“Pokoknya kita
seru-seruan nanti liburanmya....”
“Aku sudah tidak sabar ingin menikmati makanan-makanann
khasnya...”
“Aku ingin melihat Pagoda dan swafoto di sana. Selama ini
cuma lihat gambarnya...”
“Aku ingin beli suvenir unik berbentuk gajah...”
Karina dan ketiga teman sekelasnya penuh
semangat keluar dari hal sebuah hotel berbintang. Begitu pun para undangan
lain. Mereka sibuk membicarakan rencana liburan mereka. Sebuah agen travel baru
saja berpromosi untuk acara liburan akhir tahun. Agen travel itu menawarkan
liburan ke tempat-tempat wisata luar negeri seputar Asia Tenggara dan Australia.
Keempatnya
biasa berlibur bersama setiap liburan akhir tahun. Kali ini mereka berencana
akan bertamasya ke negeri Gajah Putih. Mereka tidak segan menghabiskan uang
untuk liburan. Orangtua mereka orang mampu. Papa Karina pegawai bank, sementara
orangtua ketiga sahabatnya para pengusaha. Mudah bagi mereka mengeluarkan uang
banyak. Ongkos travel berjuta-juta, belum lagi uang saku.
Sampai
di rumah Karina bercerita kepada mama tentang rencana tamasya ke Thailand yang
juga terkenal dengan negeri Seribu Pagoda. Mama langsung menyetujui. Begitupun
papa nanti malam saat Karina memohon.
Di
kamar Karina membayangkan pagoda berlapis emas di Chiang Mai, dibangun pada
abad ke-13. Karina tidak sabaran ingin segera ke sana mendengarkan penuturan
pemandu wisata seputar sejarah pagoda berlapis emas itu.
Tiba-tiba
di antara lamunanya, androidnya memanggil dengan suara khas WhatsApp.
Hai, Karin, apa kabar?
Dua tahun kita tak bertemu....
Dari
teman lama. Karina membaca sms-nya kalimat demi kalimat. Tentu saja Karina tak
mungkin melupakan. Sekali tempo Badriyah menghubungi. Kali lain, ganti Karina yang
memulai. Mereka mengenang saat sekelas. Ketika itu papa Karina bertugas di
daerah tanah kelahiran Badriyah. Tidak sekali pun mereka bertemu semenjak dua
tahun lalu papa karina dipindah di kota ini.
Bagaimana Karin? Kamu
keberatan aku berkunjung ke kotamu?
Tentu
saja centang dua berwarna biru tak dapat menipu bahwa Karina telah membaca sms
itu. Karina buru-buru meluruskan niatnya.
Ah maaf. Mama tadi
memanggilku begitu aku selesai membaca smsmu. Jadi aku belum sempat menjawab
Oh begitu
Aku bilang mama dulu
ya. Semoga mama tidak mengajakku liburan. Sehingga kita dapat bertemu lagi.
Baiklah aku tunggu
segera jawabanmu, Karin. Supaya aku bisa tentukan liburanku kali ini.
Ok
Liburan
bersama Badriyah berarti hanya tinggal di rumah. Sama saja tidak liburan.
Badriyah sih enak, dari desa pergi ke kota melihat tempat-tempat wisata di kota
ini. Tapi Karina? Sengaja tadi dia berbohong dengan tidak langsung menjwab. Dia
tidak mau mengecewakan dengan langsung
mengatakan dirinya sudah punya rencana liburan bersama ketiga teman sekelasnya
ke negeri Seribu Pagoda.
@@@
Karina
bercerita kepada mama dan meminta pertimbangan jawaban agar Badriyah tidak
kecewa atas penolakannya.
“Jadi
Badriyah akan ke sini?” ulang mama senang. Mama seperti akan betemu dengan sahabat
lamanya. Apalagi Karina yang menjadi temannya. Mungkin begitu pikir mama.
“Iya,
Ma. Tapi aku kan sudah berencana matang akan ke Thailand. Dan aku belum pernah
sekalipun melihat pagoda berlapis emas,“ tukas Karina menyesalkan rencana
kehadiran Badriyah yang tak tepat.
Tapi
apa pendapat mama?
“Karin,
Badriyah sahabatmu saat papa bertugas di desanya. Dia banyak menolongmu
sehingga kamu tidak canggung di tempat asing yang jauh berbeda dari tempat yang
kita tinggali sebelumnya. Sekarang dia akan berlibur ke sini. Apalagi tadi kamu
bilang ongkos yang dia gunakan dari uang
tabungan. Tidak setiap liburan dia kemari. Masa akan kamu tolak.”
“Tapi
aku dan teman-ateman sudah berencana matang akan ke luar negeri, Ma...” ulang
Karina.
“Karin,
pikirkan pendapat Mama!” pinta mama memohon.
Karina
tidak menanggapi, tapi malah pergi meninggalkan mama ke kamar.
@@@
Berhari-hari pikiran Karina terusik dan lambat
laun menjadi dilema. Diam-diam dia mempertimbangkan saran mama. Badriyah pasti
ingin mengunjungi pusat-pusat batik. Atau ingin membeli atau mungkin belajar
membatik langsung di rumah perajinnya.
Badriyah
seperti menyadarkannya agar Karina bangga dengan warisan leluhur yang dilindugi
UNESCO. Selama ini dia suka menyanjung keindahan-keindahan milik negara-negara
lain. Padahal di dalam negeri tak kalah menarik. Buktinya banyak wisatawan
asing datang ke kota ini.
Sampai
suatu saat Karina menemukan keyakinan. Yah, dia akan menemani liburan Badriyah.
Dia masih dapat liburan ke luar negeri bersama ketiga teman sekelasnya lain
waktu. Tapi bersama Badriyah, mungkin hanya sekali ini.
Karina segera mengambil ponsel untuk dua hal.
Membatalkan kepergiannya bersama ketiga teman sekelasnya dan memberitahukan
kabar gembira kepada Badriyah. Kali ini dia ingin liburan untuk sahabat.
@@@
Cerma ini pernah terbit di Koran Padang Ekspres, Minggu 5 Januari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar