Malam ini mama dan papa menghadiri pesta pernikahan
anak Pak Kusumo. Pak Kusumo adalah teman satu kantor papa. Biasanya setiap ada
pesta pernikahan, Liliana selalu ikut. Tujuannya agar bisa menikmati es krim
sepuasnya. Sayang, besok ada ulangan. Liliana gagal menikmati es krim gratis.
“Tumben
Ma, ada pesta pernikahan tidak malam Minggu atau hari Minggu?” tanya Liliana
heran begitu membaca undangannya kemarin.
Baru
sekali itu Liliana membaca undangan pesta pernikahan Jumat malam. Kalau tahu
hajatan hari biasa, pasti sebelumnya Liliana belajar terlebih dahulu.
“Pak
Kusumo dan istrinya kan orang Jawa. Kebiasaan masyarakat Jawa, setiap akan
hajatan, harus mencari hari baik terlebih dahulu. Agar hajatan berjalan dengan
lancar. Hari baik itu berdasarkan tanggal dan hari lahir kedua calon pengantin.
Nah, pasti setelah dihitung-hitung hari baik jatuh pada Jumat malam,” mama
berusaha menerangkan.
“Hm...,” Liliana menghela napas panjang. “Terpaksa enggak bisa makan es
krim gratis,” katanya dalam hati sambil kembali ke kamar.
Es krim termasuk salah satu makanan kesukaan Liliana.
Bila mama membeli es krim, Liliana yang banyak menghabiskan. Ia sering
bertengkar dengan Kak Yesi gara-gara kakaknya itu kebagian sedikit.
Di samping
es krim, dalam pesta pernikahan biasanya dibagikan suvenir. Liliana sudah
mengoleksi banyak suvenir. Suvenir yang sudah dikoleksi antara lain talenan,
kaca untuk berhias, sisir, sepasang sendok dan garpu, serta masih banyak lagi. Liliana
menyimpan koleksinya itu di tempat khusus berbentuk kotak terbuat dari bahan
kayu yang digantung di dinding.
Liliana
sengaja belajar di teras rumah. Kebetulan besok ulangan IPS. Kak Yesi juga suka
mengoleksi suvenir. Jadi, kalau tidak menunggu mama dan papa pulang, suvenir
bisa dimiliki Kak Yesi. Akan tetapi, Kak Yesi terlihat sedang serius belajar di
kamarnya. Mungkin banyak tugas dan ulangan yang harus disiapkan, tebak Liliana
dalam hati.
Tidak
lama, bunyi mobil terdengar. Liliana pun sudah bersiap menyambut mama dan papa.
“Ma, suvenirnya
mana?” pinta Liliana begitu mama turun dari mobil.
“Ini,” jawab
mama sambil memberikan suvenir dari dalam tasnya. Mama tahu, pasti karena
Liliana tidak ingin keduluan Kak Yesi.
Begitu mendapatkan suvenir, Liliana terheran. Ah,
mungkin ini bukan suvenir, tetapi mama sengaja membawakan oleh-oleh untuknya.
Liliana segera menyimpannya di lemari es bagian freezer. Lalu, ia melanjutkan
belajar di kamar. Ia berjanji akan menyantapnya besok sepulang sekolah. Liliana biasanya pulang awal
dibanding Kak Yesi. Dengan demikian, ia makan seorang diri dengan puas.
Keesokan harinya, seperti biasa papa, Kak Yesi,
dan Liliana sarapan bersama.
“Hm ...
enak nasi gorengnya,” puji papa setelah menyantap beberapa sendok.
“Iya, kali
ini nasi gorengnya tidak kepedasan,” tambah Kak Yesi yang tidak suka pedas.
“Enak,
pas di lidah,” Liliana pun manggut-manggut. Tiba-tiba, Kak Yesi nyeletuk.
“Ma, tadi malam suvenirnya apa?”
“Es krim, sudah aku habiskan tadi malam,”
potong Liliana berbohong. Tentu tujuannya agar Kak Yesi tidak meminta.
“Es krim? Tumben, suvenir pernikahan es
krim,” celetuk Kak Yesi heran.
“Masa es krim?” mama hampir tersedak.
“Bukankah suvenirnya handuk pink yang
digulung di cup es krim transparan? Mama tahu karena sudah ada tamu undangan
yang membuka di sana. Isinya handuk kecil yang dilipat-lipat. Sepintas memang
seperti es krim.”
“Jadi isinya handuk, Ma?” Liliana tak
kalah heran.
Liliana memang tidak membuka tutup
suvenir itu sehingga belum tahu jelas isinya. Apalagi tadi malam ia
tergesa-gesa memasukkan ke lemari pendingin. Mama pun meminta supaya suvenir
yang disimpan di freezer dikeluarkan.
ilustrasi dari Bobo
Betapa malunya Liliana ketika
membuka tutup suvenir. Ternyata benar handuk kecil. Ia tidak menyangka. Apalagi
warnanya pink, seperti es krim rasa stroberi, kesukaannya.
“Ha ha ha... “sontak semua tertawa.
Sementara Liliana hanya tersipu malu.
“Tadi malam kamu makan es krim dari mana?
Mimpi kali, Li,” Kak Yesi terus meledek.
Liliana hanya senyum-senyum sambil menghabiskan nasi goreng.
“Makanya, Li, jangan suka serakah. Kamu
sih suka menghabiskan es krim bagian Kak Yesi,” tambah Kak Yesi.
“Ayo cepat, sudah jam setengah tujuh
lebih!” pinta papa yang siap mengantar. Kak Yesi pun mengakhiri ledekannya.
Di dalam mobil, Liliana membenarkan
kata-kata Kak Yesi yang duduk di depan bersama papa. Coba tadi malam aku tidak
buru-buru memasukkannya ke lemari pendingin, pasti sekarang tidak menanggung
malu. Liliana berjanji tidak akan serakah lagi. Ia akan berbagi es krim juga
suvenir dengan Kak Yesi.
@@@
Cerita ini pernah terbit di majalah
Bobo, 22 Juli 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar