ikon Taman Watu Gajah
Sopir
segera melajukan mobil seiring ketidaksabaran kami melihat tempat wisata
berikutnya. Kami dari wisata religi kemudian mampir sebuah pasar di Salatiga.
Ini tempat wisata baru, setidaknya bagi rombongan kami. Dingin di dalam mobil
oleh mesin pendingin berkebalikan dengan hati kami yang menyala ingin segera
sampai di tempat wisata itu: Taman Watu Gajah atau Park Watu Gajah.
Satu jam berikutnya mobil tiba di
tempat parkir, di depan tempat wisata. Sebagaimana namanya, dari jauh terlihat
patung gajah. Patung gajah itu duduk berpayung jamur, di atas bangunan
berdinding batu, serupa rumah kurcaci, seluas tempat loket pada umumnya. Selanjut
saya menemui banyak patung gajah di dalam arena wisata. Harga tiket per orang
Rp30.000,00 karena kami bepergian weekend, Rp25.000,00 untuk weekday,
jam buka 08.00-17.00. Taman Watu Gajah terletak di Dusun Watugajah, Kecamatan Bergas,
Kabupaten Semarang.
“Monggo… silakan…,” sapa seorang
perempuan muda dengan ramah, mengenakan kerudung, celana blue jeans dan
kemeja gombrong, berdiri di belakang pintu gerbang, menyambut kedatangan setiap
pengunjung.
Kami
melewati lorong, sekitar seratus meter, menuju ke dalam, berdinding kawat-kawat
di kanan kiri, sekaligus sarana tumbuh-tumbuhan merambat. Payung-payung warna
warni dipajang sebagai kanopi, mengajak setiap pengunjung menikmati setiap
detail tempat wisata.
Kolam 9 Bidadari
Pukul
dua belas siang tak menyurutkan kami melanjutkan berwisata alam dan menunda makan
siang. Keluar dari Lorong kami dihadapkan pada Kolam 9 Bidadari. Seperti biasa,
saya berfoto, mengambil sisi paling menarik. Tidak jauh dari Kolam 9 Bidadari
ada patung gajah sebagai ikon tempat wisata Taman Watu Gajah, kemudian Lorong
Cinta, Sangkar Burung Pipit, dan Istana Catur. Masuk ke dalam lagi adalah berbagai
wahana air, wisata paling disukai anak-anak.
Istana
Catur
“Ayo
kita main catur!” ajak seorang pengunjung, berseragam olahraga salah satu SD,
saat tiba di Istana Catur.
“Wah, semua ukurannya besar,” ungkap
temannya kagum.
Mereka datang berombongan, mungkin
bersama guru-guru dan teman-teman satu kelasnya.
Tempat edukasi lain bagi anak-anak
adalah Goa Kingkong. Dari sana mereka tahu
kehidupan zaman dulu. Bagi yang suka berkebun disediakan hortikultura
sayur dan hidroponik farm kebun.
Taman Watu Gajah juga memanjakan
para orangtua dengan Wisata Panci. Saya bersamaan dengan para orangtua, masuk
di sebuah gedung luas. Di dalamnya dijual aneka panci. Meski demikian, ada juga
alat-alat rumah tangga selain panci, seperti termos, kipas angin, kaca cermin, meja
lipat, dll. Di depan gedung, sebelum masuk, sempat saya baca, harga grosir.
Mungkin harga barang-barang itu murah dibanding harga-harga di tempat-tempat
lain. Saya tidak membuktikan, begitupun teman-teman satu rombongan. Kami
penasaran ingin tahu Wisata Panci.
Sangkar
Burung Pipit
Kami
salat setelah puas berwisata. Musalanya bersih. Saya mengibas-ngibaskan kedua tangan
sesaat, begitu menyentuh air, terasa dingin walau siang hari.
Setelah itu kami makan siang. Ada
banyak menu makanan dan minuman pilihan di kafe. Sambil menunggu pesanan bakso,
salah satu dari kami berempat membeli kentang goreng seharga Rp10.000,00. Dan
menikmati bersama. Kami tidak membawa bekal makanan dan minuman dari rumah,
sebagaimana para pengunjung lain. Tidak sabar menahan lapar, kami langsung
menyantap pesanan. Semangkuk bakso seharga Rp17.000,00. Sebagai hidangan
penutup, saya menikmati es krim tiga
rasa, dengan membayar Rp10.000,00
Di
seberang kafe ada sebuah toko oleh-oleh. Toko itu menjual aneka model tas
anyaman berbahan plastik, dan camilan-camilan. Saya tak membeli apa pun karena
kedekatan geografis tak ada makanan spesial. Kami pulang dengan rasa puas
mengunjungi Taman Watu Gajah.
@@@



