Iis Soekandar: Lumpia Spesial Naila dan Tifa

Minggu, 20 Februari 2022

Lumpia Spesial Naila dan Tifa

                                                                                     

“Naila, kamu mau ke mana?” tanya Tifa saat duduk di teras. Dia melihat Naila  berjalan melewati rumahnya.

            “Aku akan ke pasar untuk membeli kulit lumpia,” jawab Naila. Naila lalu melanjutkan berjalan menuju pasar.

            Dengan dibantu ibunya, Naila berjualan lumpia. Naila menjajakan lumpia goreng di kampung-kampung pada sore hari. Terkadang dia juga mendapat pesanan untuk hajatan. Dari penjualan itu, Naila  mendapatkan uang jajan, sekaligus ia juga membantu orangtuanya.

            Lumpia adalah makanan khas Kota Semarang. Isinya terbuat dari bahan utama rebung. Lumpia perpaduan makanan dari Tionghoa dan Jawa. Di banyak tempat dijumpai pedagang lumpia. Termasuk juga di perkampungan-perkampungan seperti Naila menjual lumpia.

            Tiba-tiba, Tifa mendapat ide. Dia juga ingin membantu orangtuanya sekaligus mendapatkan uang saku sendiri.

            Tifa langsung menemui ibunya dan menceritakan idenya itu.

            “Ibu setuju. Nanti ibu bantu. Tapi, kamu mesti bilang dulu sama Naila. Semoga dia juga setuju,” saran ibu. Tifa manggut-manggut.

            Keesokan hari, Tifa berkunjung ke rumah Naila. Dia mengutarakan maksudnya.

            “Nai, kamu kan membeli kulit lumpia di pasar. Bagaimana kalau kulit lumpia aku yang buat? Kamu tinggal pesan berapa yang kamu inginkan. Oya, kulit lumpia yang akan aku buat lunak, tidak keras seperti yang kamu beli di pasar, tetapi harganya sama. Dengan demikian, kamu juga bisa menjual lumpia basah,” tutur Tifa. Lumpia basah adalah kulit lumpia diisi rebung lalu digulung, tanpa digoreng.

            “Wah, senang sekali. Aku bilang ibuku dulu ya,” tukas Naila lalu ke dalam menemui ibunya.

Tidak lama kemudian. “Ibuku setuju. Ibu bilang langsung pesan 25 lembar,” kata Naila.

            Keesokan hari dengan dibantu ibunya, Tifa membuat kulit lumpia. Dia membuat sejumlah pesanan yang diminta Naila. Setelah jadi dia segera menyetorkan ke rumah Naila.

            Sore hari Tifa datang lagi ke rumah Naila.     “Nai, aku bantu kamu berjualan, ya?” tawar Tifa bersemangat.

            Tentu saja Naila senang. Keduanya lalu menjajakan lumpia goreng dan basah. “Lumpia spesial... lumpia spesial...harga tetap, Rp 3 ribu...”

            “Apanya yang spesial, Nai?” tanya seorang pelanggan saat akan membeli.

            “Kulitnya tidak keras, Bu. Tifa yang buat. Makanya saya sekarang juga menjual lumpia basah,” jelas Naila. Tifa senyum-senyum.

            “Kalian sungguh kreatif,” ungkap ibu itu lalu membeli lumpia goreng dan lumpia basah.

            Sore itu, lumpia goreng dan lumpia basah terjual laris. Banyak yang membeli lumpia goreng sekaligus lumpia basah. Naila dan Tifa senang, selain membantu orangtua, mereka juga ikut melestarikan budaya dan cinta bangsa.

@@@

Cerita ini pernah terbit di Nusantara Bertutur, Minggu 20 Februari 2022


Tidak ada komentar:

Posting Komentar