warak
Bagi
warga Semarang, dugderan adalah tradisi yang ditunggu-tunggu menjelang puasa Ramadan. Dugderan berlangsung
selama seminggu. Awal mula diadakan tradisi tersebut untuk
menyemangati atau mengajak warga agar
berpuasa pada bulan Ramadan selama dua puluh sembilan atau tiga puluh
hari.
Warak ngendok sebagai ikon dugderan. Warak adalah replika binatang yang
menggambarkan keberagaman warga Semarang, terdiri dari orang Jawa, Arab, dan
Cina. Ngendok (Jawa) dalam bahasa
Indonesia artinya telur. Jadi diibaratkan bila warga berpuasa dengan tidak saja
menahan lapar dan dahaga, tetapi juga hawa nafsu, akan mendapatkan imbalan atau
pahala yang dinyatakan dengan sebuah telur.
permainan tong setan
Saat
saya masih kecil beberapa pedagang menjual warak dengan telur yang bisa dimakan. Agar
tahan lama tentu saja digunakan telur asin. Tetapi
ternyata pedagang warak dari tahun ke tahun tergerus pekembangan zaman. Bahkan tempo
hari, selama berjalan-jalan tidak satu pun saya jumpai pedagang warak. Mungkin
karena membuatnya butuh ketelitian tinggi dan harganya mahal.Sementara kebanyakan warga kurang
menyadari keberadaan warak. Butuh perjuangan agar kearifan lokal tetap terjaga.
mainan anak dari
gerabah
Ada
banyak permainan anak yang disajikan dalam dugderan, di antaranya tong setan,
dremolen, dan permainan bola-bola. Yang menonjol adalah banyak dijual kerajinan
gerabah berupa cobek, ulekan, dan alat-alat dapur lain. Ada juga celengan dalam
berbagai bentuk, seperti singa, harimau, kelinci, dan sapi.
celengan dari gerabah
Tidak
hanya permainan anak-anak, di arena dugderan juga dijual sejumlah makanan.
Seperti kerak telur, makanan khas Betawi. Kerak terlur banyak dijajakan saat
dugderan. Ketika saya jalan-jalan ada sebanyak lima pedagang. Ada yang baru
pada dugderan kali ini: tahu aci, khas Tegal. Ketika pedagangnya saya tanya,
mereka mengatakan sengaja datang jauh dari Tegal untuk memeriahkan dugderan. “Ternyata
masyarakat di sini banyak yang suka tahu aci,” begitu tambahnya.
kompleks penjual
makanan
Khusus
pada pedagang makanan berbuka, seperti lontong opor, pecel, nasi kebuli, dan
beberapa produk minuman, menjual dagangnya tidak hanya pada saat dugderan.
Tetapi hingga puasa berakhir. Mereka menempati area seputar masjid agar mudah
bagi warga membeli.
Kurma
banyak dijumpai pada stand-stand di dugderan. Biasanya kurma hanya dapat dibeli
di toko-toko penjual oleh-oleh haji. Mereka juga menjajakan dagangannya hingga
puasa berakhir. Sebab kurma banyak manfaatnya bagi kesehatan. Untuk itu sangat
cocok dikonsumsi bagi yang sedang menjalankan ibadah puasa.
penjual kurma
Puncak
dugderan pada saat diadakan karnafal. Menurut rencana pemerintah Kota Semarang
akan menyelenggarakan karnaval tahun ini pada hari Sabtu tanggal 4 Mei. Para
peserta karnafal bergerak dari gedung balaikota hingga di Masjid Agung
Semarang. Pada saat itu akan diadakan prosesi sebagai lambang akan dimulainya
puasa Ramadan oleh Bapak Walikota Semarang sebagai kepala pemerintahan.
kue ganjeril
Yang
unik dari berakhirnya dugderan adalah pembagian kue ganjeril oleh takmir masjid.
Warga berjejal di alun-alun, depan masjid menanti kue ganjeril.
Entah berapa potong ribu kue ganjeril yang disediakan, semua mendapat bagian. Filosofi
kue ganjeril agar warga selama berpuasa tidak keluar dari relnya, maka harus
diganjal. Dengan demikian, niat puasa tetap lurus.
Rasanya
tidak pernah bosan menikmati kemeriahan dugderan. Lelah berjalan lalu menikmati
makanan dan minuman yang hanya dinikmati saat dugderan. Belum lagi kehadiran
kue ganjeril yang selalu dirindu karena kelangkaannya.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar