berupa buku tulis dan alat-alat tulis. Mbah Rebo sudah
membagikan sebanyak empat anak yatim. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sekarang,
Mbah minta Fina maju ke depan!” pinta Mbah Rebo. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Fina kaget ketika ia juga dipanggil
oleh Mbah Rebo dan akan diberi uang dan bingkisan. Dia mendapatkan bubur Suro
gratis sudah senang. Desi dan Ririn memberi semangat agar Fina maju ke depan.
Fina juga anak yatim. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Anak-anak senang menikmati bubur
Suro. Fina pun tidak bersedih lagi. Dia bermain bersama anak-anak kampung.
Ternyata tidak hanya dirinya, ada empat anak lain yang tidak memiliki ayah. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cernak
ini terbit di majalah Bobo, 16 Juni 2022<o:p></o:p></span></i></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-19240967967741118352022-04-07T06:26:00.000-07:002022-04-07T06:26:18.353-07:00Masker Batik Buatan Pak Tikno<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbapBZRVzHkyYwZsgZto9SWQY2Ee_bRVpDbV4aeTKlr6mPxiVBkQ04lgf-8xkrPxbXV3urLBAFcDjzL9GtBDXtHiwrtoLgjz2twuL7NA19lgz59nO-jAnplv5v4OuaepicDuHh54afoFns-MrpSDQrxMx5EiS1IZg0-7X62PERo1_U1A5OXL2gcr6W/s4096/20220403_092424.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2908" data-original-width="4096" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbapBZRVzHkyYwZsgZto9SWQY2Ee_bRVpDbV4aeTKlr6mPxiVBkQ04lgf-8xkrPxbXV3urLBAFcDjzL9GtBDXtHiwrtoLgjz2twuL7NA19lgz59nO-jAnplv5v4OuaepicDuHh54afoFns-MrpSDQrxMx5EiS1IZg0-7X62PERo1_U1A5OXL2gcr6W/s320/20220403_092424.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Langit tampak cerah. Berbeda dari biasanya, hujan
turun beberapa hari terakhir. Di ufuk barat, matahari masih menyinarkan
sinarnya. Suasana kampung ramai. Apalagi ini hari Minggu, hari libur. Sebagian
anak bermain sepeda. Ada pula yang membeli kue. Beberapa tukang kue menjajakan
jualannya. Ada juga yang hanya jalan-jalan.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak lama Dhimas dan orangtuanya pulang dari
bepergian. Mereka mengendarai sepeda motor. Begitu turun dari sepeda motor,
Dhimas langsung menghampiri penjual putu bumbung yang mangkal di seberang
rumahnya. Putu bumbung banyak disukai anak-anak. Selain rasanya lezat, putu
bumbung menimbulkan </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">bunyi</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
ngiiiiiing saat dimasak. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Tumben kamu pakai masker,” tegur Alvin yang sudah
terlebih dahulu mengantre membeli putu bumbung. Biasanya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <span lang="EN-US">Dhimas enggan memakai
masker saat keluar rumah. Kecuali dia pergi bersama kedua orangtuanya.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sssttt…. jangan keras-keras, nanti terdengar </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">orangtua</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ku. Mereka juga
menunggu ingin segera makan putu bumbung,” jelas Dhimas. Kedua orangtuanya
sedang bercakap-cakap di teras.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dhimas dan orangtuanya baru saja dari tempat wisata.
Karena masih masa pandemi, mereka berwisata ke tempat wisata dalam kota.
Sebagaimana kesenangan Dhimas, mereka pergi ke Monumen Tugu Muda. Monumen Tugu
Muda dibuat untuk mengenang jasa pahlawan sehingga Kota Semarang terbebas dari
penjajah. Di sekeliling Tugu Muda ada kolam dan air mancur. Dhimas paling suka
berswafoto dengan latar belakang air mancur. Apalagi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> sore itu cuaca cerah
sehingga air mancur dinyalakan. Di sana juga ada taman untuk tempat bermain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah menunggu beberapa lama, Dhimas pulang dengan
membawa sepuluh buah putu bumbung. Mereka menikmati putu bumbung yang masih
hangat.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYTdjh9YwrdBZs3Py1jR2ntZ6efskbFIvsngh61qUuj-SV3wrGMhMcevXnTm-uMdAP8x-v5P02lOkEWcmApuSwcnJJSX8pbm3ukERZmfrH29X1llV0WfUVVsM2kAiWhTBw5Sb1xsPj-oQ1SvACNmy7m_2ZmZ08mTwybOW-qXH45vediUz1NwjrWlk5/s4160/20220403_092540.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYTdjh9YwrdBZs3Py1jR2ntZ6efskbFIvsngh61qUuj-SV3wrGMhMcevXnTm-uMdAP8x-v5P02lOkEWcmApuSwcnJJSX8pbm3ukERZmfrH29X1llV0WfUVVsM2kAiWhTBw5Sb1xsPj-oQ1SvACNmy7m_2ZmZ08mTwybOW-qXH45vediUz1NwjrWlk5/s320/20220403_092540.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi: Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika cuaca tidak hujan, Dhimas dan Alvin bermain
sepeda. Hal ini untuk menghindari rasa bosan karena pembelajaran sekolah masih
berlangsung di rumah secara daring. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Dhimas, maskermu mana?” tanya Alvin saat Dhimas
sudah sampai di depan pagar rumahnya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Malas pakai masker, ribet. Ayo</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> kita segera bermain
sepeda. Mumpung tidak hujan,” ungkap Dhimas langsung mengayuh sepedanya dengan
kencang. Alvin selalu gagal setiap kali meminta sahabatnya itu memakai masker. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mereka bersepeda mengitari taman. Selain bersepeda
ada anak-anak yang duduk-duduk menikmati bunga-bunga yang sedang mekar. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Saat mereka sedang asyik bersepeda, tiba-tiba
seseorang memanggil Dhimas dari samping. Ternyata beliau Pak Lurah.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Dhimas, berapa kali Bapak minta agar kamu memakai
masker,” tegur Pak Lurah. “Sekarang masih pandemi. Pemakaian masker berguna
agar kita tidak terpapar atau memaparkan virus COVID-19,” jelas Pak Lurah
berulang kali, tetapi Dhimas tetap memandel.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Walaupun di luar jam kerja, Pak Lurah mengelilingi daerahnya.
Beliau menindak warganya yang tidak mengikuti protokol kesehatan, di antaranya
tidak memakai masker saat keluar rumah. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dhimas hanya senyum-senyum. Setelah itu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> dia mengerti apa yang
harus dilakukan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Seperti biasa, bagi siapa saja yang melanggar
protokol kesehatan diminta menyanyikan lagu perjuangan. Selain sebagai hukuman,
juga agar cinta tanah air. Dhimas menyanyikan lagu “Garuda Pancasila”. <i>Garuda
Pancasila. Akulah pendukungmu. Patriot proklamasi. Satria berkorban untukmu….</i></span><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><i> </i></span></p><div class="separator" style="clear: both; font-style: italic; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLDzAcdYHfquoHuxvg5hHRrfG6r7wbfEd6YfM-A2caghWXZXNtk-1OzWWHlHCw2XEQQU45VRSi8xtMOX6-jYLIqF5z7bXJjm3QVSU1uOBoKnZVfXN1d4Nv6rQu8L_mN8tGEFuo2TSonIzPWznQQf0i5UrU54HBlCoSqu-jspBl-IYIt2B8rhbVYZiz/s3354/20220403_092728.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2659" data-original-width="3354" height="254" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLDzAcdYHfquoHuxvg5hHRrfG6r7wbfEd6YfM-A2caghWXZXNtk-1OzWWHlHCw2XEQQU45VRSi8xtMOX6-jYLIqF5z7bXJjm3QVSU1uOBoKnZVfXN1d4Nv6rQu8L_mN8tGEFuo2TSonIzPWznQQf0i5UrU54HBlCoSqu-jspBl-IYIt2B8rhbVYZiz/s320/20220403_092728.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anak-anak yang menonton pun bersorak-sorai. Mereka
bertepuk tangan begitu Dhimas selesai menyanyikan lagu “Garuda Pancasila”.
Wajah Dhimas merah padam karena malu. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Namun,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Dhimas tidak jera. Dia sudah berkali-kali terkena hukuman karena tidak memakai
masker</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <span lang="EN-US">kemudian diminta
menyanyikan lagu perjuangan. <o:p></o:p></span></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suatu sore</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
<span lang="EN-US">Dhimas kembali menemui Alvin untuk bersepeda. Kali ini ada
yang berbeda dari Alvin. Alvin memakai masker motif batik. Warnanya kombinasi
hijau dan kuning.<o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Alvin, maskermu baru</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ya</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">?</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">B</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">agus, gambarnya lawang
sewu,” tukas Dhimas tertarik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku membeli di tempat Pak Tikno. Pak Tikno menjual
masker batik dengan gambar-gambar ciri khas Kota Semarang. Selain lawang sewu,
ada juga gambar tugu muda, warak, burung blekok, gereja blenduk, dan buah asam.
Warnanya pun beragam,” jelas Alvin. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Wah, ada gambar tugu muda dan warak. Antarkan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> aku</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ke Pak Tikno!” pinta
Dhimas penuh semangat. Dhimas buru-buru masuk mengambil uang. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ayo.” Tentu saja Alvin senang. Temannya itu akan
memakai masker. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah mengambil uang, Dhimas dan Alvin pergi ke
rumah Pak Tikno. Rumah Pak Tikno di gang sebelah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejak di-PHK dari perusahaan konveksi, Pak Tikno
menjual masker kain batik dengan gambar ciri khas Kota Semarang. Selain untuk
menghidupi keluarganya, beliau ingin anak-anak bersemangat memakai masker saat
keluar rumah. Masker yang dibuat terdiri dari dua lapis kain</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Namun,
Pak Tikno tetap mengingatkan untuk
memakai 2 lapis masker. Masker buatannya yang unik digunakan di sebelah luar.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjICQIUb3-HKVYnBAREiBPUV4aGGcN3sRq0bVeYV5YF9Y5w6D4ZAbqpLbbSqw9yAZsFSOl9BKxtETU_s9UCp2oIA0gc8clYSmqY1R8__j8AnMPnTfLKwlHIS240CXRiiCIw-yWgMAmJRUZPoGPTdztl2JjIrcMs_GILYb92rKlGS2Y7gMIESsYCVdsw/s3926/20220403_092855.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1871" data-original-width="3926" height="153" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjICQIUb3-HKVYnBAREiBPUV4aGGcN3sRq0bVeYV5YF9Y5w6D4ZAbqpLbbSqw9yAZsFSOl9BKxtETU_s9UCp2oIA0gc8clYSmqY1R8__j8AnMPnTfLKwlHIS240CXRiiCIw-yWgMAmJRUZPoGPTdztl2JjIrcMs_GILYb92rKlGS2Y7gMIESsYCVdsw/s320/20220403_092855.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dhimas membeli masker batik dengan gambar tugu muda
dan warak, warna kesukaannya, merah dan putih. Sore itu dia memakai masker
gambar tugu muda. Dia berjanji akan mengoleksi masker batik berciri Kota
Semarang yang dibuat Pak Tikno. Ternyata</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">,</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
tidak hanya Dhimas dan Alvin, anak-anak lain juga senang membeli masker di
tempat Pak Tikno. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kini tidak terdengar lagi ada anak menyanyikan lagu perjuangan.
Semua tertib mengikuti protokol kesehatan. Pak Lurah pun senang semua warganya
menaati peraturan. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36.0pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold;">Cerita anak ini pernah dimuat di majalah Bobo, 24 Maret 2022<o:p></o:p></span></i></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><br /></span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-47778540755970251022022-03-23T22:09:00.000-07:002022-03-23T22:09:59.579-07:00Misteri Es Puter<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8Mz3OLFWqQZbK53KRN8jIb1yut756QwEzR35sAlI0v9_cS1rRvoHPQMfGvTM5bWWtOk2aJoqqWCdeXhjj3iO7hMSVVKXlKhlw_42t6hqvekRWTq0havZGiYqduaynBaYxveVqKTypR_rHlnNHDUeue1K28GuvdBodv92qBzWUF-buWltbBnCEtB63/s4096/20220318_133406.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2421" data-original-width="4096" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8Mz3OLFWqQZbK53KRN8jIb1yut756QwEzR35sAlI0v9_cS1rRvoHPQMfGvTM5bWWtOk2aJoqqWCdeXhjj3iO7hMSVVKXlKhlw_42t6hqvekRWTq0havZGiYqduaynBaYxveVqKTypR_rHlnNHDUeue1K28GuvdBodv92qBzWUF-buWltbBnCEtB63/s320/20220318_133406.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anak-anak Panti Asuhan Taman Bunga ingin membuat es
puter. Kebetulan, pohon mangga di halaman rumah panti sedang berbuah. Mereka
ingin membuat es puter dari jus mangga. Mereka tahu cara membuatnya karena Kak
Wawan pernah mengajari mereka. Kak Wawan adalah salah satu relawan yang sering
membagikan ilmunya kepada anak-anak panti. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Panti
Asuhan Taman Bunga itu diasuh oleh Eyang Noto. Rumah Eyang Noto disumbangkan
untuk menjadi panti asuhan anak-anak yatim piatu. Eyang Noto punya seorang cucu
bernama Adit. Rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari panti asuhan. Itu
sebabnya Adit sering sekali bermain di
panti asuhan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Suatu
sore, seperti biasa Adit datang ke panti asuhan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Teman-teman,
aku sudah tahu, lo, cara membuat es puter dari jus mangga!” ujar Adit pada teman-temannya
di panti. “Pertama, bikin dulu jusnya dan masukkan di kantung plastik. Lalu,
ambil kantung plastik yang lebih besar dan isi es batu berukuran kecil-kecil.
Kantung plastik berisi jus mangga lalu dimasukkan ke kantung yang lebih besar
itu. Lalu dikocok-kocok hingga jus itu menjadi es puter,” kata Adit. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah,
hebat, kamu tahu cara bikin es puter, Dit. Padahal, waktu Kak Wawan datang ke
panti, kamu tidak hadir,” ungkap Hening, salah satu anak panti.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Eyang
yang mengajari aku cara membuat es puter,” jawab Adit. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kalau
begitu, kita praktik bikin es puter sama-sama, yuk! Persediaan mangga di
panti ini kan, cukup banyak,” kata Hening.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkgyBxX3o_8B1BaapXVsxJr-Ibk9prCcFVnDC4IY8-9O4vDYOj-klVr9c2qQPHKJercZXrntCx43eAVXEZD0T-lWm4OYCnL-Tn80P0nTA_nQZc2yhrnvhD6PtjEmH0Y_uAeBZsYojYSBnBBHr58LwjoNwQqvKco5GHO_RsPgY9uI1yg0GRUtUYZUuV/s4160/20220318_130255.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkgyBxX3o_8B1BaapXVsxJr-Ibk9prCcFVnDC4IY8-9O4vDYOj-klVr9c2qQPHKJercZXrntCx43eAVXEZD0T-lWm4OYCnL-Tn80P0nTA_nQZc2yhrnvhD6PtjEmH0Y_uAeBZsYojYSBnBBHr58LwjoNwQqvKco5GHO_RsPgY9uI1yg0GRUtUYZUuV/s320/20220318_130255.jpg" width="240" /></a></div> ilustrasi: Bobo<p></p><p>
<span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; text-align: justify;">Mereka lalu mengikuti cara yang diajarkan Kak Wawan.
Caranya, mirip dengan yang ditunjukkan Adit tadi. Setelah jus mereka jadi,
mereka memasukkannya ke kantung plastik masing-masing. Lalu, dimasukkan lagi ke
kantung berisi es batu yang kecil-kecil. Mereka meletakkan di atas wadah besar
di atas meja.</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sambil
menunggu jus itu benar-benar membeku dan padat, mereka bersih-bersih rumah. Setelah bersih-bersih rumah selesai, Adit megambil jus mangga yang sudah
menjadi es puter di meja. Ia lalu menemui Eyang di paviliun sebelah panti.
Anak-anak panti yang lain, menikmati es puter mereka masing-masing di ruang
makan. Namun, ada sesuatu yang aneh.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Lho,
mengapa jus di kantung ini tidak membeku?” ungkap Tiwi ketika akan mengambil es
puter di wadah. Di wadah itu, tersisa dua kantung es puter. Yang satu membeku
sempurna. Yang satu masih cair seperti jus mangga. Anak-anak yang lain heran.Tentu saja Tiwi memilih kantung berisi
jus mangga yang sudah membeku menjadi es puter. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kasihan
Kak Laras, kebagian yang masih cair,” ungkap Hening yang membuatkan es puter
untuk Kak Laras. Kak Laras adalah penghuni panti paling besar di antara mereka
dan sudah kuliah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak lama, Kak Laras pulang.
Walaupun jus itu tidak menjadi es puter, Kak Laras minum dengan senang hati. Ia
tampak kelelahan. Jus mangga itu sebagai pelepas dahaga. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; text-align: justify;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; text-align: justify;">Ternyata,
kejadian itu terulang lagi. Padahal, mereka sudah mengikuti cara membuat es
puter dengan benar.</span></p><p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6YdgB5LyQt0SXrQUvcq_xAM9vAxoHwp_adR_syDQanJmTDP2RlvyuCh-Ln7QxFMcJwJTo7Y8NMmla8wHOZ5_xjNpFMk9Ldv-vSFE6D8Q6lIb_hHnkas99cHY9k-1Eed2QnJgPv6BQKj93FQW87GM34eoYewVYLekL4I60RM4Gum6qwSYiRMwcJN2b/s2987/20220318_130546.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2549" data-original-width="2987" height="273" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6YdgB5LyQt0SXrQUvcq_xAM9vAxoHwp_adR_syDQanJmTDP2RlvyuCh-Ln7QxFMcJwJTo7Y8NMmla8wHOZ5_xjNpFMk9Ldv-vSFE6D8Q6lIb_hHnkas99cHY9k-1Eed2QnJgPv6BQKj93FQW87GM34eoYewVYLekL4I60RM4Gum6qwSYiRMwcJN2b/s320/20220318_130546.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi: Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Jangan-jangan,
ini ulah almarhumah Reva. Saat di panti dulu, dia tidak boleh minum es karena punya
penyakit asma,” ungkap Tiwi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku takut, nih,” kata Hening yang
tinggal di panti itu setelah Reva meninggal. Hening dianggap sebagai pengganti Reva di
panti itu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Orang
meninggal tidak bisa hidup lagi. Kalian tidak usah takut. Lagi pula, Reva
meninggal di rumah pamannya, karena terpapar virus COVID-19,” jelas Kak Laras menenangkan mereka.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Meski
Kak Laras menghibur, para penghuni panti yang lain takut, terlebih Hening dan
Tiwi. Maklumlah, keduanya sebaya dengan almarhumah Rava. Semua bertanya-tanya,
mengapa selalu ada satu bungkus jus mangga yang gagal menjadi es puter. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Suatu
ketika, Kak Laras menyarankan supaya melabeli kantung plastik bagian bawah sesuai
nama pemiliknya. Dengan demikian, akan terlihat milik siapa yang tidak menjadi
es puter. Mereka pun menerima saran itu.<o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sore
ini, selesai bersih-bersih, anak-anak panti mengambil es puter di meja makan. Kali
ini ada yang berbeda karena diberi label nama masing-masing. Hening yang
terakhir mengambil kantung es puter di wadah. Ia memeriksa dua kantung jus
mangga yang tersisa di wadah.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixxfXOboZd8ymUIJ4WEJfhRBGIcn9-DyCVKKt0-IdcDbl-B2GLKqmOunA5WDgPNCw86OP4nG-60Blz8YlsoNTFhsQIzEjsJAbrZFcld43I_3J1ffLn3Zg6SVHyQ18k5VYSJJ22HUf27Gw0FvUxv0y6zO4PtX74gTxNhCFuBNKdqWWJcru5jhXJLUmT/s3883/20220318_130859.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1790" data-original-width="3883" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixxfXOboZd8ymUIJ4WEJfhRBGIcn9-DyCVKKt0-IdcDbl-B2GLKqmOunA5WDgPNCw86OP4nG-60Blz8YlsoNTFhsQIzEjsJAbrZFcld43I_3J1ffLn3Zg6SVHyQ18k5VYSJJ22HUf27Gw0FvUxv0y6zO4PtX74gTxNhCFuBNKdqWWJcru5jhXJLUmT/s320/20220318_130859.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mengapa kantung yang ada namaku tidak ada, ya? Yang
satu ini punya Kak Laras. Yang satu lagi, tanpa nama dan masih cair. Gagal jadi
es puter,” kata Hening.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Setelah
berpikir sebentar, Hening jadi teringat pada Adit. Ia lalu pergi ke paviliun. Tiwi
ikut mengantar. Tampak Adit masih makan es puter sambil membaca komik. Hening
meminta Adit memeriksa kantung es puternya. Ternyata benar, ada label
bertuliskan nama Hening di kantung itu. Adit memang tidak tahu, jika setiap
kantung diberi nama pemiliknya. Adit sendiri tidak memberi nama di kantung jus
mangganya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hening akhirnya
bercerita tentang jus mangga yang tetap cair walau diberi es. Hening meminta Adit
menjelaskan cara membuat es puter miliknya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhchmBn0HRXqBBLJm0enbCD-gYm86f-RauCcvq7tcNCbR41phgcUdCj704fY4s1zOAGAdBU9zgPsHLUkOEpNqy_tnKq7TczIv9Ks3L-HDmMMxi9obZQl3KNSHuU_zq7alRFhcviJCXpd91wsq6GdiXjwOYTUedYk65-n2y4ZlMrKkQVA6IABUXVbN0V/s2674/20220318_130746.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2287" data-original-width="2674" height="274" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhchmBn0HRXqBBLJm0enbCD-gYm86f-RauCcvq7tcNCbR41phgcUdCj704fY4s1zOAGAdBU9zgPsHLUkOEpNqy_tnKq7TczIv9Ks3L-HDmMMxi9obZQl3KNSHuU_zq7alRFhcviJCXpd91wsq6GdiXjwOYTUedYk65-n2y4ZlMrKkQVA6IABUXVbN0V/s320/20220318_130746.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi: Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Jus mangga aku masukkan ke kantung plastik ini.
Lalu, aku masukkan di kantung plastik besar yang telah aku isi es ukuran kecil-kecil.
Lalu, aku tutup perekatnya dan kukocok-kocok. Begitu kata Eyang. Kalian juga
pakai cara begitu, kan?” jelas Adit.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hening
dan Tiwi saling pandang dan tertawa.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Es
batunya tidak kamu campur garam, Dit?” tanya Hening.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Masa
bikin es puter pakai garam?” tanya adit heran.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hening
kini mengerti mengapa selalu ada jus mangga yang tidak membeku.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Garam membuat
jus menjadi dingin, makanya bisa menjadi beku. Kalau begitu, jus mangga yang
tidak bisa menjadi es puter itu milikmu,” jelas Hening. Mereka tertawa tergelak.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Adit baru
tahu sekarang. Ia cengar-cengir sambil meminta maaf. Sejak itu, tidak satu pun
di antara mereka gagal membuat es puter, termasuk Adit.<o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerita
anak ini pernah terbit di majalah Bobo, 17 Maret 2022<o:p></o:p></span></i></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><p>
</p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-27718063726691739182022-02-20T01:31:00.000-08:002022-02-20T01:31:33.497-08:00Lumpia Spesial Naila dan Tifa<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEizu1LwoJtzNr8VAzYKjVeu9gimDkH_4JZ3jEamDWZTB07Dk4xjxGpiVcTtcJZ6Yc3waHpeXcYLFnb8iD9MGsn-e76VoskU0mKgDZ_6ZNXqgTEYgAhx_z-0RLxMWZK6y67VTwoy2YB8zpQhh62vl4dRVb3QygdTXOK3YRGnivMhAEQDgGIQld5SMGCW=s746" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="746" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEizu1LwoJtzNr8VAzYKjVeu9gimDkH_4JZ3jEamDWZTB07Dk4xjxGpiVcTtcJZ6Yc3waHpeXcYLFnb8iD9MGsn-e76VoskU0mKgDZ_6ZNXqgTEYgAhx_z-0RLxMWZK6y67VTwoy2YB8zpQhh62vl4dRVb3QygdTXOK3YRGnivMhAEQDgGIQld5SMGCW=s320" width="309" /></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Naila,
kamu mau ke mana?” tanya Tifa saat duduk di teras. Dia melihat Naila <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berjalan melewati rumahnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Aku akan ke pasar untuk membeli
kulit lumpia,” jawab Naila. Naila lalu melanjutkan berjalan menuju pasar. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dengan dibantu ibunya, Naila
berjualan lumpia. Naila menjajakan lumpia goreng di kampung-kampung pada sore
hari. Terkadang dia juga mendapat pesanan untuk hajatan. Dari penjualan itu,
Naila <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mendapatkan uang jajan, sekaligus ia
juga membantu orangtuanya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Lumpia adalah makanan khas Kota
Semarang. Isinya terbuat dari bahan utama rebung. Lumpia perpaduan makanan dari
Tionghoa dan Jawa. Di banyak tempat dijumpai pedagang lumpia. Termasuk juga di perkampungan-perkampungan
seperti Naila menjual lumpia. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tiba-tiba, Tifa mendapat ide. Dia
juga ingin membantu orangtuanya sekaligus mendapatkan uang saku sendiri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tifa langsung menemui ibunya dan
menceritakan idenya itu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ibu setuju. Nanti ibu bantu. Tapi,
kamu mesti bilang dulu sama Naila. Semoga dia juga setuju,” saran ibu. Tifa
manggut-manggut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Keesokan hari, Tifa berkunjung ke
rumah Naila. Dia mengutarakan maksudnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Nai, kamu kan membeli kulit lumpia
di pasar. Bagaimana kalau kulit lumpia aku yang buat? Kamu tinggal pesan berapa
yang kamu inginkan. Oya, kulit lumpia yang akan aku buat lunak, tidak keras seperti
yang kamu beli di pasar, tetapi harganya sama. Dengan demikian, kamu juga bisa
menjual lumpia basah,” tutur Tifa. Lumpia basah adalah kulit lumpia diisi
rebung lalu digulung, tanpa digoreng.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Wah, senang sekali. Aku bilang
ibuku dulu ya,” tukas Naila lalu ke dalam menemui ibunya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak
lama kemudian. “Ibuku setuju. Ibu bilang langsung pesan 25 lembar,” kata Naila.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Keesokan hari dengan dibantu ibunya,
Tifa membuat kulit lumpia. Dia membuat sejumlah pesanan yang diminta Naila.
Setelah jadi dia segera menyetorkan ke rumah Naila. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sore hari Tifa datang lagi ke rumah
Naila.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Nai, aku bantu kamu berjualan,
ya?” tawar Tifa bersemangat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tentu saja Naila senang. Keduanya lalu
menjajakan lumpia goreng dan basah. “Lumpia spesial... lumpia spesial...harga
tetap, Rp 3 ribu...”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Apanya yang spesial, Nai?” tanya
seorang pelanggan saat akan membeli.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Kulitnya tidak keras, Bu. Tifa yang
buat. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Makanya</i> saya sekarang juga
menjual lumpia basah,” jelas Naila. Tifa senyum-senyum.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Kalian sungguh kreatif,” ungkap ibu
itu lalu membeli lumpia goreng dan lumpia basah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sore itu, lumpia goreng dan lumpia
basah terjual laris. Banyak yang membeli lumpia goreng sekaligus lumpia basah. Naila
dan Tifa senang, selain membantu orangtua, mereka juga ikut melestarikan budaya
dan cinta bangsa. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerita
ini pernah terbit di Nusantara Bertutur, Minggu 20 Februari 2022<o:p></o:p></span></i></p><br /><p></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-20809624138505257052022-01-20T18:28:00.000-08:002022-01-20T18:28:25.760-08:00Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEilI2t8oWK_8XS_k9kNYFskjqf9BAj77YNbcSroFAXCKm2u5QdNDXt_W-Ei91C9uFd1zg1OdgXOUAz09nkgRQJS3MQg_BsjxmW3TRZ16GGMqKzbpZzqZSXlzqOuTwsufcukl16GLR5wO3WzYBrFQzLr05RwIoM12tkzE245TGufBGBIsV_GIc0ibpAt=s4160" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEilI2t8oWK_8XS_k9kNYFskjqf9BAj77YNbcSroFAXCKm2u5QdNDXt_W-Ei91C9uFd1zg1OdgXOUAz09nkgRQJS3MQg_BsjxmW3TRZ16GGMqKzbpZzqZSXlzqOuTwsufcukl16GLR5wO3WzYBrFQzLr05RwIoM12tkzE245TGufBGBIsV_GIc0ibpAt=s320" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">Aloon-Aloon MAS dari depan</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">(Foto: Iis Soekandar)</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span><span> </span><span> </span>Apa
kabar, teman-teman? Semoga semua sehat. Lama tidak tamasya. Pandemi selama
hampir dua tahun telah membatasi aktivitas ke luar. Termasuk bertamasya. Di
samping itu tempat-tempat wisata juga ditutup. Seiring keadaan yang semakin
membaik, pemerintah membuka
tempat-tempat wisata. Kita pun bisa bertamasya. Tapi jangan lupa, prokes tetap
dijalankan dengan tertib. Bagaimanapun pandemi belum berakhir. Dengan demikian,
kita tetap dapat bersenang-senang; badan kita tetap sehat.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tamasya saya kali ini ke Aloon-Aloon
Masjid Agung Semarang. Sebagai warga Semarang, saya merasa ini tempat wisata
baru. Sebelumnya tempat ini berubah menjadi pasar. Namanya pasar Ya`ik. Di sana
ada pedagang pakaian, kacamata, jam, makanan, minuman, obat-obatan, dan
kebutuhan-kebutuhan lain. Tanpa sedikit pun memberikan ruang untuk publik. Suatu
saat terjadi kebakaran. Setelah tempat ini dibangun, difungsikan sebagaimana
aslinya, sebagai alun-alun. Sangat berbeda dari sebelumnya yang penuh dengan
pedagang dan kotor.<o:p></o:p></span></p></div><p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiUyCsjG6kAYbi0x_x21BE7lsr02ZmVepkUMrvAvx2yUOIrrRmPf9jOXyUkJv2QzeKt8nBEyO_b5-Pmu811ev-C5e5-QoSG1MrepO9wU9nqTRV58fp1LUpP_tZNXnCi6FMtAUUsx9w4eHMcyXa_kRgZ3ahUNP4TmTrQJmLt0NliBZeRFZgAaYBGxM57=s4160" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4160" data-original-width="3120" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiUyCsjG6kAYbi0x_x21BE7lsr02ZmVepkUMrvAvx2yUOIrrRmPf9jOXyUkJv2QzeKt8nBEyO_b5-Pmu811ev-C5e5-QoSG1MrepO9wU9nqTRV58fp1LUpP_tZNXnCi6FMtAUUsx9w4eHMcyXa_kRgZ3ahUNP4TmTrQJmLt0NliBZeRFZgAaYBGxM57=s320" width="240" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">salah satu spot foto</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">(Foto: Iis Soekandar)</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span><span> </span><span> </span>Tempat
ini dibuka untuk umum sebagai alun-alun bersamaan dengan diresmikannya Pasar Johar
yang juga dibangun kembali karena kebakaran. Peresmian dilakukan oleh Bapak Presiden
pada tanggal 5 Januari 2022 lalu. Pasar Johar terletak di belakang alun-alun.
Sedangkan di sebalah kanan alun-alun ada Pasar Kanjengan. Kedua pasar ini
sama-sama selesai dibangun. Ada akses menuju kedua pasar tersebut dari
alun-alun. Sambil menyelam minum air, teman-teman bisa bertamasya kemudian
sekalian berbelanja. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang
terletak di Jalan Pemuda, Kecamatan Semarang Tengah. Sesuai namanya alun-alun
berada di depan Masji Agung Semarang. Itu sebabnya teman-teman tidak perlu
khawatir jika tiba waktunya salat. Teman-teman hanya berjalan beberapa langkah
untuk menunaikan ibadah di masjid. Tidak jauh dari Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang,
terdapat tempat wisata Kota Lama, berjarak sekitar 300 meter. Jadi, setelah ke
alun-alun, teman-teman bisa sekalian ke Kota Lama atau sebaliknya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgzmegBmaR3B4qcsrAnIyDIiXYrP6kSgWebUzsbDnxtSyngY3PE9DYHI_y5kLyt1zDTVxzjvYRtV3qr3uUyhEUhQbdfvq8CdUu-Za7m0KViBJnnwabPTIiUoGYQ4KSjpF1NhBUUu1DNjDTZJdlpCTQkKDR0sMpar3nmr8PR_xS7ObPCBDmSwzWUBj-h=s4160" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgzmegBmaR3B4qcsrAnIyDIiXYrP6kSgWebUzsbDnxtSyngY3PE9DYHI_y5kLyt1zDTVxzjvYRtV3qr3uUyhEUhQbdfvq8CdUu-Za7m0KViBJnnwabPTIiUoGYQ4KSjpF1NhBUUu1DNjDTZJdlpCTQkKDR0sMpar3nmr8PR_xS7ObPCBDmSwzWUBj-h=s320" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div> tangga menuju ke lapangan<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> (Foto: Iis Soekandar)</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jalan
menuju ke alun-alun mudah dijangkau. Banyak angkutan umum yang melewatinya. Ada
angkutan daihatsu berwarna oranye dari arah Mangkang, Manyaran, dan Genuk. Atau
naik bus Trans Semarang turun di halte terdekat. Di area alun-alun juga
dibangun halte bus Trans Semarang. Sampai dengan tulisan ini saya tulis, belum
ada bus trans yang masuk. Ketika saya bertanya kepada pihak yang berkompeten,
dia menjawab menunggu peresmian dari pihak armada Trans Semarang. Semoga pihak
Trans Semarang segera meresmikan halte tersebut agar semakin banyak angkutan
menuju ke alun-alun.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjmLpA3q-heGrwfHfBgbMtB862KrOdQD_cMHQGEq6IAAc5rDqT16db7ypqWpV5q7uvPpSRJh94jioMvWwXOKSV9L-tK2uLiJH6VUKjQmD5PvShLqilydP9waPhiaa-Mx_mnkdNBgXmt57sFA7i3oYSXFBFx6pfo6uDaqFo-b4BprqJroBMNMlnKTOdd=s4160" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjmLpA3q-heGrwfHfBgbMtB862KrOdQD_cMHQGEq6IAAc5rDqT16db7ypqWpV5q7uvPpSRJh94jioMvWwXOKSV9L-tK2uLiJH6VUKjQmD5PvShLqilydP9waPhiaa-Mx_mnkdNBgXmt57sFA7i3oYSXFBFx6pfo6uDaqFo-b4BprqJroBMNMlnKTOdd=s320" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">halte yang telah disediakan di alun-alun</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">(Foto: Iis Soekandar)</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Alun-alun
ini tidak hanya lapangan luas, yang terletak di atas, tetapi juga tempat santai
yang terletak di bawah. Ada banyak spot-spot foto. Sebagai area publik, tempat
ini juga dilengkapi tempat parkir yang terletak di bawah tanah, baik untuk roda
dua maupun roda empat. Toilet untuk buang air pun sudah tersedia di area tempat
parkir. Jadi, teman-teman tidak perlu risau jika berada di alun-alun tiba-tiba
ingin buang air. Hanya, toilet yang terletak di alun-alun bagian belakang belum
berfungsi karena belum ada airnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgsiqtY7ECBMRv_aMi1oZcuw1DScqlFnK80GlJQXUxRYb2HBaD8TykF21ypG1C9jVMdEiViIEzcwSFzDLFN8Qu0D-r9VX0dFThIoCaDKGg5xOhHkNQcNKIezu2iSoQXlRkAvI3BT_EcYgc8syvAJVNtAWDo3CTQEOZH-_yzDhaMVopfzHkPBsG1iwVj=s4160" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgsiqtY7ECBMRv_aMi1oZcuw1DScqlFnK80GlJQXUxRYb2HBaD8TykF21ypG1C9jVMdEiViIEzcwSFzDLFN8Qu0D-r9VX0dFThIoCaDKGg5xOhHkNQcNKIezu2iSoQXlRkAvI3BT_EcYgc8syvAJVNtAWDo3CTQEOZH-_yzDhaMVopfzHkPBsG1iwVj=s320" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">tempat parkir di bawah tanah</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">(Foto: Iis Soekandar)</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
lebih menggairahkan masyarakat mengunjunginya, takmir masjid mengadakan acara
senam pada setiap hari Minggu pagi. Bagi teman-teman yang berada di Kota Semarang
dapat memanfaatkan kesempatan ini. Selain untuk menjaga kesehatan juga refreshing.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiSpe4grMy29f-pbHclRYjnYO2r54Zd9LTvP89UBUP_EGE5ojjI5jNh5ldtifwnwT8x3XfRxy0NrVYNgPTX2sm4z9-b9TU_I7lxVsZXjU0DAvolREHjJl-JVZvvB9map10lprVl6aBraKMeMPOvtUbTNgAbX-Sh01UcC7gt-h5HrPfWeaUx_1Ixn4hu=s4160" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiSpe4grMy29f-pbHclRYjnYO2r54Zd9LTvP89UBUP_EGE5ojjI5jNh5ldtifwnwT8x3XfRxy0NrVYNgPTX2sm4z9-b9TU_I7lxVsZXjU0DAvolREHjJl-JVZvvB9map10lprVl6aBraKMeMPOvtUbTNgAbX-Sh01UcC7gt-h5HrPfWeaUx_1Ixn4hu=s320" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">kegiatan senam pada Minggu pagi</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">(Foto: Iis Soekandar)</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sebagai
tempat yang dikunjungi masyarakat umum, teman-teman tidak perlu khawatir
mencari makanan dan minuman. Banyak pedagang makanan dan minuman di sekitar
alun-alun. Ada pedagang nasi, minuman, bakso, mi ayam, gilo-gilo yang segar dengan
buah-buahannya, juga aneka makanan cepat saji yang kini marak, seperti tempura
dan sosis yang diolah dengan dibakar. Terlebih jika hari Minggu, banyak para
pedagang yang menjajakan dagangannya. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dengan dibukanya alun-alun, selain
bermanfaat bagi pemgunjung, tentu juga memberi nilai tambah bagi masyarakat
pedagang. Mengembalikan ekonomi yang terpuruk karena pandemi dan memberi lahan
bagi pedagang baru memulai usaha. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Semoga tulisan ini bermanfaat,
sampai jumpa pada tamasya saya berikutnya!<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /> <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"></div></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-60884374503068023712022-01-05T22:17:00.000-08:002022-01-05T22:17:10.411-08:00Ketika Ruli Rindu Bi Siti<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjY05YTFeFRhxTrg1ooYHiEyqKbfazc7ZGABvEjRkSFS5YnOsyGx6HUZbHJihjHdKd9M7FYrlz4o7IsmA94hD_JAjPdU4WJMkpZWzK5qC1WXUbPLqPYt-vXw2ZdY_4EebPHGdf84wA9GEmAJtquSNnDbDiWZ_g_erELJpXRWv0I-7p3RQaYrJMlzZ0M=s4160" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3120" data-original-width="4160" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjY05YTFeFRhxTrg1ooYHiEyqKbfazc7ZGABvEjRkSFS5YnOsyGx6HUZbHJihjHdKd9M7FYrlz4o7IsmA94hD_JAjPdU4WJMkpZWzK5qC1WXUbPLqPYt-vXw2ZdY_4EebPHGdf84wA9GEmAJtquSNnDbDiWZ_g_erELJpXRWv0I-7p3RQaYrJMlzZ0M=s320" width="320" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sore
itu Ruli sedang membersihkan kebun. Disapunya sampah-sampah dengan sapu ijuk.
Kebun yang asri itu bunga-bunganya sedang bermekaran. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ada
paket, buat kamu, Rul,” kata bundanya sambil membawa bungkusan ke kebun
belakang rumah. Bungkusan itu lalu diletakkan di atas meja yang ada di kebun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya, Bun,” jawab Ruli sambil
menyapu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kemudian, Bundanya kembali masuk ke
rumah. Setelah kebun bersih dari sampah-sampah, Ruli mencuci tangan dan menghampiri
bungkusan itu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah, ini apem comal dari Bi Siti.
Asyik ...” ungkap Ruli senang. Ruli langsung membuka bungkusnya dan menikmati
apem comal.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Begitulah Ruli jika rindu Bi Siti.
Dia memesan apem comal, makanan khas daerah Comal, Pemalang, Jawa Tengah,
tempat tinggal Bi Siti. Kemarin Ruli meminta Bundanya mentrasfer uang sesuai
harga apem comal ditambah ongkos kirim kepada Bi Siti.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi1kRRjb6OCvbL3NSG4cDaoJRRjAXbo21HYno0TlL28yPSpC6KHqHdkWwanw7DwR9IKK7YZ-et4BKQQ-YbM_hLnNtgyYtXmHK1b4jhxeELKgaAnfC1NCRY1c_F47DV5PQme515s7TAOgJiQ7qZEw7brGBEis8AklQ-Xt8AHbo5my8JMK2f-FLr4IHMl=s4096" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2225" data-original-width="4096" height="174" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi1kRRjb6OCvbL3NSG4cDaoJRRjAXbo21HYno0TlL28yPSpC6KHqHdkWwanw7DwR9IKK7YZ-et4BKQQ-YbM_hLnNtgyYtXmHK1b4jhxeELKgaAnfC1NCRY1c_F47DV5PQme515s7TAOgJiQ7qZEw7brGBEis8AklQ-Xt8AHbo5my8JMK2f-FLr4IHMl=s320" width="320" /></a></div> ilustrasi dari Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Bi
Siti pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga Ruli. Setiap kali kembali
dari desa, Bi Siti selalu membawa apem comal. Sayang, pandemi melanda negeri
ini. Bi Siti diminta pulang ke desa oleh suami dan anaknya. Mereka khawatir Bi
Siti ikut terpapar virus. Sebagai gantinya, Ruli membantu bunda mengerjakan
pekerjaan rumah, di antaranya membersihkan kebun. Setiap hari, Ruli di rumah
karena pembelajaran daring. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kini, kalau ingin makan apem comal,
Ruli harus memesan pada Bi Siti. Sekaligus untuk mengobati rindu kepada Bi Siti.
Apem comal rasanya gurih dan manis. Bahan utamanya dari santan, tepung beras,
dan gula merah. Warnanya merah kecoklatan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ruli, kamu makan apa?” tanya Kakeknya
lalu duduk di sebelahnya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ini, Kek, apem comal. Ayo, Kek,
sekalian makan!” jawab Ruli sambil makan dengan lahap. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kakek pun mengambil apem comal dan
menikmatinya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu ingin melihat duplikat apem comal?
Besok malam Kakek beri tahu,” ungkap kakek. Tentu saja Ruli penasaran.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Memangnya ada duplikat apem comal? Kenapa
mesti menunggu besok malam, Kek?” ulang Ruli. Kakek tetap tidak menjelaskan
karena sengaja membuat cucunya itu penasaran. Ruli disuruh menunggu besok
malam.<o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hari berikutnya, Ruli menagih Kakek
agar memperlihatkan duplikat apem comal seperti janjinya. Malam itu, Kakeknya meminta Ruli ke kebun belakang
rumah. Kebun itu hanya ditanami tanaman-tanaman berbunga sehingga dapat melihat
langit dengan lapang. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu lihat ke langit!” pinta Kakeknya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah, bulannya bundar, warnanya
merah kecoklatan. O iya, malam ini sedang terjadi gerhana bulan,” ungkap Ruli
baru teringat. Beberapa hari lalu gurunya mengatakan bahwa malam ini ada
gerhana bulan. Untuk itu, para murid diminta menyaksikannya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgRhmVtCTWA3xe4tIAlB23FDB6S3MR5P4eaHvNZ64O-suo0CIOmb7hBXPxsuECieGxHLx4v_EsE2oiFH0BzmPHE-P-Nib6F50VQSOfKr_kIRF1nrmyfX1RfsHZIT_02uG4A_K5vziwhk0W1OTDGsTVzkAjRc219bAYO9k8jtyPpwQhWq_IllcrR5dLb=s3572" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3572" data-original-width="2664" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgRhmVtCTWA3xe4tIAlB23FDB6S3MR5P4eaHvNZ64O-suo0CIOmb7hBXPxsuECieGxHLx4v_EsE2oiFH0BzmPHE-P-Nib6F50VQSOfKr_kIRF1nrmyfX1RfsHZIT_02uG4A_K5vziwhk0W1OTDGsTVzkAjRc219bAYO9k8jtyPpwQhWq_IllcrR5dLb=s320" width="239" /></a></div> ilustrasi dari Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bulat, merah
kecoklatan seperti apem comal, kan,” jelas kakek.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Benar, Kek, bulat sempurna,
warnanya merah kecoklatan, seperti apem comal. Padahal, biasanya bulan purnama
warnanya putih,” tutur Ruli yang takjub melihat gerhana bulan total.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu tahu, mengapa terjadi gerhana
bulan? Itu karena raksasa jahat bernama Betara Kala memakan bulan. Makanya,
masyarakat pada zaman dulu diminta menabuh lesung padi. Lesung padi sebagai
jelmaan jasad Betara Kala agar raksasa jahat itu memuntahkan bulan,” cerita
kakeknya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Itu mitos, Kek,” sanggah Ruli.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Masa?”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhQsjqnljmcZOdjkVYgjvTQGsDyS-M9l06DYxnioavOJUzHwo1OmZhTgwbZbU9qRn9ARv6EjISH1nHCzYHhMlC_220jf6hbxekaTBCJvsM36kvq1wvc1FzxvFyuLnvgyH2HI5L_Sekqnz1IwLEJ3aurThNrCY5AGBYjsF2zNFCwEg5BUwrb95cy4xTB=s3051" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2474" data-original-width="3051" height="259" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhQsjqnljmcZOdjkVYgjvTQGsDyS-M9l06DYxnioavOJUzHwo1OmZhTgwbZbU9qRn9ARv6EjISH1nHCzYHhMlC_220jf6hbxekaTBCJvsM36kvq1wvc1FzxvFyuLnvgyH2HI5L_Sekqnz1IwLEJ3aurThNrCY5AGBYjsF2zNFCwEg5BUwrb95cy4xTB=s320" width="320" /></a></div> ilustrasi dari Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Gerhana
bulan terjadi karena matahari, bumi, dan bulan terletak pada satu garis lurus. Gerhana
bulan kali ini, jarak bulan paling dekat dari bumi. Makanya, bulan yang kita
lihat sekarang lebih besar dari biasanya. Ini gerhana bulan istimewa,” jelas
Ruli.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah, cucu Kakek pandai,” ungkap Kakek.
<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kemudian,
Ruli menjelaskan dengan ilmu pengetahuan yang dia peroleh dari sekolahnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Orangtua Kakek dulu tidak punya biaya
untuk menyekolahkan Kakek. Makanya, sekolah Kakek hanya sampai kelas 2 SD,”
cerita kakek.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Syukurlah, sekarang ada sekolah
gratis sampai 12 tahun. Omong-omong, apem comal dari Bi Siti masih dua buah,
Kek. Tadi Ruli simpan di kulkas. Ruli ambil dulu, nanti kita makan bersama,”
ajak Ruli.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka pun menikmati apem comal
sambil melihat gerhana bulan. <o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerpen
ini pernah terbit di majalah Bobo, 30 Desember 2021<o:p></o:p></span></i></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-50402231258327844782021-12-29T20:11:00.001-08:002021-12-29T20:11:44.848-08:00Hikmah Pandemi<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg0E8Vo-Tuy64knh-RTDXRmtTd3W4kLlGg2r64YKfz-SoGnKaWlv-voFwZ-Mpp_XqkdDrdrob_WYM97SU5v377y4wcMb28-6foAtAsJNCXN2-560-91yNKBiOMBMdwxDUyW6S4oWgMMesA4mCyIhkQP1wFp3EUA9jEzL5UD1xkMZFx0aVYge3iR-lOa=s4096" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2663" data-original-width="4096" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEg0E8Vo-Tuy64knh-RTDXRmtTd3W4kLlGg2r64YKfz-SoGnKaWlv-voFwZ-Mpp_XqkdDrdrob_WYM97SU5v377y4wcMb28-6foAtAsJNCXN2-560-91yNKBiOMBMdwxDUyW6S4oWgMMesA4mCyIhkQP1wFp3EUA9jEzL5UD1xkMZFx0aVYge3iR-lOa=s320" width="320" /></a></div> delapan karya di majalah Bobo<p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak
terasa Desember 2021 hampir selesai. Baru saya sadari ketika beberapa hari lalu
membaca sebuah tulisan di surat kabar. Penulis mengungkapkan kesan dan
pengalamannya sepanjang tahun 2021. Ternyata sudah di penghujung tahun. Setiap
orang pasti punya kesan dalam hidupnya, begitupun saya. Hidup adalah
pembelajaran; merenungi dan mengambil hikmah saat kegagalan terjadi; memacu
untuk bisa bertambah maju saat keberhasilan berpihak. Keduanya sebagai modal menapaki
hari depan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pandemi hampir dua tahun. Tahun lalu
saya merasakan kehidupan dan kebiasaan baru adanya pandemi. Kegiatan yang
biasanya saya lakukan di luar, berubah menjadi lebih banyak saya lakukan di
dalam rumah. Prokes begitu ketat. Jika meleng, virus tak kasatmata siap memapar
dan mengarantina. Bahkan jika nahas berpisah selamanya dengan orang-orang dekat
dan handai tolan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Seiring waktu berjalan, hal-hal baru
itu menjadi kebiasaan. Keluar rumah menutup sebagian wajah dengan masker
bukanlah sebuah gangguan. Selain menjaga kesehatan, ternyata melindungi dari
terik matahari dan debu polusi. Menjaga jarak tidak lagi hal aneh walaupun
dalam sebuah perjamuan. Di samping makanan tak dibagikan di tempat, menghindari
bergunjing karena waktu pertemuan dibatasi. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pandemi
tahun kedua juga memberikan hikmah positif, terutama dalam kegiatan menulis.
Saya punya banyak waktu menulis dan membaca. Ada sepuluh karya yang terbit
sepanjang tahun 2021 dari dua media. Delapan di majalah Bobo dan dua di koran
Kedaulatan Rakyat. Semua masih seputar cerita anak. Biasanya cerita yang saya
buat mengandung pendidikan karakter juga kearifan lokal. Proses setiap karya dari
pengalaman membaca, jalan-jalan, terkadang juga harus riset. Setiap karya
berharap dipublikasikan, itu sebabnya tidak boeh memberikan informasi salah. <o:p></o:p></span></p> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiH5mNghW9AvQQZ-Rm1gg-zq89NH3SmUIVoizQ7Grt__gpSOtfVSjVR_WRFp_f6BnVmsc1C9Kc5JvI_Au1QS1PBKzLxK4pxt0a_qtWRIjiy2rL4HzOWbFXAOGO2W3Q8HWfQ-ZtSpeOvtUEVOhgJ6btPUxEuZYJvDSr_njQq9N3X-3PIq34ZDJ4oU5qt=s1920" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1920" data-original-width="1920" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiH5mNghW9AvQQZ-Rm1gg-zq89NH3SmUIVoizQ7Grt__gpSOtfVSjVR_WRFp_f6BnVmsc1C9Kc5JvI_Au1QS1PBKzLxK4pxt0a_qtWRIjiy2rL4HzOWbFXAOGO2W3Q8HWfQ-ZtSpeOvtUEVOhgJ6btPUxEuZYJvDSr_njQq9N3X-3PIq34ZDJ4oU5qt=s320" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">dua karya di koran Kedaulatan Rakyat</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Begitu
pun dalam kegiatan membaca. Saya semakin banyak kesempatan membaca buku-buku cerita
dewasa, baik kumpulan cerpen maupun novel. Dan berharap pada masanya nanti
mendapat kesempatan menerbitkan cerita-cerita dewasa, sebagaimana teman-teman yang
telah sukses. Ada banyak hal yang bisa ditulis dari pengalaman hidup
sehari-hari. Tidak hanya menjadi cerita anak, cerita dewasa juga asyik untuk
ditulis. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menulis
kegiatan yang menyenangkan. Berlama-lama menulis berarti berlama-lama dalam
kesenangan. Banyak media yang tidak lagi memberikan ruang untuk cerita anak
sementara kegiatan menulis menjadi kebutuhan. Saya menampungnya dalam kegiatan
menulis novel anak. Yah, sekarang selain menulis cerita pendek saya juga
menulis novel anak. Entah ke mana novel itu kelak akan bermuara. Yang pasti
saya percaya tidak ada yang percuma di dunia ini. Sebagaimana dulu tidak ada
media yang menerima karya saya, tetapi tahun ini terbit sepuluh buah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Satu
sisi menjaga kebahagiaan dan berpikir positif di tengah pandemi yang masih
melanda adalah hal penting. Konon, kebahagiaan dan berpikir positif dapat
menyembuhkan penyakit hingga delapan puluh persen. Untuk kemudian benar-benar
sehat. Jika badan sehat menulis pun menjadi lancar. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Semoga
kelancaran menulis menghasilkan pula kelancaran terbit karya di banyak media.
Tidak hanya cerita anak, tetapi juga cerita dewasa; cerpen maupun novel. Amin.
Sukses juga untuk teman-teman.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-3398998807922016452021-11-25T01:13:00.000-08:002021-11-25T01:13:30.398-08:00Koleksi Skuter Adi <p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhFjWaBJ-r4NGvErBd_Zzts0KKrF86lxqENIOt1eF15F1XGNBwBcHFz70sqm0CBKFPbCTvHZcD22MNBOm5Bt5KN9CWh6tDx3yJfMwnizfAVP9Gqw8ZWJh0-XB8bF-7kB6OVFzTNDo6vjM/s2048/20211125_131208.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhFjWaBJ-r4NGvErBd_Zzts0KKrF86lxqENIOt1eF15F1XGNBwBcHFz70sqm0CBKFPbCTvHZcD22MNBOm5Bt5KN9CWh6tDx3yJfMwnizfAVP9Gqw8ZWJh0-XB8bF-7kB6OVFzTNDo6vjM/s320/20211125_131208.jpg" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tin!
Tin! Tin! Terdengar bunyi klakson skuter Adi. Skuter atau otoped merah itu
terus melaju. Setiap kali skuter itu melambat, Adi kembali mengentakkan kaki
kanannya beberapa kali ke tanah. Setelah itu, kaki kanannya naik lagi ke atas
bilah tempat kaki. Skuter pun kembali melaju cepat. Kedua tangan Adi memegang setang
agar seimbang. Sesekali ia membunyikan klakson. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adi memang suka bermain skuter. Ia punya
beberapa koleksi skuter. Ada yang remnya di atas roda, ada juga yang di sebelah
setang. Ada yang berwarna merah, biru, hitam, dan krem. Biasanya Adi
mengendarai skuter yang memiliki keranjang di depan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bila haus, Adi tinggal mengambil botol minuman
di keranjang itu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Suatu sore, Adi menunggu Bagas datang.
Bagas juga suka bermain skuter, tetapi ia hanya punya satu skuter. Mereka
selalu bermain di halaman rumah Adi yang luas. Di sisi kiri, kanan, dan
belakang rumah Adi, terdapat tanah kosong. Sehingga mereka bisa mengitari rumah
dengan leluasa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Di, sudah menunggu lama ya?” sapa Bagas
yang datang dengan skuternya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Lumayan! Ayo, kita langsung main!” ajak
Adi tak sabar, sambil membuka pintu pagar. Ia ingin segera kebut-kebutan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mereka bermain skuter bersama. Terkadang
Bagas berada di depan, lalu Adi berusaha mengejar. Adi pun berada di depan. Gantian,
Bagas berusaha mengejar. Sesekali mereka melaju beriringan. Bunyi klakson
terdengar berkali-kali. Suasana menjadi semakin seru. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ketika mereka sedang asyik bermain,
tiba-tiba Dika datang. Dika tetangga mereka juga. Dari luar pagar halaman, Dika
senang melihat Adi dan Bagas bermain skuter. Sayangnya, Dika tidak punya
skuter. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Setelah lama bermain, Adi dan Bagas
kelelahan dan kehausan. Mereka berhenti sejenak untuk minum dan istirahat. Dika
yang awalnya hanya menonton, lama kelamaan tak tahan lagi ingin mencoba bermain
skuter juga. <o:p></o:p></span></p> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqYVH1xbCTzKRzjW5XbCGV26WQs4KoY25cpOihxA-gXdaIh3GhrrTvR6EhUT-qt-fRJ_FVMYbKS9RzQjCsXwrlM1F1mEy9TSh062uTAO1apuDqiC59L6kLz3I5e6YxQ_xk4qDRPKU6RFc/s2048/20211125_131324.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1710" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqYVH1xbCTzKRzjW5XbCGV26WQs4KoY25cpOihxA-gXdaIh3GhrrTvR6EhUT-qt-fRJ_FVMYbKS9RzQjCsXwrlM1F1mEy9TSh062uTAO1apuDqiC59L6kLz3I5e6YxQ_xk4qDRPKU6RFc/s320/20211125_131324.jpg" width="267" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Adi ... Mmm, apa aku boleh... mencoba
skutermu sebentar?” pinta Dika.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pakai skutermu sendiri saja. Kenapa
pinjam skuterku!” omel Adi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku tidak punya skuter,” jawab Dika
sedih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Beli sendiri, seperti aku. Minta pada ayahmu,”
sambung Bagas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kata ayahku, belum punya uang untuk
beli skuter,” kata Dika lagi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mendengar jawaban Dika, Adi jadi tidak tega.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kalau begitu, masuklah! Nanti aku
pinjamkan sekuterku,” kata Adi, lalu mengambil
skuter lain dari garasi. Ia lalu meminjamkannya kepada Dika. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kini mereka bermain bertiga. Tidak tidak
hari mulai petang. Bagas dan Dika pamit. Dika sangat berterima kasih pada Adi
karena telah dipinjami skuter. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Suatu sore seperti biasa, Adi bermain skuter. Ia mengitari rumah sambil
menunggu Bagas. Namun, hingga pukul setengah lima Bagas tidak datang. Kemarin
sore, Bagas juga tidak bermain skuter di rumahnya. Beberapa saat kemudian asisten
rumah tangganya lewat. Adi segera memanggilnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mbak Irah! Mbak Irah! Bagas ke mana, ya? Dua
hari ini dia tidak kelihatan,” tanya Adi. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bagas pergi berlibur ke rumah kakek
neneknya di desa sejak Sabtu kemarin. Nanti malam baru pulang. Papanya beli
mobil baru. Jadi, rencananya mereka akan jalan-jalan setiap akhir minggu,” jelas
Mbak Bi Irah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Adi manggut-manggut sedih. Ia meletakkkan
skuternya begitu saja di halaman, lalu duduk di teras. Wajahnya terlihat sedih. Ia
punya banyak skuter. Namun, tidak seru bila bermain sendiri. Adi tidak punya
kakak atau adik. Ia anak tunggal. Itu sebabnya, ia sering kesepian bila tidak
ada teman bermain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sekolah Bagas memang libur pada
hari Sabtu. Sekarang, keluarga Bagas punya mobil baru. Kakek dan Nenek Bagas
tinggal di desa. Jangan-jangan, Bagas akan
ke luar kota setiap akhir pekan,” pikir Adi sedih.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGUC-0UinQTioVIV3Z8n4weEt-EQDIolK2UrzW-BPdU09yhD0F8ah0gs6IojdNN131HIL9l6x6vF8ooFfgTGq-FVF4GZNb5NZVWn6cdkABfklJVBMZIMT349Bb5Z_lUQlrbljCBN2n6hw/s2048/20211125_131422.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGUC-0UinQTioVIV3Z8n4weEt-EQDIolK2UrzW-BPdU09yhD0F8ah0gs6IojdNN131HIL9l6x6vF8ooFfgTGq-FVF4GZNb5NZVWn6cdkABfklJVBMZIMT349Bb5Z_lUQlrbljCBN2n6hw/s320/20211125_131422.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi: Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tiba-tiba
Adi ingat Dika. Sore itu juga, Adi datang ke rumah Dika. Adi ingin mengajaknya
bermain skuter. Saat Adi tiba, Dika sedang bermain bersama Fiki, adiknya yang
berusia tiga tahun. Mereka sedang bermain petak umpet.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Eeeh, Adi! Ada apa, Di?” tanya Dika
heran. Dika agak malu karena rumahnya sangat
sederhana. Berbeda dengan rumah Adi yang besar dan megah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu kenapa tidak bermain ke rumahku
lagi, Dika?” tanya Adi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku tidak punya skuter,” jawab Dika.
“Aku malu kalau pinjam skuter kamu lagi. waktu itu, aku pinjam karena sudah
ingin sekali mencoba main skuter.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tidak usah malu, Dika. Ayo, main ke
rumahku. Ajak saja Fiki sekalian. Aku masih simpan skuter roda empat yang aku
pakai waktu aku masih balita. Ada musiknya juga. Skuter itu cocok buat Fiki.
Fiki pasti senang,” jelas Adi. Fiki yang mendengar pun senang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka pun bergegas ke rumah Adi. Kini
tidak hanya Adi dan Dika, Fiki juga setiap sore bermain skuter di tempat Adi. Kini
Adi mengerti bahwa berbagi itu membuat hati menjadi bahagia<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cernak ini pernah terbit di majalah
Bobo, 18 November 2021<o:p></o:p></span></i></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /> <o:p></o:p></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-84862573681680563392021-11-18T22:05:00.000-08:002021-11-18T22:05:32.704-08:00Kegigihan Pak Suryana<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj03lNFZc0IuiNQKielq1GqUpieHKrab9t3BjgRNHs-S_Xq025vq-MxG5o46G-TND1MVpvWNU8t6WG6ELC4yU6xJpdqbu7T8gtUDhZXP1J6S0sYN94FO9aXAeWu82vHTyd8XZ1u0dWWcz0/s2048/20211016_105742.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj03lNFZc0IuiNQKielq1GqUpieHKrab9t3BjgRNHs-S_Xq025vq-MxG5o46G-TND1MVpvWNU8t6WG6ELC4yU6xJpdqbu7T8gtUDhZXP1J6S0sYN94FO9aXAeWu82vHTyd8XZ1u0dWWcz0/s320/20211016_105742.jpg" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Pak Suryana tinggal di Kota Sidomaju. Beberapa hari
lalu, toko kelontongnya yang berada di pasar terbakar. Semua barangnya ludes
dimakan api. Dia bingung tidak mempunyai pekerjaan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pak Suryana tidak mempunyai ijazah dan
keterampilan apapun untuk bekerja di kantor. Hanya berdagang yang bisa dia
lakukan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Akan tetapi, Pak Suryana tidak berdiam
diri. Pak Suryana mencari sesuatu untuk dibaca. Dengan banyak membaca, biasanya
dia mendapatkan ide-ide cemerlang. Dia membaca-baca surat kabar dan majalah yang
dulu pernah dibeli. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>"Pak
Suryana, mengapa malah sibuk membaca? Mengapa tidak mencari pekerjaan?” tanya
Pak Dadang kepada Pak Suryana yang sedang membaca majalah di teras rumah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pak Suryana mengenal Pak Dadang di
pasar tempatnya berdagang dulu. Toko kain milik Pak Dadang juga terbakar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>"Ke mana aku harus mencari pekerjaan
untuk mendapatkan uang? Aku tidak punya keahlian apa-apa sebagai pegawai
kantor. Bekerja sebagai kuli angkut juga tidak mungkin, karena semua toko di
pasar kan terbakar!"<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>"Apakah
mencari uang harus punya keahlian? Dengan meminta belas kasihan orang lain, aku
mendapatkan uang. Mereka iba karena aku sedang terkena musibah kebakaran,"
jawab Pak Dadang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>"Aku
tidak mau meminta-minta. Pergilah kalau kau ingin meminta belas kasihan orang
lain," jawab Pak Suryana, lalu melanjutkan membaca. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihrk3Jy0N_eUFWWp7nWqBvwL45jGbjP2Jb-e-so7D0VSJyz2CfdgqYxWKFZwa_JZ8XoaHbiyir_XmwqiK6aYUaZVT0gUZyWjMNlUFLrjXCnW4bodmqrOilz6gr4Sj-biGiwIHsP4IQgrk/s2048/20211016_105331.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1825" data-original-width="2048" height="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihrk3Jy0N_eUFWWp7nWqBvwL45jGbjP2Jb-e-so7D0VSJyz2CfdgqYxWKFZwa_JZ8XoaHbiyir_XmwqiK6aYUaZVT0gUZyWjMNlUFLrjXCnW4bodmqrOilz6gr4Sj-biGiwIHsP4IQgrk/s320/20211016_105331.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-size: 12pt; text-align: justify;"> ilustrasi: Bobo</span></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pak Suryana masih memiliki
persediaan uang. Dia yakin, sebelum uangnya habis, dia pasti mendapatkan
ide-ide untuk memperoleh pekerjaan. Pak Dadang pun pergi dengan memakai pakaian
compang-camping agar dikasihani orang lain. <o:p></o:p></span></p><p></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Setelah
membaca banyak majalah dan surat kabar, Pak Suryana menemukan ide. Keesokan
harinya, setelah berpamitan dengan istri dan anaknya, Pak Suryana pergi. Dengan
sisa uangnya, Pak Suryana mendatangi seorang penjahit. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> "Pak,
apakah aku boleh membeli kain perca di sini?" tanya Pak Suryana kepada
pemilik penjahit itu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
“Mengapa Bapak membeli kain perca?” tanya penjahit itu ingin tahu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Pak
Suryana menceritakan tokonya yang terbakar. Sekarang, dia tidak punya
pekerjaan. Dia akan membuka usaha dengan memanfaatkan kain perca untuk membuat
kerajinan tangan. Kain perca harganya jauh lebih murah dibanding kain meteran.
Mendengar cerita Pak Suryana, penjahitit itu merasa iba. Ia senang Pak Suryana
tidak berputus asa dan akan membuka usaha.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">"Kalau
begitu Bapak tidak usah membeli. Silakan ambil semua kain percaku! Kain itu
sisa dari kain pelangganku dan tidak terpakai. Kalau kain perca itu nanti habis,
jangan segan datang lagi kemari. Pasti kain percaku sudah terkumpul kembali,"
jelas penjahit.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentu
saja Pak Suryana senang mendengarnya. Pak Suryana pun mengambil semua kain
perca yang ada. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sampai
di rumah, Pak Suryana membuat pola. Pak Suryana menemukan ide membuat sepatu
bayi berbahan kain perca. Lalu dipotonglah kain-kain itu sesuai pola. Pak
Suryana memotong kain satu motif. Kadang dia memadukan dua motif yang serasi. Jika
kebetulan kainnya polos, Pak Suryana memberi hiasan kancing-kancing di atasnya.
Atau menempel motif bunga dari kain lain. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
memotong alas dan kerudungnya, dijahitlah dengan tangan bagian pinggir hingga
menjadi sepatu bayi. Dengan dibantu istrinya, Pak Suryana membuat sepatu bayi
sampai semua kain perca habis.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdXIV4tbNuZ8yk9fmZry9z5sDWWaVohdhWupvQlf7LR6rhLxSn39zJ8vhWY4eidMML04IyCpAXAf0wzz4y58Q6f0T3L0Sbt1z1JtMNHehSIE5w2smQnjB8pvcrm5Q1TeyYVX4BGmWsp98/s2048/20211016_105538.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1348" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdXIV4tbNuZ8yk9fmZry9z5sDWWaVohdhWupvQlf7LR6rhLxSn39zJ8vhWY4eidMML04IyCpAXAf0wzz4y58Q6f0T3L0Sbt1z1JtMNHehSIE5w2smQnjB8pvcrm5Q1TeyYVX4BGmWsp98/s320/20211016_105538.jpg" width="211" /></a></div> ilustrasi: Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
jadi sepuluh pasang sepatu, istrinya menjajakan di pinggir jalan raya. Pak Suryana
kembali meminta kain perca pada penjahit, lalu membuatnya menjadi sepatu bayi
lagi. Begitu hingga berkali-kali. Ternyata, sepatu bayi buatan Pak Suryana
banyak yang suka. Di samping motif dan modelnya lucu-lucu, harganya pun murah
bila dibanding yang dijual di toko.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena
usahanya dari hari ke hari semakin maju, lambat laun Pak Suryana dapat membeli
mesin jahit. Kini, Pak Suryana tidak lagi menjahit dengan tangan. Karena
pesanan dari hari ke hari banyak, Pak Suryana membeli kain meteran. Tidak hanya
itu, Pak Suryana juga menolong teman-temannya menjadi karyawannya. Mereka tidak
lagi meminta-minta seperti dulu. Berkat kegigihannya, Pak Suryana memiliki toko
khusus menjual aneka sepatu bayi dengan model dan motif yang lucu-lucu. <o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: center; text-indent: 24.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-align: justify; text-indent: 24.0pt; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-char-indent-count: 2.0; text-indent: 24.0pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cernak ini pernah
terbit di majalah Bobo, 14 Oktober 2021<o:p></o:p></span></i></p><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-26770650768304808332021-10-15T05:47:00.000-07:002021-10-15T05:47:30.554-07:00Tiktik dan Kuskus<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh32eEWHi6cpTsB4f9-iN0aYo0YJJKfENXmDYuQ8ELEcJ1m1CxtvCI8ziv7naFOqPDqcygJoW1C1l1-pLyhnz3rNcuBj-XTlWJLvf1zEP0wwkAUEl6FK7hjQ_YIi03fSQv2N0HZwgAOYgA/s2048/20211015_072622.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh32eEWHi6cpTsB4f9-iN0aYo0YJJKfENXmDYuQ8ELEcJ1m1CxtvCI8ziv7naFOqPDqcygJoW1C1l1-pLyhnz3rNcuBj-XTlWJLvf1zEP0wwkAUEl6FK7hjQ_YIi03fSQv2N0HZwgAOYgA/s320/20211015_072622.jpg" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span><span> </span>Tiktik
dan Kukus adalah jenis tikus rumah yang selalu rukun. Tubuh mereka kecil dan
berbulu hitam. Ekor mereka panjang. Mereka seringkali bermain dan mencari makan
bersama. Jika salah satu dari mereka tidak mendapatkan makanan, yang satunya
pasti akan berbagi. Mereka juga saling memberi tahu jika menemukan sumber
makanan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mereka
biasa tinggal di dekat tempat-tempat sampah. Terutama di sekitar tong sampah
keluarga Ruly. Keluarga Ruly sering membuang sisa-sisa makanan yang rasanya
enak bagi Tiktik dan Kuskus.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jika
suasana sepi, mereka juga masuk di rumah-rumah orang lain.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Enak ya nasinya. Cuma makan nasi
dengan bumbu sudah enak. Bumbunya pedas, manis, seperti banyak rempahnya,” ungkap
Tiktik sambil melahapi sisa-sisa nasi di kotak kardus. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sementara
Kuskus makan nasi di kotak kardus lain. Kuskus tak kalah lahap menghabiskan
makanannya. Kardus-kardus itu bergambar rumah Minangkabau.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ini namanya nasi spesial. Hm, ini
apa, ya? Wah, ternyata daging. Aku dapat daging!” sorak Kuskus senang sekali.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Oya? Kamu beruntung sekali. Tadi
aku cuma makan nasi, bumbu, dan sayur,” jawab Tiktik setengah iri. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Mau cicip? Ini aku bagi,” ujar
Kuskus. “Nih!” Tanpa berpikir panjang Kuskus memberi sebagian daging yang masih
tersisa. Dipotongnya daging secuil itu dengan giginya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tiktik langsung menyantap daging
pemberian Kuskus. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Wah, dagingnya rasanya juga enak,
banyak bumbunya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Saat sedang asyik makan...<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bruk!<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Terdengar bunyi mengejutkan. Mereka langsung
melompat sembunyi di balik sampah-sampah lain. Ternyata, mama Ruly baru saja
membuang kulit nangka muda dan sampah bahan-bahan makanan lain. Setelah keadaan
aman, Tiktik dan kuskus melanjutkan makan lagi hingga selesai. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Selesai makan mereka bermain petak
umpet. Terkadang Tiktik bersembunyi di balik tong sampah, lalu Kuskus mencari.
Begitupun sebaliknya. Siang hari manusia sibuk bekerja. Mereka bebas bermain
petak umpet. Kebetulan tong sampah milik keluarga Ruly bersebelahan dengan
tetangga sebelahnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tidak lama, mereka melihat Ruly
pulang sekolah, dijemput mamanya. Mama Ruly lalu pergi lagi. Ruly terlihat
membawa bungkusan. Tiktik dan Kuskus mencium aroma roti yang lezat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMM4lXqco63H_NylmmCwk-xCX8OUfdnHcZBow0UIdknHY4btB1qmf08yu6-aRe_cHof4gJQ9NkmvgkEsVGmtXEyln8oRdKRcTZpB-KtphqmK2P-R90uDXgbFgqcs_g_ShdYwUL7nzkaI0/s2048/20211015_072656.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMM4lXqco63H_NylmmCwk-xCX8OUfdnHcZBow0UIdknHY4btB1qmf08yu6-aRe_cHof4gJQ9NkmvgkEsVGmtXEyln8oRdKRcTZpB-KtphqmK2P-R90uDXgbFgqcs_g_ShdYwUL7nzkaI0/s320/20211015_072656.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi: majalah Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ayo,
kita masuk rumah Ruly. Siapa tahu dapat sisa roti!” ajak Kuskus.<o:p></o:p></span></p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mana mungkin kita masuk ke rumahnya.
Lihat, pintu rumahnya langsung ditutup begitu Ruly masuk,” jelas Tiktik.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kita tidak lewat pintu depan, nanti
ketahuan. Tapi lewat selokan,” saran Kuskus.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Baiklah,” jawab Tiktik dengan bersemangat.
<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Keduanya langsung berjalan masuk selokan.
Selokan itu menghubungkan saluran depan dengan bagian belakang rumah Ruly. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah aroma rotinya lezat. Ruly
berada di dalam kamarnya. Rotinya sisa enggak ya?” tukas Tiktik. Mereka sudah
berada di dapur.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Walaupun rotinya tidak tersisa,
kita bisa melumati bungkusnya,” kata Kuskus. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tiba-tiba...<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku pesan isi stroberi, malah
diberi isi keju!” ungkap Ruly jengkel.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Asyik, kita dapat bagian roti isi
keju. Aku dengar, baru saja Ruly membuang rotinya di tong sampah kamarnya,”
ungkap Tiktik senang.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tapi kita harus berhati-hati masuk
kamarnya,” cegah Kuskus. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ruly, buang makanan di tong sampah
belakang. Jangan di kamar, nanti kamarmu banyak semut dan binatang lain,” tegur Mbak Sum yang lewat di depan
kamar Ruly, sambil mengepel lantai.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Malas keluar kamar, Mbak,” ungkap Ruly
malas-malasan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setelah
itu, Ruly tertidur. Akhir-akhir ini, mama sering membantu toko kelontong papa.
Jika toko kelontong papanya banyak pembeli, mama selalu membantu. Begitulah
Ruly kalau tidak ada mamanya. Ia sering makan di kamar dan tidak mau membuang
sampahnya di luar kamar.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dengan mengendap-endap, Tiktik dan
Kuskus berhasil masuk di kamar Ruly, lalu melompat masuk ke dalamnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah, enak ya, makan roti keju,”
ungkap Titik sambil menikmati roti berisi keju berbentuk bulat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya, roti enak begini Ruly tidak mau,” kata
Kuskus.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tidak terasa, mereka makan sisa roti
dan telah habis. Kini, kedua tikus itu keluar kamar dengan berhati-hati. Mereka
melewat selokan menuju ke luar rumah. Kemudian mereka kembali ke dekat tong
sampah. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfHlme4CoIdr_Jt_H-1DTZLTPN4urawWiL3GhGd-zxI-QjXEjX3kZVoGwBdzQ5NldXCrNaAapja4-7FSYmCbNq8GeJJF51CO6eEbdoTdfvrSk0ZJ458z_AVezHKanLHvXcsWUYGZEDDa8/s2048/20211015_072848.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1449" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfHlme4CoIdr_Jt_H-1DTZLTPN4urawWiL3GhGd-zxI-QjXEjX3kZVoGwBdzQ5NldXCrNaAapja4-7FSYmCbNq8GeJJF51CO6eEbdoTdfvrSk0ZJ458z_AVezHKanLHvXcsWUYGZEDDa8/s320/20211015_072848.jpg" width="226" /></a></div>ilustrasi: majalah Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suatu
saat, seperti biasa Tiktik dan Kuskus masuk kamar Ruly mencari sampah makanan.
Ketika mereka sedang mengais makanan di keranjang sampah, Ruly bangun dari tidurnya karena akan ke kamar mandi. Ketika
melihat sesuatu bergerak di keranjang sampahnya dan terdengar bunyi
ciiiit....ciiit...<o:p></o:p></span></p><div>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Toloooong... toloooong... ada
tikuuuus....!” Ruly seketika berteriak keras.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Gawat, kita ketahuan. Ayo lari!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Jadi, kamu suka buang makanan di keranjang
sampah kamar?” tanya mamanya kaget ketika ada tikus di kamar Ruly.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ruli terduduk merasa bersalah. Semenjak
itu, Ruly tidak pernah lagi membuang sisa makanan di keranjang sampah kamarnya.
Ia juga rajin membersihkan kamarnya. Tiktik dan Kuskus tidak pernah lagi masuk
kamar Ruly karena tidak ada aroma makanan di dalamnya. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cernak
ini pernah terbit di majalah Bobo, Kamis 7 Oktober 2021<o:p></o:p></span></i></p></div><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-25930251168987651382021-08-04T15:39:00.002-07:002021-08-04T15:47:07.615-07:00Galih dan Baki Sakti<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZXqspFQunRcY2P-v2sl8sUg89e11mSJZOxuEU99aSKoKSIXBzPVimAl-SDzvsT6aZfbLwz2Fpa9JuAq4n78NHzpI5qw1XCxWjW8tAy8ZTJex4koDvW6POxXXzxtToqM_VuV4EYztiIjQ/s743/20210730_091939.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="743" data-original-width="642" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZXqspFQunRcY2P-v2sl8sUg89e11mSJZOxuEU99aSKoKSIXBzPVimAl-SDzvsT6aZfbLwz2Fpa9JuAq4n78NHzpI5qw1XCxWjW8tAy8ZTJex4koDvW6POxXXzxtToqM_VuV4EYztiIjQ/s320/20210730_091939.jpg" width="277" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Sore
itu, Galih disuruh membeli beras oleh ibu di warung. Kebetulan persediaan beras
di rumah habis. Ibu belum sempat pergi ke pasar. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Beli beras tiga kilo, Bu Min!”
pinta Galih. Bu Min, pemilik warung, sedang menimbang gula.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Tunggu sebentar, Galih,” jawab Bu
Min sambil menyelesaikan timbangan gula setengah kilo. Di sebelahnya sudah ada
beberapa bungkus gula pasir ukuran setengah kilo. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Lih, ternyata kamu juga belanja di warung,” sapa Andi di
balik masker wajahnya, tiba-tiba sudah berada di sebelah Galih. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Galih dan Andi teman sekelas. Mereka
sama-sama sedang disuruh ibunya membeli sembako. Galih merasa kebetulan bisa
bertemu dengan teman sekelas sekaligus tetangganya itu. Dia bisa menyampaikan
keluh kesah yang dirasakan wali kelasnya, Bu Ning. Sebagian teman-temannya
tidak mengerjakan tugas, termasuk Andi. Galih sebagai ketua kelas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Tugas-tugasmu sudah selesai, Ndi?” tanya Galih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Masih ada yang kurang,” jawab Andi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Bukankah besok hari Sabtu, saatnya
mengumpulkan tugas-tugas satu minggu?” Galih mengingatkan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ah, tenang,” jawab Andi santai.
Galih geleng-geleng kepala.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Setelah mendapatkan beras tiga kilo
dan membayar, Galih pergi. Sedangkan Andi masih menunggu Bu Min menimbang beras
pesanannya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Seminggu lalu ketika Galih mengumpulkan
tugas-tugas di sekolah, Bu Ning mengeluh. Beliau mengatakan bahwa masih ada
teman-teman sekelas Galih yang malas mengerjakan tugas. Mereka ingin Bu Ning
menjelaskan dan menuliskan materi di papan tulis sebagaimana di kelas. Padahal
para orangtua belum menyetujui pembelajaran tatap muka. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Galih baru saja menyelesaikan tugas
sekolah ketika ibu menyuruhnya membersihkan warung. Walaupun belum dipakai lagi
berjualan, setiap hari warung itu dibersihkan. Warung itu terletak di sebelah
rumah. Sejak pandemi bapak tidak berjualan mi ayam di tempat. Para pembeli datang
ke rumah lalu dibawa pulang. Tetapi pembeli tidak seramai dulu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Galih membuka pintu dan jendela warung
agar udaranya segar. Setelah itu mengelap debu yang menempel di meja, kursi, dan
perkakas lain dengan kemucing. Tidak lupa Galih juga mengelap baki bundar yang
sengaja bapak gantung di dinding. Baki itu biasa digunakan bapak bila pembeli
datang berombongan. Tujuannya agar pesanan cepat sampai ke pembeli. Sedangkan
mangkuk, sendok, garpu, dan gelas disimpan di lemari. Setelah itu barulah Galih
menyapu lantai.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ada spidol tertinggal di meja. Pasti
milik Mas Bagas, kakaknya. Warung ini sering menjadi tempat belajar Mas Bagas karena
mejanya panjang dan lebar. Mas Bagas leluasa mengerjakan tugas-tugas sekolah.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Galih menemukan ide. Ia segera
menghubungi wali kelasnya itu melalui android ibu. Begitu mendengar usul Galih,
Bu Ning langsung menyetujui.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pagi itu, Galih, Andi, Lesti, Dewi,
dan Bimo berkumpul di warung mi ayam bapak. Mereka sedang menunggu Bu Ning. Mereka
akan belajar secara tatap muka. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Lih, kenapa baki itu kamu sandarkan
di kotak etalase? Bukankah biasanya kamu gantungkan di dinding?” tanya Andi.
Kotak etalase dulu untuk meletakkan mi dan bahan-bahan mi ayam lain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ini baki sakti,” jelas Galih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tentu saja yang lain penasaran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tidak lama Bu Ning datang dengan mengendarai sepeda
motor. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Anak-anak, hari ini Ibu sengaja
mengajak kalian belajar secara tatap muka. Ibu berterima kasih kepada keluarga
Galih. Keluarga Galih telah menyediakan tempat ini untuk dipakai belajar,”
jelas Bu Ning. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Murid-murid tampak senang. Mereka
rindu sekolah di kelas seperti dulu. Rumah mereka satu lokasi. Bu Ning sengaja mendatangi
anak-anak yang rumahnya berdekatan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sesekali Bu Ning menerangkan,
sesekali menuliskan materi di baki dengan spidol.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ternyata baki itu sebagai pengganti
papan tulis,” tukas Desi dengan lirih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“O ... jadi itu yang kamu bilang
baki sakti?” kata Andi kepada Galih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Iya, selain sebagai tempat
menghidangkan makanan, juga sebagai papan tulis. Maaf, Bu, saya harus
menjelaskan,” ungkap Galih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Tidak apa-apa, Galih. Ibu tidak
kuat membawa papan tulis, anak-anak. Syukurlah, Galih memberikan ide. Jadi
bagaimana, apakah kalian merasa jelas dengan tulisan Ibu di baki?” tanya Bu Ning.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Jelas, Bu,” jawab mereka serempak
dengan senang hati.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tidak hanya dengan Galih, Andi,
Lesti, Desi, dan Bimo, Bu Ning juga mendatangi murid-muridnya yang lain. Bu Ning
meminta salah satu menyediakan baki sebagai pengganti papan tulis. Jika tidak
ada, Bu Ning yang membawa dari rumah. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sejak itu tidak ada lagi anak-anak
yang malas. Mereka rajin mengerjakan tugas-tugas berkat baki sakti, ide dari Galih.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cerpen
ini pernah dimuat di koran Kedaulatan Rakyat, Jumat 30 Juli 2021<o:p></o:p></span></i></p><br /><p></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-24724560053424389762021-08-01T06:57:00.000-07:002021-08-01T06:57:27.443-07:00Suvenir dari Pak Kusumo<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEEWQWuvXw4qJqqfGMbuIP9vmP4SJnhbUnIatvaCACGflwavBvNxWD-3Y6y8g8FUKoYgvsTjI5ABxluXsAKkr5dmFjFVxdc3-W3c5qA4wvoaYccWhm4SqugejlxV9ob-N5rdhKR43XmpE/s2048/20210731_132224.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1621" data-original-width="2048" height="253" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEEWQWuvXw4qJqqfGMbuIP9vmP4SJnhbUnIatvaCACGflwavBvNxWD-3Y6y8g8FUKoYgvsTjI5ABxluXsAKkr5dmFjFVxdc3-W3c5qA4wvoaYccWhm4SqugejlxV9ob-N5rdhKR43XmpE/s320/20210731_132224.jpg" width="320" /></a></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Malam ini mama dan papa menghadiri pesta pernikahan
anak Pak Kusumo. Pak Kusumo adalah teman satu kantor papa. Biasanya setiap ada
pesta pernikahan, Liliana selalu ikut. Tujuannya agar bisa menikmati es krim
sepuasnya. Sayang, besok ada ulangan. Liliana gagal menikmati es krim gratis.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Tumben
Ma, ada pesta pernikahan tidak malam Minggu atau hari Minggu?” tanya Liliana
heran begitu membaca undangannya kemarin. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Baru
sekali itu Liliana membaca undangan pesta pernikahan Jumat malam. Kalau tahu
hajatan hari biasa, pasti sebelumnya Liliana belajar terlebih dahulu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Pak
Kusumo dan istrinya kan orang Jawa. Kebiasaan masyarakat Jawa, setiap akan
hajatan, harus mencari hari baik terlebih dahulu. Agar hajatan berjalan dengan
lancar. Hari baik itu berdasarkan tanggal dan hari lahir kedua calon pengantin.
Nah, pasti setelah dihitung-hitung hari baik jatuh pada Jumat malam,” mama
berusaha menerangkan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;">
</span>“Hm...,” Liliana menghela napas panjang. “Terpaksa enggak bisa makan es
krim gratis,” katanya dalam hati sambil kembali ke kamar.<o:p></o:p></span></p> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzSyx4soKdTjT-qUAEPIskA9uR80JDYYjjNp1L6_LpLr6gxuYKPkdxg-vpJOBVQ2T6ZGkb7ICVJhegpsgyY3KgCIITwvWJZPCBywoqwHsTaNsfl9K06hvqCMyydoabuyQyLuscdwGZWws/s2048/20210731_131807.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzSyx4soKdTjT-qUAEPIskA9uR80JDYYjjNp1L6_LpLr6gxuYKPkdxg-vpJOBVQ2T6ZGkb7ICVJhegpsgyY3KgCIITwvWJZPCBywoqwHsTaNsfl9K06hvqCMyydoabuyQyLuscdwGZWws/s320/20210731_131807.jpg" width="240" /></a></div> ilustrasi dari Bobo<p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Es krim termasuk salah satu makanan kesukaan Liliana.
Bila mama membeli es krim, Liliana yang banyak menghabiskan. Ia sering
bertengkar dengan Kak Yesi gara-gara kakaknya itu kebagian sedikit. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Di samping
es krim, dalam pesta pernikahan biasanya dibagikan suvenir. Liliana sudah
mengoleksi banyak suvenir. Suvenir yang sudah dikoleksi antara lain talenan,
kaca untuk berhias, sisir, sepasang sendok dan garpu, serta masih banyak lagi. Liliana
menyimpan koleksinya itu di tempat khusus berbentuk kotak terbuat dari bahan
kayu yang digantung di dinding.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Liliana
sengaja belajar di teras rumah. Kebetulan besok ulangan IPS. Kak Yesi juga suka
mengoleksi suvenir. Jadi, kalau tidak menunggu mama dan papa pulang, suvenir
bisa dimiliki Kak Yesi. Akan tetapi, Kak Yesi terlihat sedang serius belajar di
kamarnya. Mungkin banyak tugas dan ulangan yang harus disiapkan, tebak Liliana
dalam hati.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tidak
lama, bunyi mobil terdengar. Liliana pun sudah bersiap menyambut mama dan papa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Ma, suvenirnya
mana?” pinta Liliana begitu mama turun dari mobil. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Ini,” jawab
mama sambil memberikan suvenir dari dalam tasnya. Mama tahu, pasti karena
Liliana tidak ingin keduluan Kak Yesi.<o:p></o:p></span></p> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHZMuaWmW44bhdHup8w1d9p_KY3oMiYhAQR7LoJgXe0foGfBJV14rl1Fx44sByKALv01W1RG_aHZ06ZSg15vhFiaTQTyO8P_Sl3JZMqmSup7AuR8AG6yYV-ZyJN25nwnHkGhzWWyAgScw/s2048/20210731_131950.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1755" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHZMuaWmW44bhdHup8w1d9p_KY3oMiYhAQR7LoJgXe0foGfBJV14rl1Fx44sByKALv01W1RG_aHZ06ZSg15vhFiaTQTyO8P_Sl3JZMqmSup7AuR8AG6yYV-ZyJN25nwnHkGhzWWyAgScw/s320/20210731_131950.jpg" width="274" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi dari Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Begitu mendapatkan suvenir, Liliana terheran. Ah,
mungkin ini bukan suvenir, tetapi mama sengaja membawakan oleh-oleh untuknya.
Liliana segera menyimpannya di lemari es bagian freezer. Lalu, ia melanjutkan
belajar di kamar. Ia berjanji akan menyantapnya besok sepulang sekolah. Liliana biasanya pulang awal
dibanding Kak Yesi. Dengan demikian, ia makan seorang diri dengan puas.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Keesokan harinya, seperti biasa papa, Kak Yesi,
dan Liliana sarapan bersama.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hm ...
enak nasi gorengnya,” puji papa setelah menyantap beberapa sendok.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya, kali
ini nasi gorengnya tidak kepedasan,” tambah Kak Yesi yang tidak suka pedas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Enak,
pas di lidah,” Liliana pun manggut-manggut. Tiba-tiba, Kak Yesi nyeletuk. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ma, tadi malam suvenirnya apa?” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Es krim, sudah aku habiskan tadi malam,”
potong Liliana berbohong. Tentu tujuannya agar Kak Yesi tidak meminta. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Es krim? Tumben, suvenir pernikahan es
krim,” celetuk Kak Yesi heran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Masa es krim?” mama hampir tersedak. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bukankah suvenirnya handuk pink yang
digulung di cup es krim transparan? Mama tahu karena sudah ada tamu undangan
yang membuka di sana. Isinya handuk kecil yang dilipat-lipat. Sepintas memang
seperti es krim.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Jadi isinya handuk, Ma?” Liliana tak
kalah heran. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Liliana memang tidak membuka tutup
suvenir itu sehingga belum tahu jelas isinya. Apalagi tadi malam ia
tergesa-gesa memasukkan ke lemari pendingin. Mama pun meminta supaya suvenir
yang disimpan di freezer dikeluarkan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwLTbEbXaV9WKUr3GbH0_MgSaYEAZ6CCjNLAu-7pmR3JsturEsI8LsJlXtlS4pVvoi1L4QlTc5jLadGpK36jK0uLqGECppmgYHeAWkR7-2ok9Y8-E-3lnYafHtFBKUdBHaoHC40O0Yc10/s2048/20210731_132048.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1912" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwLTbEbXaV9WKUr3GbH0_MgSaYEAZ6CCjNLAu-7pmR3JsturEsI8LsJlXtlS4pVvoi1L4QlTc5jLadGpK36jK0uLqGECppmgYHeAWkR7-2ok9Y8-E-3lnYafHtFBKUdBHaoHC40O0Yc10/s320/20210731_132048.jpg" width="299" /></a></div> ilustrasi dari Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Betapa malunya Liliana ketika
membuka tutup suvenir. Ternyata benar handuk kecil. Ia tidak menyangka. Apalagi
warnanya pink, seperti es krim rasa stroberi, kesukaannya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ha ha ha... “sontak semua tertawa.
Sementara Liliana hanya tersipu malu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tadi malam kamu makan es krim dari mana?
Mimpi kali, Li,” Kak Yesi terus meledek.
Liliana hanya senyum-senyum sambil menghabiskan nasi goreng. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Makanya, Li, jangan suka serakah. Kamu
sih suka menghabiskan es krim bagian Kak Yesi,” tambah Kak Yesi. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ayo cepat, sudah jam setengah tujuh
lebih!” pinta papa yang siap mengantar. Kak Yesi pun mengakhiri ledekannya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Di dalam mobil, Liliana membenarkan
kata-kata Kak Yesi yang duduk di depan bersama papa. Coba tadi malam aku tidak
buru-buru memasukkannya ke lemari pendingin, pasti sekarang tidak menanggung
malu. Liliana berjanji tidak akan serakah lagi. Ia akan berbagi es krim juga
suvenir dengan Kak Yesi. <o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 284.8pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerita ini pernah terbit di majalah
Bobo, 22 Juli 2021<o:p></o:p></span></i></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-11079686537992566592021-06-20T00:10:00.001-07:002021-06-20T00:10:49.944-07:00Pergi ke Dugderan Bersama Sani<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzdRH42z8ytNr0wDCl8KBc4iv0OTkzvFE_QF-ikgFiBlcRXD9Y5q_-6Omi37Q-0Ihhj0_-b2uBhDcWvRvuyDeZj6xIpDMOyURutKhEQH3ISYr5xD_DfsE091kc1Ol58ygMDL3xS2WAhHs/s2048/20210620_130227.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1288" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzdRH42z8ytNr0wDCl8KBc4iv0OTkzvFE_QF-ikgFiBlcRXD9Y5q_-6Omi37Q-0Ihhj0_-b2uBhDcWvRvuyDeZj6xIpDMOyURutKhEQH3ISYr5xD_DfsE091kc1Ol58ygMDL3xS2WAhHs/s320/20210620_130227.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sani
sedang bermain robot di ruang keluarga. Dia punya beberapa koleksi robot. Akan
tetapi, ia selalu meminta papanya agar membelikan robot lagi. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pa, pergi ke Toko Robotik, yuk!”
ajak Sani. Toko Robotik adalah toko mainan anak-anak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Koleksi robotmu, kan, sudah banyak,
San. Ke dugderan saja, yuk! Di sana banyak mainan anak-anak yang tidak kalah
menarik,” jelas papa.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bosan, Pa. Mainannya jadul alias
kuno,” jawab Sani. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ting tong... ting tong...! Tiba-tiba
bel rumah berbunyi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Eh, Pak Wiryo, mari silakan masuk!”
pinta mama yang membukakan pintu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ternyata
Pak Wiryo yang datang malam itu. Pak Wiryo adalah tetangga baru. Beliau
berkunjung bersama istri dan anaknya untuk berkenalan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hai, kenalkan, aku Sani,” ungkap Sani sambil
mengulurkan tangan kanannya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku Baskoro,” kata anak Pak Wiryo.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sani, kamu tadi sedang bermain robot-robotan.
Ajak sekalian Baskoro bermain robot-robotan koleksimu!” pinta Papa. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Yuk, Baskoro, kita bermain robot
bersama,” ajak Sani.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Baskoro langsung senang mengikuti
ajakan Sani. Maklumlah, Baskoro masih baru di daerah itu. Dia belum memiliki
teman satu pun. Dia juga tidak punya mainan robot. Ketika Sani mengambil robot
di atas lemari hias, Baskoro melihat boneka menarik yang diletakkan di sebelah
robot.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Itu boneka apa, San?” tanya
Baskoro.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Oh, itu namanya warak,” jawab Sani.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sani mengambil boneka yang membuat
tetangga barunya itu terkagum-kagum. Boneka itu berbulu keriting, kepalanya
seperti naga, tetapi berkaki empat. Baskoro melihat dengan terkesima.<o:p></o:p></span></p></div><p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5ZcYvDwAx7MHcIaR2CJNDzfE3Y3EG0hjymN8777YF3ibDTQiOy26MZo8tIduPfGBn2od85UVev8VdZmCnp_lJlezwdQ6BKIUwHYeh2DOUiYK8PKzABag8Th2148wljtTmhiJccHO5g4/s2048/20210620_130611.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1667" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5ZcYvDwAx7MHcIaR2CJNDzfE3Y3EG0hjymN8777YF3ibDTQiOy26MZo8tIduPfGBn2od85UVev8VdZmCnp_lJlezwdQ6BKIUwHYeh2DOUiYK8PKzABag8Th2148wljtTmhiJccHO5g4/s320/20210620_130611.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi dari Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Warak
itu aku beli setahun lalu di acara dugderan. Tradisi dugderan diadakan setiap
menjelang puasa Ramadhan di Semarang. Warak adalah ciri khas atau ikon dugderan.
Di sana juga ada permainan anak-anak. Dijual juga mainan anak-anak dari
gerabah,” cerita Sani semakin membuat Baskoro kagum. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Baskoro penasaran. Dia ingin melihat
tradisi dugderan seperti yang diceritakan Sani dan ingin membeli warak.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Semula Sani mengajak Baskoro pergi
ke dugderan Minggu pagi. Namun, Baskoro dan keluarganya harus ke gereja. Maka,
keduanya memutuskan pergi Minggu sore.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “San, kamu menunggu aku lama, ya?”
tanya Baskoro begitu tiba di rumah Sani. Baskoro datang bersama temannya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ah, tidak apa-apa,” jawab Sani. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “O iya, kenalkan ini Chen, teman
sebangkuku. Kalau kamu tidak keberatan, Chen juga ingin melihat dugderan.
Makanya aku ajak serta,” jelas Baskoro.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hai, Chen. Tentu saja aku tidak keberatan.
Aku justru senang punya banyak teman,” jelas Sani.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Terima kasih, Sani. Aku senang
berteman denganmu. Untung Baskoro mengajakku Minggu sore. Karena Minggu pagi
aku harus beribadah di Klenteng,” tutur Chen.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sani manggut-manggut dan tersenyum
senang. Sambil berjalan menuju alun-alun untuk menyaksikan dugderan, Sani
bercerita. Warak mencerminkan percampuran budaya Arab, Jawa, dan Tionghoa.
Sebagaimana Sani yang keturunan Arab, Baskoro orang jawa, dan Chen keturunan
Tionghoa. Walaupun berbeda-beda, mereka warga negara Indonesia yang baik.
Baskoro dan Chen semakin senang mendengar cerita Sani.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9cw9fiBIY8LZoQWgWn8nTYWAk-akUCFvt0qfzOM9Pk3TUxBlikp1bd2kqHKFrqisCHflhgi-PNZfXQI7jLdb4557y8JKJxpFBL94KccH9dkOF-ISlu6DHCebEjAccWEhdhnoKyiyGvgg/s2048/20210620_130722.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1326" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9cw9fiBIY8LZoQWgWn8nTYWAk-akUCFvt0qfzOM9Pk3TUxBlikp1bd2kqHKFrqisCHflhgi-PNZfXQI7jLdb4557y8JKJxpFBL94KccH9dkOF-ISlu6DHCebEjAccWEhdhnoKyiyGvgg/s320/20210620_130722.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi dari Bobo</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kalian
ingin naik permainan apa? Kalau aku suka komedi putar,” ujar Sani. “Aku suka naik kincir. Wah, seru kita
duduk di dalam sangkar. Aku pernah naik kincir ketika papaku bertugas di daerah
lain,” cerita Baskoro. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Akhirnya, mereka menaiki komidi
putar dan kincir. Mereka bertiga bersuka ria. Di sepanjang perjalanan mereka
juga melihat celengan berbentuk aneka hewan dan mainan dari gerabah. Ada
ulekan, piring, cangkir, dan alat makan lain. Juga kapal-kapalan yang dapat
berputar di air yang diletakkan di dalam ember.
<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ini warak,” kata Sani ketika
melihat pedagang warak. Warak dipajang berjejer. Dari yang kecil di depan,
sedang, dan yang ukuran besar di belakang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah, ada juga yang besar,” kata
Baskoro senang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku juga ingin membeli,” sahut
Chen.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhluzP00SwVzR6Wk6fpmsxfL7zfgMG0Z5CetSbYQ_bNSiJp7gVMvFvl1hzfyU8wEuO9H5g3sQQ8OrXRjBAvEvNU4mUCi2hLsMJY5acmET3RTIIuy-ibaIW_HpWpw5vKgyXgV1G82zMJSwY/s1600/20170520_163656.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhluzP00SwVzR6Wk6fpmsxfL7zfgMG0Z5CetSbYQ_bNSiJp7gVMvFvl1hzfyU8wEuO9H5g3sQQ8OrXRjBAvEvNU4mUCi2hLsMJY5acmET3RTIIuy-ibaIW_HpWpw5vKgyXgV1G82zMJSwY/s320/20170520_163656.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">warak</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">foto: Iis Soekandar</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena
tidak membawa uang banyak, Chen dan Baskoro membeli warak sesuai uang yang mereka
bawa.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saat papaku masih kecil, warak ini
disertai telur asin, sehingga namanya warak <i>ngendok</i>.
Telur asin itu diletakkan di antara kedua kaki depan. Sekarang waraknya tidak
ada yang ng<i>endhog</i>. Oya kebetulan hari
ini ada pembagian kue ganjeril. Kue ganjeril hanya ada saat dugderan. Kita akan
mendapatkan secara gratis,” ujar Sani.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKmr4687ENjmw6c0Q6r-AE29JhhPxPDpNmE4ohd_JxTE6X5Zjq-_dIi7qjzko7yGDKQQFwZPuLWI3RE8DIIRsHB2HJPAx41y9zdehhGko9DlwNleIHAph-8uXf_pX4K20SGIVRP8YHT9Y/s2048/20210411_160645.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKmr4687ENjmw6c0Q6r-AE29JhhPxPDpNmE4ohd_JxTE6X5Zjq-_dIi7qjzko7yGDKQQFwZPuLWI3RE8DIIRsHB2HJPAx41y9zdehhGko9DlwNleIHAph-8uXf_pX4K20SGIVRP8YHT9Y/s320/20210411_160645.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">kue ganjeril</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">foto: Iis Soekandar</div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mejelang
senja, petugas masjid membagikan kue ganjeril berbentuk kotak yang dibagikan
kepada masyarakat luas. Kue itu diletakkan di dalam bungkus mika. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah, menyenangkan sekali melihat
tradisi dugderan,” kata Chen.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pasti mama papaku senang melihat
warak ini,” ungkap Baskoro.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dugderan kali ini penuh kesan. Sani
tidak menyangka warak dan mainan tradisional lainnya tidak kalah menarik dengan
robot. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Cerpen ini pernah dimuat di majalah Bobo, 3 Juni
2021</span></i></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /> <o:p></o:p></span></p></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 304.1pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-72224657575851506512021-06-14T03:57:00.000-07:002021-06-14T03:57:02.745-07:00Baju Lebaran Buatan Bunda<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR-9KPzJ5hFDutHvf-DX_sN4o3iz_WKjOz6vZGxBiap3Va7aUIhXPDjYmjLUYy9_GE4WBjV96AFldkEN81W78DP1gvYXEnuGc1fF-WuGVdXuL5tw6P1RXpyEUuzrouJcDmiV4mJtHZzO0/s2048/20210614_162728.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjR-9KPzJ5hFDutHvf-DX_sN4o3iz_WKjOz6vZGxBiap3Va7aUIhXPDjYmjLUYy9_GE4WBjV96AFldkEN81W78DP1gvYXEnuGc1fF-WuGVdXuL5tw6P1RXpyEUuzrouJcDmiV4mJtHZzO0/s320/20210614_162728.jpg" width="320" /></a></div><br /> <span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-align: justify;">Lebaran
sebentar lagi tiba. Ayunda sedih karena belum punya baju Lebaran. Semua
temannya sudah menyiapkan baju Lebaran. Bahkan, Amel teman sebangkunya memiliki
dua baju. Satu untuk Lebaran hari pertama, satu lagi untuk hari kedua.</span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 282.7pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Awal
Ramadan lalu, ayah dan bundanya mengatakan tidak akan membelikan baju Lebaran.
Alasan pertama, karena ayah harus menabung untuk biaya mendaftar sekolah. Tahun
ini, Ayunda akan masuk SMP. Alasan kedua, karena baju Lebaran tahun lalu masih
bagus. Jadi, masih bisa dipakai berlebaran tahun ini. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 282.7pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Bunda melihat Ayunda yang merenung
sedih di teras samping rumah. Ayunda hanya diam tanpa senyum, padahal tanaman
di depannya sedang bermekaran indah. Bunda tahu, apa penyebab Ayunda sedih. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 282.7pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kamu sedih, karena Lebaran kali ini
tidak dibelikan baju baru, ya? Jangan khawatir. Bunda akan membuatkan baju
Lebaran untuk Ayunda,” janji bunda. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 282.7pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Saat itu, bundanya berkalung
meteran. Kedua tangannya memegang kain motif batik. Dia adalah seorang penjahit.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 282.7pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kebetulan, Bunda dapat pesanan menjahit
baju seragam ibu-ibu PKK kampung. Baju itu akan dipakai halal bihalal. Sisa
kainnya bunda kumpulkan. Ada banyak potongan kain tidak terpakai dan cukup
untuk baju Lebaran kamu,” ujar bunda menjelaskan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; tab-stops: 36.0pt 72.0pt 108.0pt 144.0pt 180.0pt 216.0pt 252.0pt 282.7pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Motif batik cuma cocok untuk orang
tua, Bun,” ujar Ayunda semakin murung. “Apalagi, ternyata Bunda tidak membeli
kain, tetapi akan memakai sisa-sisa kain.” <o:p></o:p></span></p>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"> “Apapun motif kainnya, bisa menjadi baju yang bagus. Tergantung
penjahitnya. Kalau Bunda yang jahit, pasti bagus,” canda bundanya, membuat
Ayunda tersenyum kecil. </span><div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBQfiQt99aHUelgeA2YXeLUwXj4vmZ7l_Hlul7A0hTVM0J1dNyPciG2v5ij5_u5DjYGg2DHKWUkGkH24495h6v3XBUeoRSnP0B801MGCpp9uag-IAYNEqG08tA-8d25x2x9Eo4dFV_gD0/s2048/20210614_162945.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBQfiQt99aHUelgeA2YXeLUwXj4vmZ7l_Hlul7A0hTVM0J1dNyPciG2v5ij5_u5DjYGg2DHKWUkGkH24495h6v3XBUeoRSnP0B801MGCpp9uag-IAYNEqG08tA-8d25x2x9Eo4dFV_gD0/s320/20210614_162945.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi dari Bobo</span></div><div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa
hari kemudian, baju untuk ibu-ibu PKK sudah jadi. Kini, bundanya mulai membuat
untuk Ayunda. Kain perca sisa batik itu bermotif kolang-kaling atau kawung. Warnanya
terang. Ada warna putih, biru, dan pink. Ia meletakkan pola di atas kain-kain
perca yang sudah disambung-sambung. Lalu, ia mulai memotong sesuai model yang
diinginkan. <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bundanya membuat model
baju dengan lengan berkerut. Pinggangnya juga berkerut dan diberi pita pink. Lehernya
tidak berkerah dan berbentuk bulat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Akhirnya, libur Lebaran usai.
Saatnya masuk sekolah. Di sekolah, biasanya hari pertama para murid dibolehkan
memakai baju bebas atau baju lebaran. Hari itu tidak ada pelajaran. Bapak dan
ibu guru beserta murid-murid akan saling maaf-memaafkan, lalu ada acara makan
siang bersama.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Satu per satu murid mulai
berdatangan. Amel teman sebangku Ayunda, datang paling awal. Baju Amel berwarna
putih dengan pita pink di pinggang. Bahannya dari tulle, sehingga kalau dipakai
mengembang. Amel juga membawa kue Lebaran di dalam kotak makan untuk dimakan
bersama.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pagi itu, Ayunda diantar ayahnya.
Turun dari kendaraan, Ayunda berjalan melewati lapangan. Saat sampai di
koridor, tampak beberapa teman dari <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kelas lain duduk di teras. Mereka memerhatikan
baju batik Ayunda. Ayunda jadi kikuk. Namun, ia berusaha tersenyum kepada
mereka.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mereka
pasti menertawakan baju batikku. Ini kan perca batik ibu-ibu PKK. Amel juga
pasti menertawakan aku ...” batin Ayunda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ayunda
ingin pulang rasanya, karena takut ditertawakan. Namun, karena tidak berani
pulang sendiri, Ayunda akhirnya berjalan ke kelas dengan kepala tertunduk. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Saat
memasuki kelas ...<o:p></o:p></span></p> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtq68oe2wZn1uRIFl60hJ5eFghlbec_Cr1uG_15d2LEuV1RyYJKOa5D3c8Oai6PeDszChn7sQn8lFgBnc6kj2TSOSA9m3pvYH_9F25HmXHYv_V4niX5w6jbp4j9RsmppiZYArBeIcywag/s2048/20210614_163407.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtq68oe2wZn1uRIFl60hJ5eFghlbec_Cr1uG_15d2LEuV1RyYJKOa5D3c8Oai6PeDszChn7sQn8lFgBnc6kj2TSOSA9m3pvYH_9F25HmXHYv_V4niX5w6jbp4j9RsmppiZYArBeIcywag/s320/20210614_163407.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi dari Bobo</span></div><div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ayunda
bajumu bagus sekali,” teriak Amel begitu melihat Ayunda memasuki kelas. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Amel
memandangi baju batik Ayunda tidak berkedip. Ayunda tampak cantik sekali pagi
itu. Rambutnya dikucir dua dan berponi. Teman-teman yang sudah datang, juga
memandang kagum. Baju Lebaran yang dipakai Ayunda berbeda dari yang lain. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Bajumu bagus, Ayu!” ungkap Bela.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ah, masa?” jawab Ayunda tak
percaya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Kamu beli di mana?” tanya Nana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ini buatan bundaku,” jawab Ayunda
kini menjadi bangga.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>“Ternyata, baju batik juga bagus
untuk anak seusia kita. Bundamu pandai sekali mengombinasikan motif kain. Rasanya,
belum ada toko yang menjual baju batik seindah ini,” kata Amel. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Teeeeet... teeeet... teeeet<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bunyi bel panjang terdengar tiga
kali. Murid-murid segera diminta berkumpul di lapangan. Ayunda melangkah penuh
semangat. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Bunda,
terima kasih untuk baju batik yang indah ini,” bisik Ayunda bahagia. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cerpen
ini pernah terbit di majalah Bobo, 27 Mei 2021<o:p></o:p></span></i></p><br /></span></div>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-74914068270284898662021-05-28T07:02:00.001-07:002021-05-28T07:02:57.700-07:00Misteri Si Masker Panda<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2PfLly0OYf7VTDnlUv0wvt_I6H-iIQyiAgaSCiqjoecGCrpIi-hHukkZaWTp_lZ5Ob_zDfHG4ez4k1PwbdEYqom31byuNWKe2vbFaBHHad9f0k5E4SrNSIMoKaW3JfMYhEPKxgeZK8v4/s2048/20210527_093406.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2PfLly0OYf7VTDnlUv0wvt_I6H-iIQyiAgaSCiqjoecGCrpIi-hHukkZaWTp_lZ5Ob_zDfHG4ez4k1PwbdEYqom31byuNWKe2vbFaBHHad9f0k5E4SrNSIMoKaW3JfMYhEPKxgeZK8v4/s320/20210527_093406.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mulai
hari Minggu ini, Zaldi dan Adam bermain sepeda menyusuri pinggir jalan raya dan
gang-gang. Mereka tidak dapat lagi bermain sepeda di alun-alun. Alun-alun
ditutup sejak adanya pandemi. Orangtua mereka berpesan untuk selalu mengikuti
protokol kesehatan. Saat melewati sebuah
gang, mereka mencium bau makanan lezat. Keduanya langsung berhenti di
pertigaan, sekalian beristirahat. Mereka minum air putih dari botol yang disimpan
di sepeda masing-masing.<o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bau lunpia,” ungkap Zaldi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Benar. Kita baru saja melewati
kedai lunpia Bu Sosro yang terkenal,” jelas Adam senang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Masih pagi para pembeli sudah
berdatangan,” tukas Zaldi.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mungkin mereka turis, atau penduduk
setempat yang akan bepergian. Lunpia makanan khas kota Semarang. Jadi, bisa
untuk oleh-oleh,” jelas Adam. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Lunpia spesial harganya lima belas
ribu rupiah. Tadi aku sempat membaca daftar harganya. Walaupun berada di tempat
jauh, tetap tercium bau lezatnya,” kata Zaldi.<o:p></o:p></span></p></div><p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-KSFM7Q_ksLx-j0366UxOnEMOKm5GdkTwSTPXN4Ssnd3RWjI5urjPq5CsX2pGUisBOneou0DuMRQXJ5PO6UKC_2CeF8xRUfNglZXJGsT6GO-6ejEf28ETptW4l4w3bUbS5PvTsM4H-N0/s2048/20210527_093510.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-KSFM7Q_ksLx-j0366UxOnEMOKm5GdkTwSTPXN4Ssnd3RWjI5urjPq5CsX2pGUisBOneou0DuMRQXJ5PO6UKC_2CeF8xRUfNglZXJGsT6GO-6ejEf28ETptW4l4w3bUbS5PvTsM4H-N0/s320/20210527_093510.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">ilustrasi dari Bobo</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kedai
lunpia Bu Sosro itu dulu rumah pribadinya. Rumah itu sengaja tidak dirombak
menjadi restoran. Mungkin agar terlihat unik. Rumahnya berundak. Ada dua
jendela dari sisi kanan dan kiri. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Saat masih beristirahat, mereka
dikejutkan oleh seorang anak lelaki. Dia berada di balik dinding kaca rumahnya.
Dengan membuka tirai dia mengintip. Anak itu berada di rumah, tepat di depan
mereka beristirahat, tapi memakai masker. Maskernya ada gambar binatang panda
berwarna hitam dan putih. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Setiap hari Minggu, Zaldi dan Adam
melewati gang itu karena senang mencium bau lezatnya lunpia Bu Sosro. Suatu
saat, seorang lelaki muda mendatangi mereka. Ternyata, dia pelayan kedai lunpia
Bu Sosro. Terlihat di seragamnya tertulis Lunpia Bu Sosro. Sedangkan di dada
kanannya tertulis nama Wibowo. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Dik, mau lunpia spesial?” tawar Mas
Wibowo sambil menjinjing kantung plastik hitam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tentu saja mau. Tapi kami tidak punya
uang,” jawab Adam.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Buat kalian, gratis. Tapi jangan
lupa, sebelum makan, silakan kalian cuci tangan,” sambil berbicara, Mas Wibowo
menunjukkan tempat mencuci tangan yang berada di samping pintu masuk.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Terima kasih, Mas,” ungkap Zaldi
dan Adam dengan girang hampir bersamaan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka bergegas mencuci tangan. Siapa
yang menolak makan lunpia spesial, apalagi gratis. Mereka tidak menyangka bisa
makan lunpia spesial yang terkenal di kota ini. Apalagi setelah bersepeda
mereka lapar. Ada rasa udang dan telur. Bau rebungnya tidak anyir. Setelah
kenyang, mereka minum. Lagi-lagi anak lelaki dengan masker panda memerhatikan
mereka dengan membuka sebagian tirai dinding kaca rumahnya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hari Minggu berikutnya, Mas Wibowo
memberi lagi saat mereka beristirahat di perempatan gang. Karena penasaran,
mereka bertanya tentang si Masker Panda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Dia Edwin, anak Bu Sosro, pemilik
kedai lunpia. Dialah yang meminta saya memberi kalian lunpia. Sebab dia tahu,
selain beristirahat, kalian juga ingin makan lunpia,” jelas Mas Wibowo.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mendengar cerita Mas Wibowo, mereka
menjadi heran. Lebih heran lagi ketika mendengar bahwa Edwin tidak mau keluar.
Ketika ditanya apa sebabnya, Mas Wibowo enggan menjelaskan. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hari Minggu ini, Adam dan Zaldi
memberanikan berkunjung ke rumah Edwin. Apalagi Mas Wibowo mengatakan bahwa
sebenarnya Edwin senang berteman. Setelah berkenalan, tiba-tiba Edwin
memberikan selembar surat dari dokter. Setelah dibaca, ternyata isinya
keterangan bahwa Edwin negatif COVID-19.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsWpQoxen_ehYAjudrxrgCu5lVyPvTIFSpbaBvUlZjap1txle_tMCR28dSCwg6yg2BwiEzc4LQ0vKRP535Q6kJ5jkoQUdmFIVO_tYJXrG1SZ0EQDRjtU7VF45HHCjpIVbBnFwp9jQmTvs/s2048/20210527_093650.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1536" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsWpQoxen_ehYAjudrxrgCu5lVyPvTIFSpbaBvUlZjap1txle_tMCR28dSCwg6yg2BwiEzc4LQ0vKRP535Q6kJ5jkoQUdmFIVO_tYJXrG1SZ0EQDRjtU7VF45HHCjpIVbBnFwp9jQmTvs/s320/20210527_093650.jpg" width="320" /></a></div> ilustrasi dari Bobo<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sebetulnya,
yang terpapar papaku. Terpaksa kami semua dikarantina. Papa sudah sembuh. Mama,
aku, dan kedua kakakku semua negatif. Sayang, sebelum membaca surat keterangan
itu, teman-temanku menganggap aku bisa menularkan. Makanya, mereka menjauh
dariku,” jelas Edwin sedih.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Zaldi dan Adam manggut-manggut ikut
merasa kasihan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Omong-omong, mengapa kalian mau
datang ke mari? Kalian tidak takut tertular seperti pendapat teman-temanku?”
tanya Edwin heran.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bukankah surat dari doker itu sudah
menyatakan bahwa kamu tidak terpapar?” jelas Zaldi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mereka juga bertanya mengapa Edwin
memakai masker padahal di rumah. Edwin menjawab dia juga ingin bersepeda
seperti dulu. Namun, tidak punya teman. Edwin iri melihat mereka sepeda. Itu
sebabnya, dia memakai masker walau di rumah. Edwin senang dengan binatang panda.
Semua maskernya bergambar panda. Begitu pun baju-bajunya.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLqBsSK27QI41OqK9b8m22Hind2imf3DjTF1ferB_swp1URq_g-5QhQL44XHgrUUD-D2kxXsb7T-WBRTGhLLAAU6QN56moy4q3U7SkrXLrfIrmUq2Iyqq83Pm-nZ26-52LocKjUo5fp9E/s720/20210527_123553.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="707" data-original-width="720" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLqBsSK27QI41OqK9b8m22Hind2imf3DjTF1ferB_swp1URq_g-5QhQL44XHgrUUD-D2kxXsb7T-WBRTGhLLAAU6QN56moy4q3U7SkrXLrfIrmUq2Iyqq83Pm-nZ26-52LocKjUo5fp9E/s320/20210527_123553.jpg" width="320" /></a></div> lunpia spesial<p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> foto: Iis Soekandar</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tidak
lama kemudian, Mas Wibowo datang sambil membawa baki berisi lunpia dan tiga
gelas teh hangat. Kali ini tidak hanya lunpia spesial, tapi lengkap dengan
makanan pendampingnya, yaitu acar, saus, dan cabe. Sambil mengobrol, mereka
menikmati lunpia spesial. Zaldi dan Adam berjanji akan mengajak Edwin bersepeda
pada hari Minggu. Hari itu menjadi saat yang paling istimewa bagi ketiganya.<o:p></o:p></span></p><p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Cernak
ini pernah terbit di majalah Bobo, 20 Mei 2021 <o:p></o:p></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
<o:p></o:p></span></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1442908041762689411.post-39532745841254029652021-03-20T06:23:00.001-07:002021-05-28T06:17:44.669-07:00Gendon Spesial<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPKdl96aYWtbHaJgjmtkCHqTHk8_n_aNKRRLgjZ1Zlc2DWQ4a2IRhUmoigIwTDq7Pawphp44CQsVhWv8XpBCxlJZZpqKhRitlBddoltAkUcX7wWKu17Xklr38Cd4PnY_9Am0bbmOkdLj8/s577/20210320_083121.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="577" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPKdl96aYWtbHaJgjmtkCHqTHk8_n_aNKRRLgjZ1Zlc2DWQ4a2IRhUmoigIwTDq7Pawphp44CQsVhWv8XpBCxlJZZpqKhRitlBddoltAkUcX7wWKu17Xklr38Cd4PnY_9Am0bbmOkdLj8/s320/20210320_083121.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> “Tidak
terasa ya, Bu, sudah lima besar,” ungkap Agung begitu program kompetisi memasak
selesai. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> “Iya,” jawab ibu. Kemudian keduanya
mengungkapkan keunggulan masing-masing jagoannya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setiap
peserta memasak masakan yang telah ditentukan juri. Peserta yang mendapat nilai
paling rendah harus pulang. Program itu ditayangkan sebuah stasiun televisi
setiap minggu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Gara-gara
selalu menemani ibu menonton acara program masak-memasak, Agung menyukai
kuliner. Agung juga sering membantu ibu mengolah makanan dengan resep-resep
baru. Ibu lebih suka memasak masakan dari luar. Ibu jarang memasak masakan
daerah. Agung pernah meminta ibu membuat gendon. Gendon adalah kudapan terbuat
dari singkong. Singkong dipotong kecil-kecil kemudian direbus dan diberi gula
pasir, lalu diaduk-aduk hingga mengental dan matang. Saat akan makan diberi saus
santan. Rasanya, hm ... lezat. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgexlvspexRnWHWSWvnNK13PPzbFSmP694w8sfKkXgl6Ut-zxIDx7px85zXOaw2BxUwGyaE-vpPjTRgNaUubGXR7lRTx8N0UHXO0VTUT70p6_Bal7uS0fruTDn25DenIOYXuIWGR46iQXQ/s731/FB_IMG_1622084578453.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="731" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgexlvspexRnWHWSWvnNK13PPzbFSmP694w8sfKkXgl6Ut-zxIDx7px85zXOaw2BxUwGyaE-vpPjTRgNaUubGXR7lRTx8N0UHXO0VTUT70p6_Bal7uS0fruTDn25DenIOYXuIWGR46iQXQ/s320/FB_IMG_1622084578453.jpg" /></a></span></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> gendon dari singkong</span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> foto: Iis Soekandar</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tapi
gendon yang diolah ibu rasanya tidak lezat. Singkongnya <i>kacel</i> (tidak mempur) sehingga saat dimakan terasa keras. Sejak itu
Agung tidak pernah meminta ibu membuat gendon. Ibu tidak pandai memilih
singkong saat membeli di pasar. Berbeda dengan bibi yang selalu dapat membeli
singkong mempur. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sejak
pandemi bibi pulang kampung. Ibu lebih banyak bekerja di rumah. Ibu bekerja di
kantor hanya separuh waktu. Sehingga ibulah yang memasak makanan
sehari-hari. <o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pada
suatu sore ....<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Apa
kabar, Gung?” tanya Wira memulai telepon video.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Baik.
Apa kabarmu juga?” Agung balik bertanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Aku
juga baik. Ngomong-ngomong kapan kamu ke desa? Sejak Nenek meninggal kamu
jarang ke desa. O iya, Senin depan tanggal merah, kamu bisa libur dua hari di
desa,” ajak Wira.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Wah,
iya ya. Ada waktu libur dua hari. Kebetulan juga nih. Singkong di kebun
belakang siap dipetik?” tanya Agung serius. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> “Aku tahu, pasti kamu ingin aku masak makanan
kesukaanmu, gendon!” tebak Wira.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Tepat
sekali. Kapan lagi makan gendon lezat kalau tidak di kampung,” tukas Agung.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Beres,
Gung, tapi ...” <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Wira
berpikir sejenak. Lalu ... <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Tapi
apa, Wir?” tanya Agung penasaran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Maksudku,
nanti aku buatkan gendon spesial buatmu,” janji Wira.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Gendon
spesial?” tanya Agung heran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Iya.
Lihat saja nanti!” kata Wira sebelum menutup pembicaraan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Agung
penasaran. Dia ingin bertanya gendon spesial, tapi Wira sudah menutup telepon videonya.
Agung semakin tidak sabar ingin segera ke kampung halaman ayahnya. Wira adalah
sepupunya. Ayah Wira dan ayah Agung kakak beradik. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mungkin
maksud Wira gendon spesial dengan singkong yang mempur. Di belakang rumah nenek
ada kebun. Kebun itu ditanami singkong. Singkong-singkong itu selalu mempur saat
dimasak.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah
tiga jam perjalanan, akhirnya Agung dan keluarga sampai di rumah Wira. Dulu,
ayah Agung dan ayah Wira menghabiskan masa kecilnya di rumah itu. Tentu saja
saat itu nenek dan kakek masih hidup.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ayah
dan ibu Wira tampak bahagia menerima kedatangan saudara-saudaranya. Wira hanya
menemui sebentar. “Pasti dia sedang
mengambilkan gendon spesial untukku,”
pikir Agung dalam hati.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tidak
lama kemudian Wira keluar dengan membawa baki berisi makanan dan minuman.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO018RGl4x6J8MHKjNl6QnYOMGOBXAuLgi7fEJBM8H97SrKDRVH4XMmt1bzk7rYDX812anvzDK5dckSql4Lf1OwiuM0wpw4hbByvo4zevqJWST23m3CQfH2PhlvduWwUy7jLSIiQxlnQ4/s1024/6285733544307_status_3197929baa09400292e412fab42caf7a-576x1024.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="576" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO018RGl4x6J8MHKjNl6QnYOMGOBXAuLgi7fEJBM8H97SrKDRVH4XMmt1bzk7rYDX812anvzDK5dckSql4Lf1OwiuM0wpw4hbByvo4zevqJWST23m3CQfH2PhlvduWwUy7jLSIiQxlnQ4/s320/6285733544307_status_3197929baa09400292e412fab42caf7a-576x1024.jpg" /></a></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">gendon dari ulat bunga turi putih</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">foto: watualang.ngawikab.id</span></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Ini
pasti gendon. Wah, kebetulan sekali sudah lama tidak makan gendon goreng,”
celetuk ayah. Ayah langsung mengambil hidangan di piring, begitu pun ibu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Gendon?
Bukankah itu ulat, Yah?” tanya Agung heran melihat ulat-ulat disajikan di
piring, bukan gendon terbuat dari singkong seperti yang biasa ia makan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Ini
juga gendon namanya. Gendon yang digoreng. Gendon sejenis ulat. Tidak mudah
mencari gendon. Gendon ini berada di dalam pangkal batang pohon turi. Ayo, rasakan
dulu. Pasti kau suka, Gung,” ajak ayah, juga ibu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Walaupun
agak jijik, karena penasaran, akhirnya Agung menyantap gendon goreng sebagaimana
ayah dan ibu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Sesaat kemudian ...<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Wah,
iya, rasanya gurih. Pantas saja kamu bilang gendon spesial,”ungkap Agung sambil
manggut-manggut.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kalau
gendon dari singkong, besok aku masakin,” jelas Wira.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Wah,
terima kasih sekali,” kata Agung senang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ayah,
ibu, dan Agung menikmati gendon spesial hingga habis. Maklumlah di kota tidak
ada gendon spesial alias ulat gendon goreng.<o:p></o:p></span></p>
<p align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">@@@<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 36pt;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cernak ini pernah dimuat di koran Kedaulatan
Rakyat, Jumat, 19 Maret 2021<o:p></o:p></span></i></p></div><p><br /></p>Iis Soekandarhttp://www.blogger.com/profile/17405528558608479685noreply@blogger.com2