oleh: Iis Soekandar
Ada banyak cara untuk mengisi hari libur. Bagi Anda
yang sedang bertamasya ke daerah Jimbaran, Bandungan dan sekitarnya, Anda bisa
pula berkunjung ke kebun bunga Setiya Aji.
Kebun bunga Setiya Aji khusus menanam
bunga krisan. Kebun itu terbagi dalam petak-petak. Setiap petak seluas sembilan
kali tiga puluh lima meter dinaungi dengan lembaran plastik. Sehingga ketika
berkunjung, wisatawan seperti memasuki ruangan. Para petani menyewa dari
pemilik tanah.
Ketika berkunjung, saya tidak hanya melihat bunga-bunga krisan yang sedang bermekaran, tapi juga
tanaman yang baru saja disemai. Tanaman yang disemai dengan menggunakan pupus itu setelah keluar akarnya ditanam di tanah. Kemudian mulai disemprot obat anti hama ketika kuntum bunga tumbuh. Sebab kabut dan udara seringkali membawa hama sehingga bunga krisan tidak menghasilkan warna seindah aslinya. Setelah itu ditunggu hingga tiba masa panen, yaitu tanaman berusia empat bulan.
Bunga-bunga krisan itu ditanam khusus untuk dekorasi,
seperti hajatan pengantin. Sehingga tanamannya harus tinggi, kira-kira satu
setengah meter. Mereka menjualnya ke pasar induk Bandungan, berkisar tiga puluh
lima ribu per sepuluh batang. Pasar induk Bandungan tidak hanya memasok
kebutuhan dari daerah sekitar. Tapi juga di luar Bandungan, bahkan sampai ke
luar Propinsi Jawa Tengah memesan bunga krisan dari Bandungan.
Karena setinggi dengan manusia itulah tanaman dengan
bunga warna merah, kuning, dan putih banyak dikunjungi wisatawan. Mereka
senang melihat-lihat, atau bahkan selfie dengan latar belakang bunga-bunga
krisan. Sambil duduk-duduk santai di atas tikar, wisatawan juga bebas bertanya
seputar bunga krisan kepada petaninya.
Setiap wisatawan yang masuk membayar tujuh ribu lima
ratus rupiah, ditambah uang parkir untuk sepeda motor dua ribu rupiah atau
mobil lima ribu rupiah. Tiket masuk itu sudah termasuk sewa payung, bila
kebetulan hari sedang hujan dan tikar bila ingin duduk-duduk santai sambil menikmati
indahnya bunga krisan. Bahkan tidak hanya itu, ketika saya berkunjung,
kebetulan para petani baru saja memanen salak. Saya dan tentunya para wisatawan
lain disajikan salak. Kami diperbolehkan makan salak hingga puas. Sepertinya sejengkal
tanah-tanah liar di sekitar kebun tidak disia-siakan petani atau penduduk
setempat. Mereka menanani tanah itu dengan tanaman salak.
Pengelola kebun ini masyarakat desa setempat. Para
petani juga mendapatkan sebagian dari hasil penjualan tiket.
Selama satu jam melihat-lihat sembari bertanya
banyak hal tentang bunga krisan, cukuplah menyegarkan pikiran untuk kembali menekuni rutinitas besok.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar