Iis Soekandar: TRESNO DAN KUDA LUMPING

Minggu, 15 Juli 2018

TRESNO DAN KUDA LUMPING




        Setiap hari Minggu Andi bermain layang-layang di lapangan bola. Andi mengambil layang-layang dan benang gelasan yang baru saja dibelinya dari toko kelontong. Layang-layang itu berbentuk wajik. Benang gelasan adalah benang biasa yang sudah dilapisi semacam butiran halus dari gelas atau kaca. Gunanya memperkuat bila melawan benang layang-layang lawan. Minggu lalu layang-layang miliknya tersangkut di pohon mangga. Ketika dia berusaha mengambil, layang-layang itu sobek. Benang yang tersangkut pun panjang. Sebab pohon itu terlalu tinggi.
            Andi menghampiriTresno. Rumah Tresno terletak di depan rumahnya.
            Tok tok tok
            “Assalamualaikum...”
            “Alaikumsalam,” seorang anak membukakan pintu. Tapi anak itu bukan Tresno.
            “Hai, Ndi... ayo masuk!” pinta Tresno dari dalam ketika melihat Andi datang.
            “Wah, kamu mau main kuda lumping ya?” tanya Andi sambil senyum-senyum. Tresno membawa kuda lumping. Saat masih muda bapak Tresno pemain kuda lumping. Terlihat kuda lumping itu milik bapaknya.Kuda lumping itu terbuat dari bambu.
            “Iya. Saudaraku ingin melihat permainan kuda lumping. Eh kalian kan belum saling kenalan,” jelas Tresno.
            “Andi.”
            “Ari.”
            Setelah saling berkenalan, Andi berpamitan. Tidak lupa Tresno meminta maaf tidak dapat bermain layang-layang. Biasanya mereka bermain layang-layang bertiga. Sani pasti sudah menunggu di lapangan. Akhirnya Andi pergi sambil membawa layang-layang dan benang gelasan.
            Tempo hari Tresno bercerita, salah satu saudaranya pindah di daerah ini. Papanya pindah kerja. Mungkin karena belum memiliki teman, Ari bermain di rumah Tresno.
            Sampai di lapangan tentu saja Sani terheran.
            “Tresno mana?” tanya Sani.
            Andi bercerita bahwa Tresno sedang kedatangan saudaranya. Akhirnya mereka bermain berdua. Andi membawa gulungan benang gelasan. Sementara Sani memegang layang-layang. Setelah beberapa saat, layang-layang itu membumbung tinggi di angkasa.
@@@
            Ning nong ning nong ning nong ning nong...
Samar-samar terdengar musik kuda lumping. Suara itu dari rumah Tresno. Andi baru saja mengambil layang-layang dan benang gelasan. Pasti saudara Tresno, Ari, datang di rumahnya. Dan hari Minggu ini Tresno juga tidak bermain layang-layang.
Andi mengintip dari gorden dinding kaca ruang tamu. Tresno sedang asyik bermain kuda lumping mengikuti irama dari tape recorder. Ari menyaksikan dengan terkesima. Tresno tertawa sambil menaiki kuda lumping. Setelah beberapa lama, Tresno kehausan. Dia minum minuman dari gelas. Tapi setelah habis, gelas itu dimakan sedikit demi sedikit. Ari ikut memakan gelas minumannya. Mereka tampak tertawa-tawa.
Saat itu juga Andi menemui Sani di lapangan.
            “San, kamu tahu nggak...” ungkap Andi dengan napas terengah-engah.
            “Tahu apa? Kamu kenapa sih kebingungan? Ayo cepetan terbangkan layang-layangmu ke udara,” ajak Sani memberi semangat sudah tidak sabaran.
            “Aku menemui kejadian aneh. Ini penting, menyangkut teman kita, Tresno!” cerita Andi dengan terbata-bata.
            “Memangnya Tresno kenapa?” tanya Sani.
            “Setelah bermain kuda lumping, dia makan beling!”
            “Ha! Masa? Dia makan beling?” ulang Sani tidak kalah terkejut.
            “Iya, yang aku heran, saudaranya juga ikut makan beling. Mereka makan beling dari gelas minuman sambil tertawa-tawa.”
            “Wah, bahaya. Kalau begitu kita jangan dekat-dekat dia.”
            “Kamu benar. Kita jangan lagi bermain dengan Tresno. Kita bisa kerasukan seperti Ari.”
            Setelah itu mereka bermain layang-layang bersama.
@@@
            Hari ini Andi dan Sani bersiap akan bermain layang-layang. Andi membawa gulungan benang gelasan. Sedangkan Sani memegang layang-layang. Dari kejauhan Tresno berjalan menuju lapangan.
            “Aku ikutan. Kebetulan hari ini Ari tidak datang ke rumahku!” pinta Tresno.
            “Kamu bermain sendiri saja! Kami tidak mau ikut kerasukan makan beling seperti saudaramu itu!” ungkap Andi.
            Tresno merenung sesaat. Barulah setelah itu dia teringat sesuatu.
            “O...jadi kalian pikir aku makan beling dari gelas minuman,” jelas Tresno.
            Keduanya mengangguk.
            “Aku tidak makan beling. Karena gelas itu tidak terbuat dari beling, melainkan dari rumput laut. Gelas itu sengaja diciptakan untuk mengurangi sampah plastik. Rumput laut kaya kandungan gizi. Kalaupun masih tersisa lalu dibuang, menjadi pupuk bagi tanaman.”
            Mereka terheran dan penasaran. Tresno berjanji akan memberi, bila Ari berkunjung dan membawa gelas itu. Mereka kini senang karena tidak akan kerasukan.
            Mereka bermain layang-layang penuh suka cita.
@@@
Cernak ini pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Minggu, 15 Juli 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar