Ridho Anak Baru
“Ridho mana?” tanya Fiky, sang ketua kelas, kepada
teman-temannya yang masih berada di kelas. Beberapa waktu sebelum istirahat,
Pak Alex menyerahkan surat pemberitahuan jadwal UTS (Ujian Tengah Semester)
kepada Fiky agar dibagikan kepada teman-temannya. Pak Alex adalah wali kelas
mereka. Begitu bel istirahat berbunyi, Fiky langsung membagikan. Tapi sebagian
anak sudah keluar. Mungkin mereka segera ke kantin.
“Ridho
sudah keluar,” jawab Andre saat dicari Ridho tidak ada di kelas.
“Itu
Ridho sedang duduk di taman sambil membaca buku,” tukas Siswanto yang kebetulan
akan ke kantin.Sebetulnya Siswanto teman sebangku Ridho. Tapi dia enggan
berteman dengan Ridho.
“Tolong
panggilkan dia agar mengambil surat ini!” pinta Fiky. Fiky masih membawa
beberapa surat pemberitahuan yang belum dibagikan kepada teman-temannya.
“Malas,
ah! Panggil saja sendiri!” jawab Siswanto.
“Kalian
kan teman sebangku,” ungkap Fiky heran.
“Kamu
tahu sendiri, Ridho budeg alias tuli. Kalau memanggil dia mesti teriak-teriak.
Aku lapar mau ke kantin!” Kemudian Siswanto buru-buru pergi ke kantin. Begitu
pun teman-teman lainnya.
Fiky
geleng-geleng kepala. Akhirnya dia memberikan sendiri surat berbentuk selembar
kertas yang dilipat empat.
“Ridho,
“ panggil Fiky. Tapi Ridho tetap membaca buku sambil makan makanan yang dibawa
dari rumah. Padahal jaraknya tidak jauh. Barulah setelah disentuh bahunya,
Ridho menoleh.
“Eh,
Fiky.” Ridho tahu karena tidak disuka teman-temannya, ia suka menyendiri.
“Ini
surat pemberitahuan untuk orangtua,” setelah menyerahkan surat itu, Fiky
buru-buru ke kantin.Disamping lapar, Fiky juga harus memberikan surat itu
kepada teman-teman lain yang belum memeroleh.
Begitulah
Ridho, teman-temannya tidak suka bergaul dengannya. Karena Ridho agak tuli.
Setiap kali berbicara dengannya harus keras.
Sebagian
teman-temannya menyangka Ridho tuli karena rambutnya yang gondrong. Sebagian
rambut bagian samping menutupi telinganya.Mungkin karena itulah ia tidak begitu
mendengar bila diajak berbicara. Beberapa hari lalu Pak Alex sudah mengingatkan
supaya yang memiliki rambut gondrong dipotong. Disamping terlihat rapi, tidak
mengganggu pendengaran.
@@@
Ujian Tengah Semester sudah selesai. Pada hari Senin diadakan pemeriksaan kesehatan
dari puskesmas. Sebagian murid sedih. Bahkan ada yang menangis. Sebetulnya
pemeriksaan kesehatan dari puskesmas dilakukan tiga bulan sekali. Mereka
diperiksa dari kesehatan rambut, telinga, gigi, mata, hingga bagian dalam,
seperti amandel.
Biasanya sebelum pemeriksaan,
beberapa hari sebelumnya setiap murid diberi surat pemberitahuan.Ternyata
sebagian murid justru tidak masuk pada hari pemeriksaan. Mereka takut disuntik.
Padahal tidak selalu dalam pemeriksaan ada suntikan. Oleh sebab itu pemeriksaan
dilakukan secara tiba-tiba. Dengan demikian tidak ada yang membolos.
“Sis,
kepalaku pusing. Aku mau pulang saja,” ungkap Ridho tiba-tiba mengatakan kepalanya
pusing.
“Wah,
kebetulan bukankah sedang ada pemeriksaan kesehatan dari puskesmas? Nanti kalau
petugasnya sudah masuk dikelas kita, minta saja obat,” Siswanto memberi saran.
“Tapi
aku sudah tidak tahan. Aku minta izin pulang sama Pak Alex,” jawab Ridho.
Saat
itu juga Ridho menemui Pak Alex yang sedang duduk di kursi guru. Ketika akan
izin pulang, beliau melarang. Beliau juga menyarankan supaya nanti minta obat
anti pusing dari petugas puskesmas. Tapi Ridho bersikeras ingin pulang.
Syukurlah tidak lama setelah itu, dua petugas puskesmas masuk di kelas mereka.
Karena
mengeluh kepalanya pusing, Ridho diperiksa terlebih dahulu. Ketika diberi obat,
Ridho malah menolak.
“Saya
tidak mau minum obat. Karena sebetulnya saya tidak pusing. Saya... saya... cuma
takut disuntik... hu... hu... hu...,” ungkapnya sambil menangis.
“Kami
tidak akan menyuntik. Cuma memeriksa bagian organ-organ tubuh,” jelas petugas
puskesmas. Petugas itu memeriksa rambut, mata, hidung. Ketika memerikasa
telinga, petugas itu terheran.
“Wah,
banyak kotorannya.” Sampai beberapa lama petugas itu hanya membersihkan kotoran
yang berada di dalam telinga Ridho. Petugas itu kaget.
Barulah
setelah itu Ridho mengaku tidak pernah memeriksakan kesehatannya. Setiap kali
ada pemeriksaan dia tidak masuk sekolah. Alasannya karena takut disuntik.
Semenjak
itu Ridho tidak lagi tuli atau budeg. Teman-temannya senang bergaul dengannya.
Apalagi dia juga memotong rambutnya. Sehingga seperti anak baru.
“Wah,
ada anak baru nih!” ledek Siswanto. Semua isi kelas yang pagi itu sudah datang
ikut meledek. Mereka mengatakan Ridho anak baru.
Semenjak
itu bila ada pemeriksaan kesehatan, Ridho tidak takut. Bahkan dia senang. Sebab
semua organ tubuhnya akan diperiksa supaya sehat. Bukankah di dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang kuat? Kini ia tidak minder lagi bergaul dengan
teman-temannya.Begitu pun teman-temannya, senang bergaul dengannya.
@@@
Cerita ini
pernah dimuat di surat kabar Fajar Makasar, Minggu, 15 April 2018
Ridho Rhoma ��
BalasHapusMakasih, mbak, untuk postingan ini.
Sama-sama Mbak Gita. Masa Ridho Roma kwkwkwkwk
Hapus