Disadari atau tidak,
setiap orang punya hobi. Hobi yang dikembangkan bisa menjadi passion, atau
kesenangan yang membawa manfaat bagi orang lain. Mungkin Teman-teman
melakukannya, juga saya.
Saya bahagia dikaruniai kesenangan menulis. Menulis sebagai sarana mengugkapkan unek-unek. Juga ide-ide, terutama untuk hal-hal yang tidak dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan menulis tak mengenal batas
ruang dan waktu. Tidak selalu di rumah. Menulis dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Saat berada di
tempat-tempat umum untuk menunggu suatu urusan, waktu lowong dapat dijadikan
untuk menulis. Jika terpaksa dan mendesak, sementara ide-ide menulis
bermunculan, menulis dapat dilakukan di gawai, atau ditulis di kertas. Itu
sebabnya setiap kali bepergian, selain gawai, kertas dan pulpen selalu berada
di tas. Menulis manual di kertas selain fleksibel, juga mengurangi kebosanan.
Seiring perkembangan era digital yang pesat, banyak urusan yang mudah
dikerjakan melalui layar laptop dan gawai. Namun ada rasa bosan bila hal itu
dilakukan setiap kali, setiap kesempatan.
Untuk
mengembangkan diri, karena berharap memberikan manfaat kepada banyak orang,
perlu mencari ilmu, di antaranya dengan mengikuti kelas menulis. Ternyata
menulis fiksi dapat dirumuskan. Ada pakem-pakem yang bisa diikuti sehingga
memenuhi syarat terciptanya sebuah cerpen. Dengan berpegang pada pakem-pakem
tersebut, jika terpaksa, tanpa sekali duduk saat menulis draf─karena bekerja di
rumah terkadang ada gangguan─tetap mudah saya lakukan hingga selesai satu cerita.
Selalu bisa “pegang peristiwanya”. Hasilnya pun efektif. Tidak perlu
berkali-kali mencetak saat mengedit, seperti dulu, bahkan terkadang sama sekali
tidak mencetak. Cukup mengedit di depan lepi, sampai karya siap untuk dikirim
ke media yang dituju. Dan waktu menulis pun semakin luas. Setidaknya itulah
pengalaman yang saya alami.
Selebihnya
berkreasi. Setiap orang pastilah punya keinginan sendiri-sendiri. Menurut saya,
kreativitas terbentuk berdasar perjalanan hidup masing-masing orang. Latar
belakang, budaya dan lingkungan tempat tinggal, suka duka hidup yang dijalani,
juga banyak membaca karya-karya orang lain, semua itu dapat menciptakan
kreativitas. Dari pemilihan ide cerita, menentukan judul, permainan bahasa,
narator, alur, tokoh, membuat paragraf pembuka, hingga ending.
Setelah
proses menulis selesai, tentu saja rajin mengirim karya-karya ke media-media.
Alhamdulillah
selain terus menulis cerpen-cerpen koran, menulis cerita anak juga berlangsung.
Di antara media-media cetak yang masih terbit, Nusantara Bertutur yang terbit
melalui koran Kompas Minggu mengawali menayangkan karya saya pada bulan
Februari lalu. Entah kapan pernah menulis cerita untuk Nube. Dan “Lumpia
Spesial Naila dan Tifa” adalah kesempatan saya yang kedua.
Di
samping itu majalah Bobo juga masih memberi kesempatan. Tahun ini ada enam karya
yang terbit dari lima edisi. Ada dua karya sekaligus yang terbit dalam satu
edisi. Semoga majalah Bobo tetap eksis.
Keinginan
menumbuhkan niat; niat diiringi doa dan ikhtiar menanamkan keyakinan. Keyakinan
itulah yang akan membuat orang punya harapan bahwa suatu saat obsesinya akan
menjadi kenyataan. Pertolongan datang setelah kesabaran, kelonggaran datang
setelah kesempitan, dan kemudahan datang setelah kesulitan. Mencari ilmu sampai
ke liang lahat, mencari ilmu sampai ke negeri Cina. Dengan menjadi insan yang
terbuka, belajar dan terus belajar, mengikuti perkembangan zaman, tidak ada sesuatu
yang tidak mungkin. Selamat berlibur dan sukses buat kita semua!
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar